Sekadar mengatakan bahwa mobilitas adalah teknologi yang sedang jadi
tren adalah sebuah pernyataan yang terlalu dangkal. Kenyataannya, ada
sebuah tarikan besar untuk menggunakan perangkat mobile, seperti
smartphone dan tablet, yang menunjukkan adanya perubahan besar pada
prioritas bisnis dan bukan sekadar tren.
Generasi saat ini dan
masa depan yang menjadi bagian dari pekerja akan bingung bagaimana
bisnis di “masa lalu” dilakukan tanpa adanya perangkat bergerak.
Perubahan ini tak hanya terjadi di perusahaan besar, yang punya modal
untuk berinvestasi di teknologi dan strategi IT terdepan, tapi juga UKM
yang bisa langsung menceburkan diri ke dunia mobilitas.
Salah satu yang mendorong minat UKM untuk mobilitas dalam bisnis dalah konsep “bring your own device”,
yang kerap disingkat BYOD. Banyak UKM tidak punya sumber daya untuk
memberikan perangkat canggih pada karyawannya, namun mereka ingin tetap
mendapatkan manfaat dari tenaga kerja yang senantiasa terhubung. Dengan
BYOD, karyawan boleh memakai perangkat pribadi mereka untuk bekerja.
Situasi yang menguntungkan semua pihak, bukan?
Faktanya, ada
semakin banyak UKM yang menerapkan BYOD dan mencoba menghadirkan
mobilitas dalam strategi bisnis mereka, namun sisi risikonya kadang lupa
diperhatikan. Lagipula, bukankah kebanyakan UKM juga sudah sibuk
menangani berbagai permintaan tradisional dari infrastruktur IT dan
perangkat akhir. Menambahkan mobilitas, bisa membuat pekerja TI
kewalahan.
Bukan hanya meremehkan risiko seputar BYOD, tapi kelalaian ini juga menimbulkan kerugian bagi UKM. Pada laporan State of Mobility dari Symantec disebutkan bahwa rata-rata kerugian akibat mobilitas pada UKM di 2011 mencapai $126.000.
Belum lama ini Symantec menggelar diskusi lewat Twitter
mengenai mobilitas di UKM, khususnya mengenai isu keamanan perangkat
bergerak di kalangan eksekutif UKM dan pekerja TI. Beberapa tema utama
yang muncul adalah bahaya menggunakan WiFi hotspot di tempat umum, tren
program jahat di perangkat bergerak dan bagaimana mengatasi pencurian
atau kehilangan.
Satu hal yang menonjol dari diskusi itu adalah,
banyak UKM yang mau mendengarkan apa langkah-langkah praktis yang bisa
mereka lakukan untuk melindungi pekerja mobile. Oleh karena itu, berikut
ini kami sampaikan apa saja praktek terbaik bagi UKM:
Ketahui dan Catat: Ketahui
dan catat karyawan mana yang memakai perangkat mobile untuk terhubung
ke sumberdaya milik perusahaan. Kenyataannya, Anda tak bisa melindungi
dan mengelola perangkat yang tidak Anda ketahui.
Amankan: Setelah
diketahui dan dicatat, pastikan bahwa karyawan tersebut mengikuti
beberapa pedoman sederhana terkait penggunaan perangkat mereka untuk
bekerja:
- Perangkat bergerak yang terhubung ke sumberdaya perusahaan harus memiliki peranti lunak keamanan dan diaktifkan enkripsinya.
-
Tidak boleh ada perangkat yang sudah di-jailbreak atau di-root.
Perangkat semacam itu bisa memiliki celah keamanan yang membuka risiko
serangan.
- Semua perangkat mobile harus dilindungi dengan password, tanpa kecuali.
- Perangkat hilang atau dicuri harus segera dilaporkan.
-
Hindari membuka pesan teks atau email yang tidak diinginkan dari
pengirim tak dikenal pada perangkat yang terhubung ke jaringan
perusahaan. Sama seperti pada PC, pesan semacam itu bisa jadi sarana
penyebaran program jahat.
- Perhatikan lingkungan sekitar saat
mengakses informasi penting. Ini termasuk saat
- mengetikkan password
maupun saat melihat data yang sensitif atau rahasia, pengguna harus
- selalu waspada akan kemungkinan diintip seseorang.
- Hanya
gunakan marketplace aplikasi yang ternama dan resmi untuk mengunduh dan
memasang aplikasi. Program jahat pada perangkat mobile kerap bersembunyi
di toko aplikasi pihak ketiga.
Kelola:
Menggunakan peranti mobile device management (MDM) dan manajemen
aplikasi adalah hal sederhana yang bisa membantu UKM menjaga inventaris
perangkat yang terhubung ke sumberdaya perusahaan. Juga untuk memastikan
karyawan mematuhi kebijakan yang sudah ditetapkan. Peranti MDM yang
baik juga memungkinkan UKM menjamin informasi milik perusahaan pada
setiap perangkat mobile, baik yang dimiliki pribadi atau perusahaan,
bisa dihapus sepenuhnya saat karyawan tersebut meninggalkan perusahaan
atau saat perangkat itu hilang atau dicuri.
Banyak UKM berusaha
untuk mencari keseimbangan antara menghadirkan mobilitas dengan menjaga
keamanan infrastruktur IT. Langkah-langkah sederhana di atas – ketahui
dan catat perangkat mobile, amankan dengan peranti dan kebijakan serta
pengelolaan lewat peranti lunak – adalah hal yang mudah dilakukan untuk
mencapai keseimbangan tersebut.
*Tentang Penulis: Darric Hor adalah Country Director for Indonesia, Symantec
http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html
Sumber : Kompas.com