" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Gudeg Kering "Yu Djum" yang Bikin Ketagihan


  Kuliner Indonesiaku

Kalau Anda ke Yogyakarta, wisata kuliner gudeg tentu menjadi tujuan utama untuk dinikmati. Di daerah Wijilan, di pusat kota Yogyakarta, sudah lama dikenal sebagai "kampung gudeg". Pemandangan di kiri dan kanan sepanjang jalan ini adalah adalah penjual gudeg.
Karena lebih suka gudeg kering, maka tujuan saya adalah gudeg Yu Djum. Gudeg ini telah melegenda hampir 40 tahun, terutama karena memiliki kelebihan pada sajian nangkanya yang benar-benar kering, berwarna kecoklatan, dan rasanya tidak terlalu manis di lidah.

Sambal goreng kreceknya juga kering. Dengan campuran kacang tolo pedas, asin dan berwarna merah, rasanya sangat cocok dinikmati dengan nasi gudeg. Apalagi, ditambah telor rebus yang  berwarna kecoklatan dan kuah ayam arehnya yang semakin menambah rasa nikmat sajian khas Yogyakarta ini.

Menu paling banyak diminati pengunjung untuk dibawa pulang adalah gudeg lengkap dalam kendil, yang terdiri dari gudeg, krecek, telor, dan ayam. Harga gudeg ini cukup mahal, antara Rp 150.000 sampai Rp 200.000 untuk ayam satu ekor dan telur 10 buah.

Gudeg memang masakan khas Yogyakarta, yang terdiri dari rebusan nangka muda dan santan. Warna makanan ini menjadi kecoklatan karena direbus dengan campuran daun jati. Gudeg Yu Djum juga tahan lama walaupun dibawa ke luar kota. Itu karena gudeg ini sengaja dimasak kering dan bisa tahan tiga hari jika dimasukkan dalam kulkas. Saat akan dimakan, guded cukup dikukus. Dijamin, rasa gudegnya tetap enak dinikmati.

Masuk ke warung Yu Djum, pengunjung harus duduk secara lesehan. Penjualnya duduk di bangku pendek atau dingklik. Pembeli bisa melihat langsung lauk yang akan dipesan.Harga nasi gudeg krecek dan telur saja cukup mahal untuk ukuran kota pelajar ini, yaitu sekitar Rp 10.000. Jika memesan dengan tambahan ayam dada, harganya bisa sampai Rp 30.000 per porsi gudeg lengkap. Tapi, rasanya dijamin nikmat sesuai harganya.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html
 

Sumber: Kompas.com 

Ayo Berburu Makanan Favorit Doraemon


 Kuliner Indonesiaku  

 Bukan festival budaya saja yang menarik dari Little Tokyo Ennichisai 2012, yang digelar di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mulai Sabtu ini (30/6/2012) selama dua hari. Makanan dan minuman khas Jepang yang dijual dalam festival itu pun sangat menggoda selera para pengunjung. Salah satunya adalah kue bernama dorayaki.

Menurut Sherly, penjual dorayaki dalam festival tersebut, kue itu memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. "Ini kan festival Jepang, dorayaki juga makanan khas Jepang, apalagi favorit Doraemon. Jadi, banyak orang yang penasaran dengan dorayaki," katanya.

Dorayaki merupakan kue terbuat dari tepung terigu. Setiapnya terdiri dari dua lapis dengan isian rasa blueberry, kacang merah, srikaya, atau cokelat di tengahnya. Satu dorayaki dijual oleh Sherly dengan harga delapan ribu rupiah.

Sherly mengaku bahwa pendapatannya meningkat drastis ketimbang di hari biasa. "Pendapatannya sih jelas jauh lebih besar pas ada acara seperti ini daripada hari biasa," ujarnya.Namun, Sherly juga mengeluhkan harga sewa booth yang makin mahal dibandingkan dengan dua tahun lalu. "Pendapatan sih meningkat ya sampai tiga kali lipat, tapi ya sewa stand-nya juga semakin mahal," ujar Sherly lalu tertawa.
 
Selain dorayaki, terdapat banyak hidangan khas Jepang dijual di Little Tokyo Ennichisai 2012. Sebut saja, takoyaki, okonomiyaki, negiyaki, ramen, udon, es krim goreng, taiyaki, permen apel, ikayaki, sake, dan tuak.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Sumber: Kompas.com 


Dan Sate Kerang Medan Pun Terbang...


  Kuliner Indonesiaku 

SATE kerang medan naik pangkat. Makanan ”kampung” yang biasa dijajakan di pinggir jalan itu disulap menjadi oleh-oleh yang siap ditenteng ke kabin pesawat. Dari Medan, sate kerang terbang ke Jakarta, sampai Solo.

Pesanan sate kerang medan itu akhirnya datang juga. Dikemas dalam dus berlapis aluminium foil, sate kerang itu tampak menjanjikan kelezatan. Bumbunya berlimpah dan harum baunya. Sekilas tampilannya mirip rendang yang diberi tusuk sate.

Seperti tampangnya, rasa sate kerang juga mirip rendang. Jejak gurih santan dan pedas cabai begitu nyata di dalam mulut. Hanya saja, di antara jejak gurih dan pedas terselip rasa manis dan asam. Ada tiga rasa yang disediakan, yaitu orisinal, dengan tingkat kepedasan yang moderat, kemudian manis pedas, dan pedas. Buat Anda yang tidak begitu tahan rasa pedas, sebaiknya memilih rasa orisinal. Itu pun sudah sanggup membuat orang keringatan seusai menyantapnya.

Potongan daging kerangnya cukup besar dengan tekstur sedikit kenyal layaknya ampela ayam. Tidak ada sedikit pun bau lumpur dan jejak pasir di dalam daging sate kerang medan bermerek Rahmat Efendi ini.

Apa rahasianya? ”Kami hanya menggunakan kerang bulu dari Tanjung Balai. Daging kerangnya besar-besar dan tidak banyak mengandung pasir,” ujar Rahmat Efendi (36) yang mengelola usaha sate kerang medan bersama kakaknya, Suliyana, Sabtu (26/5/2012) lalu.

Rahmat menjelaskan cara memasak sate kerang. Pertama, kerang segar yang masih hidup dan bercangkang disikat dan dicuci bersih. Kerang lalu dimasak di dalam wajan tanpa menggunakan air sama sekali.

Setelah matang, daging kerang dikeluarkan dan dicuci berkali-kali untuk menghilangkan pasir. Daging kemudian dimasak dengan bumbu antara lain bawang merah, bawang putih, ketumbar, cabai kering tumbuk, kemiri, kelapa sangrai, dan asam jawa.
Proses terakhir, masakan yang telah matang ini dirangkai dalam tusuk sate. ”Jadi, meski namanya sate, dagingnya tidak dibakar sama sekali,” tambah Suliyana.

Oleh-oleh khas Medan

Rahmat dan Suliyana membuka kedai mi di rumahnya. Kedai itu juga menyediakan sate kerang sebagai teman makan mi. Sate kerang bukan barang baru buat Rahmat dan keluarga. Pada tahun 1957-1976, ibunya, Tukirah, berjualan sate kerang berkeliling kampung.

Selain ibunya, kata Rahmat, sejumlah tetangganya yang sama-sama tinggal di Jalan PWS juga berjualan sate kerang. Karena mereka umumnya tinggal di satu gang yang sama, gang tersebut dinamai Gang Kerang. Hingga sekarang gang itu masih ada meski tinggal keluarga Rahmat saja yang berjualan sate kerang.

Sejak Januari 2012, Rahmat mengemas sate kerangnya sebagai oleh-oleh khas Kota Medan yang bisa ditenteng ke dalam kabin pesawat. Sebelumnya, sate kerang umumnya hanya dijajakan di pinggir jalan atau di kedai mi. Tidak ada yang berpikir mengemasnya sebagai oleh-oleh khas Medan.

Rahmat melontarkan ide kepada kakaknya agar membuat sate kerang untuk oleh-oleh layaknya bolu atau bika ambon khas Medan. ”Tapi, saya malah ditertawakan. Kakak saya bilang, ’Ah, aneh-aneh saja kau. Sate kerang itu kan hanya makanan kampung yang biasa dijual di kedai mi,” kenang Rahmat.
Meski ditertawai, Rahmat tetap yakin idenya akan berjalan.

Berdasarkan pengalaman ketika merantau ke Jakarta dan Batam, teman-teman Rahmat sangat suka jika ia membawa oleh-oleh sate kerang medan buatan ibunya. Setelah Rahmat pulang dari rantau dan menetap di Medan, sejumlah teman-temannya di Batam dan Jakarta masih sering minta dikirimkan sate kerang.

Pendek kata, Rahmat berhasil membujuk kakaknya untuk membuat sate kerang yang dikemas sebagai buah tangan pada Januari 2012 lalu. Beragam kemasan dicoba hingga dia menemukan kemasan kardus berlapis aluminium foil yang tidak tembus air. Dengan kemasan seperti itu, sate kerang bisa tahan 12 jam. Jika dimasukkan ke dalam kulkas, sate kerang tahan dua hari.

”Kami sedang memikirkan kemasan lain yang bisa membuat sate lebih tahan lama tanpa sedikit pun pengawet,” ujar Rahmat yang mengklaim sebagai pedagang sate kerang medan pertama yang mengemas masakan itu sebagai oleh-oleh.

Rahmat menjajakan sate kerangnya melalui media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Pembeli tinggal pesan melalui Twitter atau telepon, Rahmat akan mengantar atau mengirimnya. ”Kebanyakan pembelinya minta sate kerang pesanan langsung diantar ke bandara sebelum mereka terbang,” ujar Rahmat yang saat itu baru saja pulang mengantar pesanan sate kerang untuk sejumlah pelancong dari Jakarta yang mampir ke Medan.

Sejauh ini, usahanya tumbuh lumayan. Kalau pada awal usaha dia hanya memproduksi 5 kilogram kerang sehari, kini dia memproduksi puluhan kilogram. ”Rekor kami membuat 80 kilogram sehari,” ujar Rahmat bangga.

Pelanggannya, ujar Rahmat, berasal dari sejumlah daerah. Jumat siang, papan tulis di rumah produksi sate kerang Rahmat, yang juga kedai mi, penuh dengan catatan pesanan antara lain datang dari Medan, Batam, Jakarta, dan Solo.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Sumber: Kompas.com
 

Entri Populer