" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Kredit Boleh, Yang Penting Barang Cepat Laku


Musim Hujan enaknya ya keancol  disini tempatnya 


05/01/2012
Kredit Boleh, Yang Penting Barang Cepat Laku



Para perajin anyaman bambu Desa Sukahaji, Majalengka mengakali sepinya pembeli dengan menjual sendiri produknya kepada petani dengan sistem yarnen alias bayar ketika panen. Cara ini penuh risiko namun juga mendatangkan keuntungan besar bagi perajin.

SELAIN mer\jual ke penge-pul, para perajin anyaman bambu di Desa Salagedang, Majalengka, Jawa Barat, juga j memiliki cara lain yang unik ! agar produknya laris. Mereka menjual anyaman bambu dengan sistem yamen (bayar panen). Sasarannya para ; penduduk desa sekitar 1 wilayah mereka Kalau hanya menjual ke pengepul, pendapatan mereka cuma Rp SOO 000 hingga Rp 400 000 1 perbulan.

Tapi dengan sistem yarnen, penghasilan mereka bisa meningkat berlipat. Umumnya, para petani yang memanfaatkan penjualan ala yamen ini. Perajin menjual produknya ke petani secara kredit dan baru dibayar setelah masa panen tiba.

Meski berisiko, cara penjualan ini temyata cukup ampuh mendongkrak pendapatan perajin. Meski musiman, tapi permintaan cukup banyak. Terkadang perajin terpaksa harus membeli barang dari penge-|nil untuk dijual lagi dengan sistem bayar setelah panen.

Umumnya, para perajin menjual produk anyaman bambu tersebut ke desa-desa sekitar wilayah mereka
Tatang Sukmana, salah satu warga desa Salagedang, Sukahaji, mengatakan, banyak perajin di desanya yang menjual produk anyaman bambu dengan sistem yarnen ini.

Balikan, bila permintaan melimpah, ada perajin yang nekat mengambil risiko meminjam dana ke bank sebagai modal berjualan.Tapi itu tak berlaku bagi perajin yang modalnya sudah tebal. Tatang mengakui sistem penjualan secara kredit dan baru dibayar setelah panen itu memang berisiko. Tapi, kata dia, dengan cara ini pula, perajin bisa menaikkan harga jual produk sampai dua kali lipat.

Harga naik berlipat karena tenggat waktu pembayaran bisa mencapai tiga bulan hingga masa panen tiba Barang yang dibeli si pembeli pun biasanya tidak sedikit, sehingga duit yang berputar pun cukup besar."Sambil menunggu masa pembayaran, para perajin ini pun menganyam," ujar Tatang.

Risiko dari sistem penjualan seperti ini adalah ketika petard gagal panen. Kalau sudah begitu, perajin hanya bisa pasrah dan biasanya mereka memperpanjang jatuh tempo pembayaran tiga bulan lagi untuk masa panen berikutnya Kalau gagal lagi, ya siap-siap saja merugi.Risiko yang besar ini pula yang membuat Nuroh Jamin, perajin dan pemilik kios anyaman bambu di Salagedang, ogah ikut-ikutan menjual anyaman bambu dengan sistem yarnen.

Ia lebih memilih menjadi pedagang grosir anyaman saja "Percuma jika punya banyak pelanggan kalau tidak bisa ditagih," ujar Nuroh.Tapi, sistem yamen ini memang banyak dilakukan oleh para perajin di desanya Sebab, kalau hanya pasif menunggu pembeli, rezeki lama datangnya 


Sumber: Harian Kontan
Hafid Fuad


Setelah Toko Batik, Hamzah Masuk Bisnis Restoran

05/01/2012
Profil Hamzah Sulaiman
Setelah Toko Batik, Hamzah Masuk Bisnis Restoran



Jatuh bangun mengelola usaha tak membuat Hamzah Sulaiman patah arang. Setelah terbakar pada 2004, Mirota Batik justru kian berkibar. Di masa tua, naluri bisnisnya pun tetap memanggil. Ia pun mendirikan resto House of Raminten.

JATUH bangun menjalankan usaha suil.ili dirasakan Hamzah Sulaiman. Pengalaman pahit yang pernah dilaluinya ketika Mirota Batik di Malioboro terbakar. Peristiwa itu terjadi pada 2 Mei 2004. Tidak ada satupun yang tersisa pasca kebakaran tersebut. Semuanya ludes dilalap si jago merah. Tetapi, hal liu iidak membuatnya putus asa. Pantang menyerah dan terus berusaha memang menjadi moto hidupnya.

Untungnya, ia masih memiliki sisa tabungan untuk membangun kembali Mirota. Hanya dalam waktu setahun. Hamzah berhasil membangun kembali gedung Mirota Batik di Malioboro. Bahkan, gedung baru tersebut tampak lebih megah dari bangunan lama. Terdiri dari empat lantai, Mirota Batik kini menyerupai ma].

Yang memakan waktu agak lama ketika ia harus mengisi dan mengembalikan detail toko. Konsepnya, ia ingin membangun tempat wisata belanja batik dan kerajinan yang nyaman. Tapi, semua kesulitan ituberhasil dilaluinya Mirota kali ini lebih mentereng dan lengkap. Jumlah pengujung pun kian membludak, terutama di akhir pekan. Setelah Mirota berkembang pesat, Hamzah nuinuluskaji untuk mundur dan menyerahkan pengelolaan toko kepada orang kepercayaan. "Saya memilih pensiun," luarnya.

Namun, naluri bisnis tetap saja memanggilnya. Di masa pensiun, ia justru mendirikan restoran bernama House of Raminten. Restoran berbentuk kafe ini berdiri pada 2G Desember 2008 di kompleks rumahnya, di Jl FM Noto No 7 Kotabaru, Yogyakarta

Hamzah membangun House of Raminten dengan harapan, ia tidak hidup kesepian setelah pensiun. Dengan adanya restoran ini, Hamzah masih memiliki kegiatan untuk menyibuk-kan diri. Dia ingin agar di masa pensiun ini dapal melakukan hal-hal yang ringan dan disukainya

I-okasi House of Raminten berada di pendopo, tempat Hamzah latihan menari. Dan, awalnya menu yang ditawarkan hanya mi instan dan sejenisnj ;i

Nali, dari sekedar ingin memiliki kesibukan, kini House of Raminten justru berkembang pesat. Dengan jumlah karyawan mencapai 82 orang, House of Raminten ramai dikunjungi pembeli. Buka selama 24 jam, restoran ini menawarkan menu andalan nasi kucing dengan harga Rp 1.000 per porsi.

Selain itu, resto juga menyediakan juga nasi putih, iseng tempe, scrundeng dan teri, Rata-rata harga makanan di House of Raminten sekitar Rp 10.000 dan termahal Rp 20.000 per porsi. Lantaran sudah besar, pengelolaan restoran kini diserahkan kepada anak angkat yang menjadi kepercayaan Hamzah. Suasana restoran pun dibuat seperti Yogyakarta mini, ada kereta kencana dan dokar. Dengan suasana ini. jumlah pengunjung terdongkrak. Dalam semalam pemasukannya mencapai Rp 1,5 juta.

Karyawan restoran ini bukan berasal dari kalangan profesional. Sebab, yang menjadi pelayan kebanyakan adalah karyawan lama Hamzah di Mirota Batik. Tugas mereka melayani dan menyajikan makanan pesanan para pembeli.

Namun, karyawan tersebut saling berbagi pengalaman, termasuk dalam hal memasak. "Ada juga karyawan yang ahli menujat, namun juga pintar memasak," jelasnya.

Sumber: Harian Kontan




Melejit berkat Pelat Merah ( Mobil Esemka )

05/01/2012
Melejit berkat Pelat Merah


PERAKITAN Kiat Esemka merupakan bagian dari pelaksanaan program industri berbasis sekolah yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hasil akhir yang diharapkan ialah lahirnya industri kreatif di sekolah menengah kejuruan (SMK).

Kementerian mendukung pendanaan dan memberikan keleluasaan kepada setiap SMK untuk berkreasi. Khusus di SMK Negeri 2 Surakarta, siswa pernah merakit komputer jin-jing, LCD proyektor, dan perangkatelektronik canggih lainnya.

Tahun ini, SMK Negeri 2 dan SMK Warga, Surakarta, bersinergi untuk mulai eksis merakit mobil.
Direktur SMK Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud Joko Sutrisno berencana mencanangkan mobil Esemka menjadi produk nasional. "Izin konstruksi mobil sudah dipegang oleh Kemendikbud. Memang masih diperlukan uji emisi, namun itu tidak menjadi syarat penting."

Siswa SMK Negeri 2 dan SMK Warga bukan perakit mobil pertama di ka-langan pelajar. Sebelumnya, siswa SMK Negeri S Surakarta juga sudah melakukannya. Mereka menelurkan Esemka Digdaya bertipe kabin ganda dan Esemka Rajawali untuk tipe SUV.

Dua karya itu bahkan sempat tampil dalam pameran yang digagas Ke-mendikbud di Jakarta, pada 2009 silam. Sayang,, setelah dua tahun berlalu, karya anak negeri itu ditanggapi dingin oleh pejabat, kalangan swasta, dan masyarakat.

Seorang Joko Widodo-lah yang membuat karya anak SMK jadi perbincangan. Wali Kota Surakarta ini mengambil langkah berani dengan menjadikan Kiat Esemka sebagai kendaraan dinas. Ia langsung memesan dua unit, satu untuk dirinya, satu lagi untuk sang wakil FX Hadi Rudiatmo.

Kepala SMK Negeri 2 Susanta, mengaku pihaknya menerima cukup banyak pesanan. Ada yang dari instansi pemerintahan dan lembaga pendidikan, ada pula dari kalangan pengusaha."Dalam waktu dekat, siswa kami akan mengerjakan dua lagi mobil Esemka kabin ganda. Mesinnya sudah siap, begitu juga siswa yang akan merakitnya," katanya.

Sang promotor yang tidak pernah menerima bayaran, Jokowi, pun tersenyum puas. "Hasil karya anak bangsa seperti ini harus dipromosikan. Sekarang terbukti kan," kata Jokowi ringan. (FP/N-2)

Sumber: Harian Media Indonesia


Entri Populer