" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Menuai insight untuk inovasi

Menuai insight untuk inovasi

25/03/2012
Menuai insight untuk inovasi

Konfirmasi dan rekonfirmasi kadang diperlukan untuk mengetahui apakah insight sudah diperoleh.Indepth interview bisa dilakuan pada tahap ini.Inovasi yang berkesinambungan atau continuous innovation merupakan salah satu kunci dari pertumbuhan dan suksesnya perusahaan dan organisasi di dunia ini. lUntutan pasar dan kompetisi yang semakin tinggi menuntut perusahaan untuk terus berinovasi dan menciptakan value proposition yang baru. Hanya perusahaan yang demikianlah yang selalu akan mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat.

Inovasi yang berkesinambungan juga bahkan dibutuhkan di sektor publik. Seiring waktu, banyak kebijakan publik yang menjadi usang dan tidak lagi layak untuk diterapkan. Oleh karena itu, inovasi seharusnya juga menjadi sebuah kebiasaan [habit) pada sektor pelayanan publik.

Sejak beberapa tahun belakangan ini design thinking banyak digadang-gadang sebagai sebuah kendaraan yang menjanjikan untuk mengantarkan perusahaan dan organisasi menuju inovasi. Metode design thinking pada prinsipnya adalah sebuah proses pemecahan masalah (sebuah design challenge) secara kreatif-analitik yang terdiri dari empat blok besar.

Pertama, penemuan insight dari perilaku dan preferensi pengguna; kedua, eksplorasi pola tantangan (constraints) finansial [inability), kapabilitas teknologi [feasibility), dan pemenuhan kebutuhan pengguna (desirability); ketiga, formulasi ide; dan keempat, pembangunan solusi dalam bentuk prototipe yang siap untuk diuji. Langkah-langkah inilah yang membedakan design thinking dengan metode pemecahan masalah yang lain.

Sudah ada banyak perusahaan Fortune 500 yang sukses menerapkan design thinking, antara lain Apple, PG, Dyson, Visa, dan GE. Bahkan, design thinking tidak hanya membantu pengembangan produk, tetapi juga pelayanan dan jasa. Mayo Health Clinic di Amerika Serikat, misalnya, meredefinisi jasa layanan kesehatan melalui proses design thinking sehingga lebih berorientasi kepada pengguna.

Insight

Walaupun secara keseluruhan proses dan langkah-langkah design thinking ini penting, tetapi kelihatannya langkah yang perlu mendapatkan perhatian khusus kita saat ini adalah seputar penemuan insight.

Pencarian insight sering kali tidak dilakukan dengan baik dalam proses inovasi. Ada banyak solusi yang dikembangkan tanpa mencari tahu secara sungguh-sungguh apa yang menjadi kebutuhan pengguna. Ada pula kecenderungan kita untuk memaksa solusi untuk diterapkan. Akhirnya, solusi pun biasanya tambal sulam."

Langkah pertama dalam proses design thinking ini bertujuan agar para desainer-manajer mampu memahami secara sungguh-sungguh apa yang menjadi kebutuhan [need), baik yang terucap (stated) maupun yang tidak terucap [unstated), dan keinginan (want) dari pengguna. Dengan memahami pengguna, perusahaan dan organisasi dapalmemberikan valueproposition yang sesuai. Di langkah awal ini, yang dibutuhkan adalah informasi yang menyeluruh tentang perilaku, kebiasaan, dan pilihan dari pengguna (barang, jasa, maupun kebijakan), sehingga pada akhirnya dapat diperoleh insight. Adapun, insight yang hendak dicari adalah mereka yang sifatnya mengejutkan [surprising), insight yang tidak pernah kita duga dan tidak pernah kita ketahui sebelumnya.

Insight dapat memberikan ringkasan informasi baru yang mendorong terwujudnya produk maupun jasa yang tepat dan bermanfaat oleh pengguna.

Insight juga membantu perusahaan untuk menentukan waktu yang tepat untuk meluncurkan sebuah produk. Dalam sebuah kesempatan wawancara pada- 2010, Steve Jobs menegaskan bahwa meskipun Apple mendesain iPad terlebih dahulu, mereka memilih untuk meluncurkan iPhone lebih awal. Insight yang ditemukan Apple adalah bahwa perusahaan merasa bahwa konsumen perlu memahami iOS [operating system) terlebih dahulu dan telepon genggam merupakan kendaraan yang tepat untuk kepentingan ini.

Lanqkah

Memperoleh insight memang tidak mudah, karena melibatkan intuisi dan pengalaman sang inovator dalam memahami pengguna. Penting bagi sang inovator untuk berempati kepada pengguna. Utamanya, ada tiga langkah penting yang harus diikuti agar empatidan insight dapat diperoleh dengan baik observe, engage, dan immerse.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan observasi pengguna secara meyeluruh. Observe berarti mengamati perilaku dan aktivitas pengguna pada kesehariannya dalam jangka atau periode waktu tertentu. Observasi bisa dilakukan secara langsung atau bisa menggunakan teknik kamera tersembunyi untuk kemudian dianalisis.

Perlu diperhatikan bahwa observasi dalam sebuah focus group discussion dirasa kurang maksimal karena berbagai tantangan yang ada. Terutama karena FGD pada umumnya dilakukan dalam ruang tertutup yang jauh dari keseharian pengguna. Oleh karena itu, pada langkah ini, teknik dan metode yang dikembangkan oleh metode riset etnografi dapat dipergunakan dan akan sangat berguna untuk memperoleh insight.

Langkah kedua yang harus dilakukan adalah dengan secara aktif melibatkan (engaging) pengguna. Yang dimaksud di sini adalah inovator harus melibatkan pengguna secara aktif baik dalam proses empati, maupun pencarian insight. Konfirmasi dan rekonfirmasi kadang diperlukan untuk mengetahui apakah insight sudah diperoleh. Indepth interview bisa dilakukan pada tahap ini.

Inovator harus pandai mencari tahu apa yang tersembunyi dan tidak bisa ditemukan dengan mudah di dalam interview tersebut. Intinya, harus dicari hal-hal yang tersirat dari wawancara tersebut.

Liki, langkah ketiga adalah berempati dengan cara hidup bersama (immerse) dengan pengguna. Sebagai inovator, sangatlah penting untuk mengetahui bagaimana sensasi pancaindera dan perasaan [feeling) yang dialami oleh pengguna. Oleh karena itu, hidup bersama atau berperan [role-play) menjadi pengguna merupakan bagian yang sangat penting untuk mendapatkan insight.

Agar produk atau jasa yang dikembangkan sesuai untuk konsumen kelas menengah ke bawah, misalnya, inovator harus mengetahui apa yang menjadi pilihan dan preferensi, juga perasaan, dari mereka yang berpendapatan di bawah 1 atau 2 juta rupiah, misalnya.

Cara lain yang bisa ditempuh untuk dapat memahami pilihan dan perilaku, serta mendapat insight, adalah dengan mengembangkan purwarupa [pmlotype) yang membantu inovator memahami hambatan fisik dan psikis dari pengguna. Misalnya, dalam membantu mengembangkan produk dan jasa untuk kalangan difabel, inovator bisa mencoba mengoperasikan produk dengan mata ditutup atau hanya dengan mempergunakan satu tangan atau kaki. Hal seperti ini dapat membantu inovator untuk berempati dan memahami pilihan dan perilaku pengguna.

Sumber : Bisnis Indonesia


Entri Populer