" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Kementrian KUMKM Siapkan Dana Bergulir Rp 1,1 Triliun

Kementrian KUMKM menyiapkan dana bergulir sebesar Rp 1,1 triliun bagi pengembangan koperasi serta usaha mikro kecil dan menengah (KUMKM) pada tahun ini. Deputy Kementrian KUMKM Bidang Pembiayaan Agus Muharram mengatakan anggaran tersebut disiapkan terutama bagi koperasi dan UMKM perempuan dengan bunga yang relatif rendah.

"Kami siapkan dana tersebut untuk digunakan, namun harus dikembalikan. Bunga pinjaman rendah sekitar 6% per tahun," ujar dia usai membuka Pameran Produk KUMKM Perempuan dan Expo Pembiayaan KUMKM 2010 di Bandung, Kamis (20/5). Agus mengatakan koperasi dan UMKM bisa mengajukan dana tersebut tanpa menggunakan agunan asalkan memenuhi persyaratan yakni lokasi usaha dan koperasi yang jelas, memiliki NPWP dll yang akan disalurkan sesuai hasil penilaian oleh lembaga pe-ngelola dana tersebut, yang dibentuk kementrian. Dia menambahkan penyaluran dana itu untuk semakin mendorong pertumbuhan KUMKM nasional.

Selain dana bergulir, Kementrian KUMKM juga menyediakan dana hibah dalam bentuk dana bantuan sosial. Tahun ini Koperasi dan KUMKM perempuan menjadi prioritas penerima dana bantuan itu. Agus menyebutkan, sebanyak 2.600 KUMKM nantinya yang akan menerima dana bantuan dimana 1.500 KUMKM merupakan yang diusahakan perempuan.Masing-masing koperasi akan menerima bantuan Rp50 juta, yang nantinya harus disalurkan kepada anggotanya (UMKM).

Kepala Dinas KUMKM Jabar Wawan Herna-wan mengatakan peran perempuan saat ini semakin dominan khususnya dibidang ekonomi terutama ekonomi kerakyatan. Fakta menunjukan hampir 40% pelaku UMKM di Indonesia termasuk Jabar diperankan oleh kaum perempuan. "Aktifitas ekonomikaum perempuan relatif berhasil lebih baik. Bahkan dari pinjaman kredit ke sektor UMKM perempuan NPL (Non Performing Loan/Kredit bermasalah) mencapai nol persen. Untuk itu kami konsisten terus kembangkan UMKM Perempuan," kata dia.

Dinas KUMKM Jabar akan terus membantu dengan memberikan dukungan sarana dan fasilitas promosi dan pemasaran baik didalam negeri dan memperluas pasar ekspor. Sedangkan untuk kegiatan expo pembiayaan, akan dilaksanakan di lima kota yakni Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Bogor dan Kab. Subang dengan sasaran 250 lembaga keuangan, 750 KUMKM yang telah mendapatkan pendampingan dan 2.000 UMKM yang melakukan intermediasi.

"Upaya ini dilakukan untuk semakin mempersiapkan KUMKM dalam menghadapi bergulirnya ACFTA," tambah Wawan. Sementara itu di Kab. Bandung, Kementrian Perindustrian dan Perdagangan melakukan sosialisasi Asean Charter Advokasi bagi UMKM terutama dalam menghadapi persaingan bebas ACFTA. Deputy Menteri Perindustrian dan Perdagangan bidang Sumberdaya UMKM Iwayan Dipta mengatakan ada sejumlah strategi yang akan dilakukan pemerintah untuk melindungi UMKM pasca pelaksanaan ACFTA


Koperasi Diimpikan Jadi Konglomerat

KETUA Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Nurdin Halid berharap badan usaha koperasi bisa menjadi konglomerat. Karena itu, Dekopin sedang mendisain suatu program untuk menciptakan pelaku koperasi bisa me-ningkat derajatnya. Caranya dengan mengidentifikasi peraturan-peraturan yang dinilai menghambat atau merugikan pertumbuhan gerakan koperasi untuk bisa menjadi pelaku ekonomi nasional.

"Kalau dulu koperasi bekerja hanya pelayanan kepada para bisnis anggotanya kini dirancang agar koperasi bisa menjadi konglomerat. Kalau koperasi sudah menjadi konglomerat, maka yang konglomerat itu anggota kope-rasinya bukan pengusaha perorangan dan ini seauai dengan pasal 33 UUD 45." katanya.

Untuk itu, lanjut Nurdin, Dekopin dan bersama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) berupaya untuk mengamandemen UU koperasi Nomor 25 lahunn 1992 yang memberi ruang gerak lebih luas kepada gerakan koperasi memilik lapangan ekonomi yang lebih besar.

Menyinggung tentang diberlakukannya perdagangan bebas Asean dan Perdagangan Bebas Cina dan AFTA (ACFTA), Nurdin Halid menegaskan, gerakan koperasi Indonesia siap mendukung pemberlakuan ACFTA."Jadi di tengah-tengah adanya pernyataan sektor ekonomi lainyang belum siap, maka gerakan koperasi harus siap, menghadapi AFTA," ucapnya.

Sementara, Ketua Dewan Penasehat Dekopin Adi Sasono meminta pemerintah perlu menurunkan tingkat suku bunga untuk koperasi dan UMKM. Tingkat suku bunga KUR untuk koperasi dan UMKM sebesar 14 hingga 22 persen, bisa diturunkan karena dana masyarakat yang diserap bank rata-rata diberikan tingkat suku bunga rata-rata a 6 sampai 7 persen..

Adi Sasono menilai kalau selisih lingkat suku bunga yang diambil industri perbankan sampai 7 persen itu terlalu tinggi, karena rata-rata di perbankan internasional itu selisih maksimum hanya 3 persen. "Jadi kalau bank kita minta sampai 7 persen itu tidak efisien dan tidak adil untuk orang kecil," ucapnya menambahkan.

Dalam pada itu Menteri Syarif Hasan mcnegaskanuka badan usaha koperasi perlu meningkatkannilai tambah produk-produk pertanian seperti kakao di berbagai sentra produksi di Indonesia, agar produk tersebut memiliki daya saing di pasar dunia.

"Kita belum pernah, mendengar ada cokelat made in Indonesia, yang ada hanya cokelat made in Swiss, Holand. atau Malaysia," tegasnya. Dikatakannya, di Indonesia banyak koperasi yang menangani komoditas cokelat seperti misalnya di Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra produksi cokelat Koperasi-koperasi tersebut harus berani memberikan nilai tambah terhadap produk cokelat mereka.

Jika koperasi itu mampu meyakinkan konsumennya bahwa cokelat produksinya tidak kalah dengan produk asing maka koperasi akan mendapatkan rev ernie yang lebih besar.Untuk pihaknya segera memberikan edukasi kepada petani termasuk koperasi dan UKM yang bergerak di sektor komoditas cokelat.


Kebangkitan Wirausaha Indonesia

Menarik apa yang disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam pidatonya pada KTT Wirausaha di Amerika Serikat akhir April yang lalu. Obama mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi contoh untuk gerakan global entrepreneur program dan Obama juga mengaku sangat terkesan dengan wirausaha-wirausaha Indonesia (Sinar Harapan, 4 Mei 2010).

Saat ini, menurut data yang ada, jumlah wirausaha Indonesia 0,18 persen dari total penduduk yang berjumlah 230 juta jiwa. Jumlah yang cukup jauh dibandingkan angka ideal wirausaha suatu negara yang mau maju, dan berkembang, yaitu sekitar 2 persen dari jumlah penduduknya. Untuk negara maju, bahkan jumlah wirausaha umumnya sudah di atas 5 persen dari penduduknya. Tentu ini menjadi suatu tantangan dan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan kewirausahaan, mengingat bahwa wirausaha adalah motor penggerak perekonomian suatu negara dan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

Menurut data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sampai dengan tahun 2009 jumlah penganggur terbuka di Indonesia sebanyak 9,26 juta orang atau 8,14 persen dari 113,74 juta orang angkatan kerja. Dari angka tersebut, lebih 2 juta adalah penganggurakademik yang merupakan lulusan perguruan tinggi.

Sebuah Fenomena Kewirusahaan adalah fenomena penting bagi kemajuan dan kesejahteraan dunia, bahkan telah menjadi pangkal dari pertumbuhan ekonjbmi. Hal ini dapat dibuktikan, misalnya, dari perekonomian Amerika Serikat yang pada tahun 1970-an mengalami stagflasi, dapat bangkit kembali dengan munculnya banyak usaha kecil baru yang mampu mengatasi masalah pengangguran dengan cepat.

Untuk itu, tidak berlebihan bila Peter Drucktr, pakar manajemen terkemuka, menyebut perekonomian Amerika sebagai entrepreneurial economy. Perekonomian yang berbasiskan kewirausahaan bangsanya. Kemudian Indonesia pada tahun 1997 mengalami krisis moneter.

Banyak perusahaan besar gulung tikar dan melakukan PHK besar-besaran, jumlah penganggur sangat tinggi dan daya beli masyarakat menurun. Bukti menunjukkan bahwa pada saat itu perusahaan kecil justru yang masih dapat bertahan. Sepuluh tahun kemudian, data Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada akhir tahun 2008 menunjukkan jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sekitar 50 juta, meningkat sekitar 39 persen dari, tahun 1998. Dari jumlah tersebut, usaha mikro mencapai 95 persen lebih atau sebesar 47.702.310 „ usaha kecil sebanyak lebih dari 2 juta unit, usaha menengah sekitar 120.000 unit, dan usaha besar hanya 4.527 unit atau sekitar 0,01 persen. UMKM mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 90 persen dari total pekerja yang ada dan mampu menyumbang lebih dari 50 persen GDP Nasional.

Jadi, apa yang penggerak di balik fenomena ini? Jawabannya adalah kewirausahaan! Kewirausahaan, menurut Raymond WY Kao, adalah suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi). Tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Sementara itu, wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan/kekayaan dan nilai tambah, melalui penelu-ran dan penetasan gagasan, memadukan sumber daya, dan merealisasikan gagasan tersebut menjadi kenyataan.

Gerakan Nasional
Bagi Indonesia, dengan kecilnya jumlah wirausaha, maka kewirausahaan menjadi keharusan. Seperti disebutkan di atas, bahwa suatu negara dapat berkembang dan membangun secara ideal jika wirausahanya sudah mencapai 2 persen dari jumlah penduduk (kriteria PBB untuk pengukuran kewirausahaan). Tentu saja, jumlah pengusaha mikro dan pengusaha kecil Indonesia sebanyak lebih dari 49 juta pada tahun 2008 bukan ukuran yang sesilai dengan kriteria tersebut di atas.

Wirausaha yang dimaksud adalah yang sesuai dengan kriteriawirausaha dengan motivasi berprestasi yang tinggi, kreatif, dan memiliki kemampuan berinovasi, serta mampu menciptakan perubahan dan kompetisi pada pasar. Mereka mampu meningkatkan produk-tivitas sejalan dengan munculnya inovasi-inovasi baru dalam teknologi, barang, maupun jasa. Kemudian, perubahan serta kompetisi pada pasar dapat terjadi karena adanya inovasi yang membuat pelaku pasar lainnyabersaing secara sehat.

Wirausaha seperti itulah yang seharusnya ditumbuhkan dan dikembangkan di Indonesia, supaya menjadi negara maju. Untuk itu, perlu partisipasi dan sinergi dari pemerin-tah-pendidikan-bisnis-masya-rakat, seperti yang disampaikan oleh Rhenald Kasali pada ToT Modul Kewirausahaan untuk dosen-dosen Kewirausahaan.

Sinergi ini diharapkan dapat menjadikan kewirausahaan sebagai gerakan nasional, dengan tujuan agar program ini dapat menyebar ke seluruh Indonesia dan menjadi budaya bangsa Indonesia. Ini merupakan suatu Gerakan Kewirausahaan berbasis komunitas untuk menelurkan dan menetaskan UKM-UKM baru yang akan menjadi pilar dan penggerak perekonomian bangsa.

Di samping itu, perlu juga mengubah mindset masyarakat agar peduli akan kewirausahaan dan mempunyai pola pikir kewirausahaan. Perubahan mindset ini tentu tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi perlu proses dan dukungan dari banyak pihak. Lalu yang lebih penting lagi adalah bahwa gerakan kewirausahaan harus dimulai, dilakukan, dan diwujudkan; tidak berhenti pada pemikiran atau wacana saja.

Menurut Rhenald Kasali, dalam diri manusia itu ada dua memori, yaitu brain memory, yang selama ini kita kenal sebagai sebuah sistem dan pengatur informasi yang sangatvital dalam kehidupan manusia, dan muscle memory yang terletak di seluruh jaringan otot manusia. Brain memory terbentuk dari pengetahuan, sedangkan muscle memory atau yang dimaksud dengan myelin terbentuk karena latihan dan ini adalah sumber dari segala talenta yang dibentuk melalui deep practice. Gabungan keduanya akan menghasilkan gagasan-gagasan dan tindakan-tindakan kreatif tiada akhir yang disebut dengan keunggulan daya saing.

Gerakan Kewirausahaan harus mewujud dengan kombinasi dari dua kekuatan memori tersebut, sehingga mempercepat penyebaran virus kewirausahaan, dan membentuk wirausaha-wirausaha unggul dan tangguh yang berkualitas. Bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2010 ini, kita jadikan momentum ini untuk membangkitkan wirausaha Indonesia.

Jika 20 Mei 1908 yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo menjadi pijakan sejarah lahirnya kebangkitan nasional Indonesia, yaitu masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, maka 20 Mei 2010 adalah masa bangkitnya semangat kewirausahaan serta kesadaran. Kita gunakan momentum ini untuk memperjuangkan dan membangun kejayaan dan kesejahteraan bangsa demi mencapai Indonesia emas melalui Gerakan Kewirausahaan

Entri Populer