15/01/2012
Pedagang Motor Masuk Bisnis Hotel
Berawal dari diler motor Honda, bisnis Wahanaartha Croup saat ini berkembang ke sektor keuangan hingga properti
Napak Tilas Wahanaartha Croup
Suatu peluang belum tentu datang dua kali. Bertolak dari keyakinan tersebut, Wahanaartha senantiasa membesarkan bisnisnya. Berawal dari diler utama motor Honda yang sudah berdiri sejak tahun 1972, kini Wahanaartha melebarkan sayapnya ke bisnis logistik, rental, pembiayaan, dan hotel.
BOLEH jadi, berdagang merupakan bisnis sejuta umat. Tapi, hanya sedikit pedagang yang mampu bertahan hingga 39 tahun, bahkan sampai berganti kepemimpinan hingga generasi kedua Di antara pedagang yang sedikit itu, Wahanaartha Group termasuk salah satu pedagang motor yang awet dan kiniberusia hampir empat dekade.
Bisnis Wahanaartha pertama kab ditorehkan oleh Wyaya Budiman, yang mulai berdagang motor sejak tahun 1966. Kemudian pada tahun 1971, Soichiro Honda menunjuk William Soeryadjaya melalui PT Astra Honda Motor, yang waktu itu bernama PT Federal Motor, sebagai pemegang agen tunggal motor Honda di Indonesia.
Menyambut kehadiran Honda di Indonesia, insting bisnis Wijaya pun muncul. Pada 6 Agustus 1972, ia pun menggabungkan dilemya dengan diler milik Herman Sukamto, Yanto Rasiman, dan Muhamad Thohir lalu keempat orang tersebut membentuk PD Union Motor. Sejak pertama kali berdiri, Union Motor langsung menyabet posisi sebagai diler utama motor Honda di Jakarta dan Tangerang.
Bisnis Union pun semakin berkembang setelah pada tahun 1975, Union melebarkan sayap ke distributor mobil. Di tahun 1983, Union merestrukturisasi danmembagi bisnis perusahaan menjadi dua Pertama, mengubah nama Union menjadi PT Wahana Makmur Sejati yang menjadi diler utama sepeda motor Honda Kedua, mendirikan PT Pro Union Indojaya yang bertugas sebagai diler motor dan mobil Honda
Wyaya diberi tanggung jawab untuk mengelola bisnis diler mobil tersebut. Semen Tahun ini Wahanaarthamenargetkanpenjualan motorsebesar 420.000unit, naik 7,6%.tara itu, bisnis motor dijalankan oleh Herman. Namun ketika Herman meninggal pada tahun 1993, keempat pendiri Wahana pun mempercayakan kepemimpinan perusahaan pada Robbyanto Budiman, anak Wijaya Robby yang masih berusia 26 tahun sebelumnya bekerja sebagai Kepala Unit Layanan
Aset Citibank NA. "Saya tidak punya keinginan kerja di luar bank waktu itu, tapi temyata Tuhan berkehendak lain," ujar Robby, Presiden Direktur Wahanaartha, belum lama ini.
Kala itu, Wahanaartha hanya memiliki 30 orang pegawai. Sejak di bawah kepemimpinan Robby, Wahanaartha gencar melebarkan usahanya
Robby menyadari, konsumen motor yang sebagian besar merupakan kalangan menengah ke bawah mempunyai keterbatasan bujet. Tak heran, sebanyak 85% penjualan motor dilakukan melalui kredit Untuk mendukung pembiayaan motor, pada tahun 1997 Wahana pun mendirikan PT WOM Finance.
Perjalanannya kepemimpinan Robby juga tidak selamanya mulus. Seperti saat krisis tahun 1998, penjualan Wahanaartha hanya mencapai 15.000 unit, anjlok drastis dari 120.000 unit di tahun 1997. Namun di tengah kondisi tersebut, Wahanaartha terus fokus di bisnis motor. Hasilnya, tahun 2011 Wahana mencetak . penjualan 100.000 unit.
Tahun 2003, Wahanaartha kembali mendirikan anak usaha PT Tristar Transindo yang bergerak di bidang logistik motor. Tahun 2005, Wahanaartha menjual mayoritas saham WOM ke Bank Internasional Indonesia sekitar Rp 400 miliar.
Lantas, sepanjang 2006 hingga 2009, Wahanaarta tercatat mendirikan tiga anak usaha lainnya yakni PT Wahanaartha Motorental, PT Terminal Motor Bekas, dan PT Wahana Kalyanamitra Mahardhika Masuk bisnis hotel Menurut Robby, pasar motor turun-temurun.
Artinya pembeli motor saat ini, boleh jadi akan membeli motor kedua di masa mendatang baik untuk anak atau anggota keluarganya yang lain. Karena itu, agar peluang pasar ini tak lari ke tempat lain, Wahanaartha selalu melakukan ekspansi. "Pertama-tama harus melihat pasar dulu, lalu man power siap, finansial siap, baru dijalankan," papar Robby.
Ekspansi Wahanaartha tak berhenti sampai di situ. Tahun 2011, Wahanaartha mengumumkan akan berkongsi dengan PT Grahawita Santika untuk mengembangkan jaringan hotel Santika dan Amaris. Pembangunan ini dilakukan melalui PT Grdha Utama Development dan PT Graha
Sahari Utama
Hingga 2015, Wahanaartha dan Santika berniat membangun 10 hotel bujet dengan investasi Rp 25 miliar-Rp 50 miliar per hotel. Memang Robby berprinsip, kalau ekspansi jangan tanggung-tanggung. "Kalau ekspansi jangan bikin satu, kami mau bangun 10 hotel," kata Robby.
Dengan sekitar 1.600 karyawan, hingga aklur tahun lalu Wahanaartha memiliki 19 diler, 125 diler kemitraan, dan 354 bengkel AHASS. Tahun 2012, Wahanaartha menargetkan penjualan motomya bisa mencapai 420.000 unit, naik 7,6% dari penjualan tahun lalu. Dan penjualan tahun lalu naik 7,7% dari 2010 yang sebanyak 390.000 unit
Sumber: Harian Kontan
Gloria Haraito