16/12/2011
Omzet Melenting Tinggi dari Usaha Kursus Menari Balet
Dipopulerkan di Tanah Air oleh Marlupi Dance Group, kini tari balet semakin populer di Tanah Air. Lihat saja, kursus tari balet tak pernah sepi dari siswa. Bisnis ini memang menguntungkan, namun pakar balet Marlupi Sijangga berpesan, sebaiknya pengelola kursus balet adalah yang suka dan bisa menari balet.
TARI balet atau menari dengan memakai pointe shoes berpita memang bukan tari asli Indonesia. Namun seni tari yang telah mendunia ini memang banyak penggemarnya di Tanah Air.Penggemar balet ini tak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak. Itulah sebabnya, tempat kursus balet kini juga semakin mudah ditemui.
Nah, salah satu tempat kursus balet yang sudah lama kondang di negeri ini adalah Fun and Smart Education Center yang dikelola Widya-na Susanty. Fun and Smart ini pemegang lisensi sekolah balet Marlupi Dance Acade-my (MDA) yang sudah terkenal dan telah berdiri sejak 1956 silam.
Tentu tak hanya Widyana yang mengempit lisensi dari MDA. Di seluruh Indonesia ada 35 pemegang lisensi MDA. Perempuan 26 tahun ini mengaku mulai menjalankan sekolah balet ini sejak 2006 lalu di Gunung Sahari, Jakarta Utara.
Widyana mengakui, tren peminat kursus balet terus meningkat dari tahun ke tahun. "Banyak orangtua yang ingin mencarikan kegiatan di luar jam sekolah tapi tetap disenangi anak-anak," ujar Widyana.
Sekadar gambaran, pada 2011 ini saja, Widyana berhasil menggaet 300 siswa dari usia 2,5 tahun hingga dewasa, dari jenjang preschool hingga advance. "Siswa bisa mengikuti kursus seminggu sekali atau seming-* gu dua kali," ujar wanita yang senang dengan tari balet sejak kecil ini.
Dengan biaya kursus antara Rp 250.000-Rp 500.000 per bulan, ia mengaku mampu meraup omzet sekitar Rp 70 juta per bulan. Menurut Widyana, prospek kursus atau sekolah balet ini ke depannya akan semakin cerah seiring dengan semakin dikenalnya tari balet di Indonesia.
Widyana pun berpromosi. Ia mengatakan, para lulusan Fun and Smart kelak bisa menjadi seorang balerina atau menjadi instruktur balet nan andal dan memiliki reputasi baik. Pasalnya, lulusan Fun and Smart itumengantongi sertifikat dari Royal Academy of Dance di London, Inggris.
Pemilik sekolah balet lainnya adalah Carin, yang mendirikan usaha kursus balet dengan bendera Carin Rumah Yoga, Balet, dan Senam. Kursus ini sudah berdiri sejak 1998 di Serpong, Tangerang.Menurut Carin, peminat balet saat ini cukup banyak karena balet memiliki nilai prestige yang tinggi dan lebih populer ketimbang tarian lainnnya, termasuk tarian daerah.
"Walau sudahmenjadi pengajar,saya juga masihbelajar balet,"ujar Agnes.Sejauh ini untuk menunjang tempat kursus, Carin menggunakan jasa para guru balet jebolan MDA.
Walau mengaku kursus balet ini masih bersifat musiman dan ramai ketika liburan sekolah, Carin menilai prospek usahanya masih cukup besar. Saat ini saja, Carin menampung sedikitnya 80 siswa setiap bulannya.
Dengan biaya kursus mulai dari Rp 150.000 - Rp 500.000 per bulan, ia mampu mendulang omzet hingga Rp 40 juta per bulan. "Balet adalah tarian yang menantang, karena semakin tinggi tahapannya maka semakinsulit gerakan yang harus dilakukan," ungkapnyabukan hanya lingkup Jabodetabek, kursus balet juga sedang menjamur di Bandung. Agnes Thaeda, pemilik kursus balet Nez Ballet Dance di Kota Kembang itu mengaku mulai menjalankan usaha ini sejak 2010 lalu.
Agnes yang sudah belajar balet sejak duduk di bangku taman kanak-kanak ini mengaku antusias untuk membuka kursus tarian yang berusia lebih dari 400 tahun ini. "Maraknya pergelaran balet di Indonesia dalam setahun terakhir telah membius banyak orang, dari anak-anak hingga dewasa untuk belajar balet," ungkapnya.
Agnes menambahkan, kursus balet merupakan pilihan yang tepat bagi orang tua untuk memberikan kegiatan positif di luar sekolah formal. Kursus balet itu bukan hanya sekadar mengajarkan gerakan melenting dan atau mengangkat kaki tinggi-tinggi, melainkan juga menekankan disiplin, interaksi sosial, dan team working dengan siswa lainnya. "Sisi positif itu yang membuat banyak orangtua memilihkan balet untuk anaknya," ujarnya.
Dengan biaya kursus Ro 150.000 - Rp 250.000 per bulan, kini Agnes rata-rata mendapatkan 30 siswa dengan raihan omzet sekitar Rp 7,5 juta per bulan. Agnes beralasan, omzet dia masih minim karena usahanya ini baru beijalan dua tahun ini.
1 unik mengasah kemam-puan anak didiknya, ia kerap menerima tawaran untuk mengisi acara pergelaran balet setiap tiga bulan sekali diberbagai acara. Agnes menegaskan, kegiatan manggung itu bukan sebagai penambahan profit melainkan mencarikan wadah bagi anak didiknya um nk unjuk kemampuan.
Di tempat kursusnya ini, Agnes mempunyai murid mulai dari usia lima tahun sampai 21 tahun. Mereka akan naik grade saban tiga bulan.Nah, agar cepat mahir menari balet, Agnes kerap berpesan kepada para siswanya untuk terus belajar dan berlatih, karena pebalet andal tak pernah berhenti untuk belajar. "Walau saya sudah menjadi pengajar balet, saya juga masih belajar tentang balet," pungkas Agnes.
Dipopulerkan di Tanah Air oleh Marlupi Dance Group, kini tari balet semakin populer di Tanah Air. Lihat saja, kursus tari balet tak pernah sepi dari siswa. Bisnis ini memang menguntungkan, namun pakar balet Marlupi Sijangga berpesan, sebaiknya pengelola kursus balet adalah yang suka dan bisa menari balet.
TARI balet atau menari dengan memakai pointe shoes berpita memang bukan tari asli Indonesia. Namun seni tari yang telah mendunia ini memang banyak penggemarnya di Tanah Air.Penggemar balet ini tak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak. Itulah sebabnya, tempat kursus balet kini juga semakin mudah ditemui.
Nah, salah satu tempat kursus balet yang sudah lama kondang di negeri ini adalah Fun and Smart Education Center yang dikelola Widya-na Susanty. Fun and Smart ini pemegang lisensi sekolah balet Marlupi Dance Acade-my (MDA) yang sudah terkenal dan telah berdiri sejak 1956 silam.
Tentu tak hanya Widyana yang mengempit lisensi dari MDA. Di seluruh Indonesia ada 35 pemegang lisensi MDA. Perempuan 26 tahun ini mengaku mulai menjalankan sekolah balet ini sejak 2006 lalu di Gunung Sahari, Jakarta Utara.
Widyana mengakui, tren peminat kursus balet terus meningkat dari tahun ke tahun. "Banyak orangtua yang ingin mencarikan kegiatan di luar jam sekolah tapi tetap disenangi anak-anak," ujar Widyana.
Sekadar gambaran, pada 2011 ini saja, Widyana berhasil menggaet 300 siswa dari usia 2,5 tahun hingga dewasa, dari jenjang preschool hingga advance. "Siswa bisa mengikuti kursus seminggu sekali atau seming-* gu dua kali," ujar wanita yang senang dengan tari balet sejak kecil ini.
Dengan biaya kursus antara Rp 250.000-Rp 500.000 per bulan, ia mengaku mampu meraup omzet sekitar Rp 70 juta per bulan. Menurut Widyana, prospek kursus atau sekolah balet ini ke depannya akan semakin cerah seiring dengan semakin dikenalnya tari balet di Indonesia.
Widyana pun berpromosi. Ia mengatakan, para lulusan Fun and Smart kelak bisa menjadi seorang balerina atau menjadi instruktur balet nan andal dan memiliki reputasi baik. Pasalnya, lulusan Fun and Smart itumengantongi sertifikat dari Royal Academy of Dance di London, Inggris.
Pemilik sekolah balet lainnya adalah Carin, yang mendirikan usaha kursus balet dengan bendera Carin Rumah Yoga, Balet, dan Senam. Kursus ini sudah berdiri sejak 1998 di Serpong, Tangerang.Menurut Carin, peminat balet saat ini cukup banyak karena balet memiliki nilai prestige yang tinggi dan lebih populer ketimbang tarian lainnnya, termasuk tarian daerah.
"Walau sudahmenjadi pengajar,saya juga masihbelajar balet,"ujar Agnes.Sejauh ini untuk menunjang tempat kursus, Carin menggunakan jasa para guru balet jebolan MDA.
Walau mengaku kursus balet ini masih bersifat musiman dan ramai ketika liburan sekolah, Carin menilai prospek usahanya masih cukup besar. Saat ini saja, Carin menampung sedikitnya 80 siswa setiap bulannya.
Dengan biaya kursus mulai dari Rp 150.000 - Rp 500.000 per bulan, ia mampu mendulang omzet hingga Rp 40 juta per bulan. "Balet adalah tarian yang menantang, karena semakin tinggi tahapannya maka semakinsulit gerakan yang harus dilakukan," ungkapnyabukan hanya lingkup Jabodetabek, kursus balet juga sedang menjamur di Bandung. Agnes Thaeda, pemilik kursus balet Nez Ballet Dance di Kota Kembang itu mengaku mulai menjalankan usaha ini sejak 2010 lalu.
Agnes yang sudah belajar balet sejak duduk di bangku taman kanak-kanak ini mengaku antusias untuk membuka kursus tarian yang berusia lebih dari 400 tahun ini. "Maraknya pergelaran balet di Indonesia dalam setahun terakhir telah membius banyak orang, dari anak-anak hingga dewasa untuk belajar balet," ungkapnya.
Agnes menambahkan, kursus balet merupakan pilihan yang tepat bagi orang tua untuk memberikan kegiatan positif di luar sekolah formal. Kursus balet itu bukan hanya sekadar mengajarkan gerakan melenting dan atau mengangkat kaki tinggi-tinggi, melainkan juga menekankan disiplin, interaksi sosial, dan team working dengan siswa lainnya. "Sisi positif itu yang membuat banyak orangtua memilihkan balet untuk anaknya," ujarnya.
Dengan biaya kursus Ro 150.000 - Rp 250.000 per bulan, kini Agnes rata-rata mendapatkan 30 siswa dengan raihan omzet sekitar Rp 7,5 juta per bulan. Agnes beralasan, omzet dia masih minim karena usahanya ini baru beijalan dua tahun ini.
1 unik mengasah kemam-puan anak didiknya, ia kerap menerima tawaran untuk mengisi acara pergelaran balet setiap tiga bulan sekali diberbagai acara. Agnes menegaskan, kegiatan manggung itu bukan sebagai penambahan profit melainkan mencarikan wadah bagi anak didiknya um nk unjuk kemampuan.
Di tempat kursusnya ini, Agnes mempunyai murid mulai dari usia lima tahun sampai 21 tahun. Mereka akan naik grade saban tiga bulan.Nah, agar cepat mahir menari balet, Agnes kerap berpesan kepada para siswanya untuk terus belajar dan berlatih, karena pebalet andal tak pernah berhenti untuk belajar. "Walau saya sudah menjadi pengajar balet, saya juga masih belajar tentang balet," pungkas Agnes.
Sumber : Harian Kontan
Fahrlyadi, Fitri Nur Arlfenle