" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Pentingnya energi positif pemimpin

Pentingnya energi positif pemimpin

11/03/2012
Pentingnya energi positif pemimpin


Seorang pemimpin perlumenyadarijika dia masihmementingkandiri sendiri, diaakan menularkanenergi negatifbaik bagi dirinyamaupun oranglain.nergi adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk i meraih kesuksesan dalam . hidupnya. Energi akan selalu menggambarkan pada suatu potensi yang lebih mengarah kepada hasil. Setiap orang pasti memiliki energi yang mampu untuk membuatnya menjadi lebih termotivasi dan bersemangat. Energi itu adalah energi positif.

Energi positif merupakan suatu potensi yang memiliki kekuatan untuk dapat membangkitkan diri sendiri dan juga membangun kekuatan untuk orang lain. Energi inilah yang penting dikelola menjadi sesuatu yang dapat memberikan manfaat baik untuk dirinya maupun orang lain.

Yang membedakan apakah seorang pemimpin itu hebat atau sebaliknya akan terlihat dari kondisi energinya. Seorang pemimpin yang hebat akan memiliki energi positif. Kondisi inilah menjadi dasar dari sosok pemimpin yang berkualitas. Sebaliknya seorang pemimpin yang tidak memiliki energi positif akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri dan akan memengaruhi kepemimpinannya.

Hatcher (2012) dalam tulisannya Hoiii Leaders Maintain Positive Energy During Uncertain Times menyebutkan terdapat nilai-nilai penting bagi pemimpin dalam menciptakan keseimbangan kepemimpinannya, yaitu menjaga positive energy saat dihadapkan dengan situasi yang tidak pasti dan tetap memiliki visi seorang pemimpin untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk masa depan institusinya. Nilai tersebut akan menjadikan seorang pemimpin terus memiliki kemampuan dan mengerahkan segala daya upaya baik itu energi, pikiran, maupun perhatiannya untuk memotivasi orang-orang yang dipimpinnya.

Pemimpin perlu untuk memiliki energi yang kuat dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang liebai akan dapat menggunakan energi positifnya dengan bij.ik. Selain itu, dia tidak hanya memiliki, tetapi juga dia akan menyebarkan kepada orang-orang yang ada di lingkungannya. Apabila pemimpin tersebut mampu mentransformasikan segala energi positifnya mako diyakini bahwa dia adalah sosok yang sangat berpengaruh dan mampu untuk membuat suatu perubahan dengan melibatkan semua unsur yang ada di institusinya.

Terkait dengan kemampuan untuk menyalurkan energinya, bila ditinjau dari sudut pandang lain, ternyata kekuatan seorang pemimpin berada pada bagaimana tenaga yang dimilikinya mampu untuk disalurkan kepada orang yang dipimpinnya. Penyaluran tenaga atau energi inilah yang akan membawa kepada siatuasi yang kondusif bagi diri pemimpin itu sendiri maupun situasi orang-orang yang dipimpinnya. Yang pada akhirnya mampu mengajak orang-orang di sekitarnya untuk mengembangkan potensi diri.

Namun, untuk melakukan hal tersebut tidaklah mudah. Terkadang apa yang diharapkan oleh orang-orang yang dipimpin sangat bertolak belakang dengan kenyataan sesungguhnya. Saat di mana bawahan membutuhkan dukungan meski hanya sekadar ungkapan yang mampu membuat semangat, justru energi negatif yang ditularkan oleh pemimpin.

Tujuh tingkatan

Terkait dengan hal tersebut, Bruce D. Schneider (2008) dalam bukunya berjudul Energy Leadership Vxuisforming Your Workplace and Your Life From the Core, mengemukakan bahwa terdapat tujuh tingkatan energi dalam diri seseorang.

Pertama adalah apathy. Tingkat ini menunjukkan seseorang yang menilai dirinya sebagai korban dari ketidakadilansuatu sistem. Jika hal ini dimiliki oleh seorang pemimpin maka yang terjadi dengan dirinya adalah keputusasaan. Keadaan ini menyebabkan dirinya menjadi tidak bersemangat dalam menjalankan kepemimpinannya.

Kedua adalah anger. Pada tingkat ini, memunculkan suatu sifat pertentangan. Seorang pemimpin yang masih pada tingkat ini cenderung berperilaku menentang pada setiap keadaan. Hal ini dapat memunculkan konflik baik dengan dirinya maupun lingkungannya sehingga akan membuat suasana tidak nyaman di sekitarnya.

Tingkat pertama dan kedua di atas cenderung fokus pada self Mau dirisendiri. Akibat yang ditimbulkan adalah energi negatif yang muncul seperti merasa tidak bersemangat ataupun tidak puas dengan keadaan yang terjadi. Seorang pemimpin perlu menyadari jika dia masih mementingkan diri sendiri, dia akan menularkan energi negatif baik bagi dirinya maupun orang lain.

Selanjutnya adalah tingkat ketiga yaitu forgiveness. Pada tingkat ini seseorang sudah mulai menunjukkan pada suatu tanggung jawabnya terhadap lingkungannya sehingga hal ini akan menjadikannya sosok yang mampu untuk berperilaku kooperatif terhadap orang-orang di sekitarnya. Seorang pemimpin yang berada pada tingkat ini mampu untuk melakukan setiap tindakannya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Hal ini akan berimplikasi pada kemampuannya untuk menggerakkan dan membuat orang-orang yang dipimpinnya untuk berpartisipasi dalam setiap kebijakan yang diambilnya.

Tingkat keempat adalah compassion. Pada tingkat ini seseorang menunjukkan kepedulian kepada orang lain. Bila seorang pemimpin memiliki energi pada tingkat ini berarti dia akan selalu melayani orang-orang yang dipimpinnya sebagai suatu bentuk kepedulian terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Tingkat selanjutnya, kelima adalah peace. Bila sudah sampai pada tingkat ini, seorang pemimpin telah mampu berdamai dengan lingkungannya sehingga dia dapat menerima suatu situasi dan kondisi yang kritis sebagai suatu hal yang positif.

Selanjutnya adalah tingkat keenam, yaitu joy. Pada tingkat ini seorang pemimpin telah mampu memadukan sikap, perilaku, dan emosi menjadi sosok yang bijak dalam menjalankan kepemimpinannya. Tingkat ketujuh adalah absolute passion. Kegairahan seorang pemimpin akan diwujudkan dengan perilaku yang tidak menghakimi dan juga menjadi sosok yang kreatif. Hal inilah yang dapat menjadikan orang-orang yang dipimpinnya memiliki gairah pada kinerjanya.

Energi-energi seperti forgiveness, compassion, peace, joy, dan absolute passion merupakan tingkatan yang menunjukkan pada penguasaan seseorang terhadap suatu situasi. Seorang pemimpin pada tingkatan ini memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya sendiri sehingga dia dapat memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap orang lain. Pemimpin juga mampu menularkan energi positif ke orang-orang yang dipimpinnya untuk meraih prestasi dan kinerja yang maksimal.

Tingkatan energi menjadi salah satu kunci untuk dapat mengevaluasi diri. Setiap orang tentunya akan berbeda dalam cara menunjukkan energi positif tersebut. Namun, yang perlu untuk dicermati adalah pengaruh energi terutama energi positif akan sangat berperan dalam menjalankan aktivitas, kewajiban, dan tanggung jawab dari setiap orang. Sebagai seorang pemimpin, maka sudah sepantasnya untuk memiliki. energi positif agar dapat menjadikan dirinya model bagi orang-orang yang dipimpinnya.

Sumber : Bisnis Indonesia


Entri Populer