16/12/2011
Industri Mebel Cirebon Mulai Bergairah
Menjelang penghentian ekspor bahan baku rotan mulai Januari 2012, industri mebel di Cirebon, Jawa Barat yang selama ini lesu mulai bergairah lagi. Pembeli dari luar negeri yang sebelumnya menghilang mulai bermunculan. Tak pelak, para pelaku industri mebel semangat berbenah, berharap pesanan meningkat.
CIREBON yang merupakan sentra industri mebel rotan terbesar di Indonesia sudah lama mengeluhkan ekspor yang terus melorot. Namun sejak pemerintah memutuskan menyetop ekspor rotan, pembeli lama dari berbagai negara yang sudah beralih ke mebel China, mulai mengajukan order ke Cirebon.
Ketua Komisariat Daerah Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Cirebon, Soemar-tja mengatakan importir yang datang merupakan pelanggan lama dari berbagai negara seperti AS, Kanada, dan Eropa "Para pembeli itu sudah lama menghilang dan sekarang mulai mengontak lagi karena mendengar ekspor bahan baku rotan dihentikan," kata Soemartja . Dengan respon yang bagus dari luar negeri, Soemartja optimistis ekspor rrtebel Cirebon bisa kembali berjaya seperti tahun 1990-an. Pada masa itu, ekspor mebel rotan mencapai 3.000 kontainer perbulan, atau menghabiskan bahan baku rotan setengah jadi sebanyak 9.000 ton. Bandingkan dengan ekspor saat ini yang cuma 1.000-1.200 kontainer per bulan.
Selain itu, Soemartja pun yakin penghentian ekspor rotan mentah tahun depan akan membuat industri mebel China terpuruk. Pasalnya, selama ini industri mebel China mengandalkan bahan baku rotan dari Indonesia.
Namun hal itu telah menjadi cerita lama. Periode ekspor balian baku rotan sudah selesai dengan berakhirnya Permendag No. 36/2009 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan diganti dengan Permendag No. 35/2011 yang berlaku efektif Januari 2012.
Boleh dibilang, aturan ini membawa berkah bagi industri mebel Tanah Air. Selain pembeli mebel China di luar negeri mulai beralih ke Indonesia, perusahaan mebel yang hampir mati, mulai menggeliat.Salah satu perusahaan yang meningkatkan kapasitas ialah PT Tanggo Indonesia Rena, Manager Keuangan Tanggo Indonesia mengatakan, selama ini mereka mengekspor mebel sebanyak 6 kontainer-8 kontainer per bulan. "Dengan adanya penghentian ekspor balian baku rotan, tahun depan kami akan meningkatkan kapasitas hingga 20 kontainer per bulan," kata Rena
Kebyakan ini pun menarik minat investor asing untuk menernakkan duitnya di Tanah Air. Soenoto, Pembina Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) mengatakan, belasan perusahaan dari beberapa negara seperti China, Belanda, Spanyol, dan Finlandia sudah menyampaikan rencana investasinya diindustri mebel. "Kedatangan investor asing akan menciptakan persaingan sehat, terutama pembuatan desain yang laku di pasar internasional," kata Soenoto.
Perusahaan lokal pun, menurut Soenoto, tidak merasa terancam dengan kehadiran investor asing. Di Cirebon, sudah ada tujuh Ekspor mebel tahun departdiprediksitumbuh 25%menjadi USS 150juta.perusahaan asing yang mer\jalankan usahanya berdampingan dengan perusahaan lokal.
Dus, Soenoto yakin kebijakan penyetopan ekspor rotan akan membangkitkan industri mebel di Cirebon. Dalam dua tahun ke depan, ia memperkirakan ekspor mebel rotan dari Cirebon bisa meningkat menjadi 6.000 kontainer per bulan.
Alasannya, pasar mebel dunia sudah lebih besar daritahun 1990-an. AKMRI memperkirakan ekspor mebel tahun ini akan mencapai US$ 120 juta. Memang, ekspor ini masih lebih rendah 13%dari ekspor tahun lalu yang sebesar US$ 138 juta. Namun, tahun depan ia yakin ekspor akan naik 25% menjadi US$ 150 juta.
Sekadar catatan, industri mebel Tanah Air memang semakin lesu sejak pemerintah membuka peluang ekspor rotan. Data AMKRI menyebutkan, tahun 2005 industri mebel di Cirebon mencapai 540 perusahaan. Tapi saat ini, tinggal 170 perusahaan.
Jumlah industri mebel di Solo juga menciut dari 350 memadi 30, Surabaya dari 60 menjadi 12, dan Jabodetabek dari 50 memadi 14. Adapun di Padang berkurang dari 40 menjadi 8, Medan dari 30 menjadi 8, dan Barito dari 50 menjadi 20 industri.
Sekretaris Ditjen Agro Kementerian Perindustrian, Abdul Rocliim mengatakan, dengan penghentian ekspor balian baku rotan, kendala bahan baku yang dialami industri di dalam negeri akan teratasi. "Industri yang terpuruk akan segera bangkit," kata Abdul.
Menjelang penghentian ekspor bahan baku rotan mulai Januari 2012, industri mebel di Cirebon, Jawa Barat yang selama ini lesu mulai bergairah lagi. Pembeli dari luar negeri yang sebelumnya menghilang mulai bermunculan. Tak pelak, para pelaku industri mebel semangat berbenah, berharap pesanan meningkat.
CIREBON yang merupakan sentra industri mebel rotan terbesar di Indonesia sudah lama mengeluhkan ekspor yang terus melorot. Namun sejak pemerintah memutuskan menyetop ekspor rotan, pembeli lama dari berbagai negara yang sudah beralih ke mebel China, mulai mengajukan order ke Cirebon.
Ketua Komisariat Daerah Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Cirebon, Soemar-tja mengatakan importir yang datang merupakan pelanggan lama dari berbagai negara seperti AS, Kanada, dan Eropa "Para pembeli itu sudah lama menghilang dan sekarang mulai mengontak lagi karena mendengar ekspor bahan baku rotan dihentikan," kata Soemartja . Dengan respon yang bagus dari luar negeri, Soemartja optimistis ekspor rrtebel Cirebon bisa kembali berjaya seperti tahun 1990-an. Pada masa itu, ekspor mebel rotan mencapai 3.000 kontainer perbulan, atau menghabiskan bahan baku rotan setengah jadi sebanyak 9.000 ton. Bandingkan dengan ekspor saat ini yang cuma 1.000-1.200 kontainer per bulan.
Selain itu, Soemartja pun yakin penghentian ekspor rotan mentah tahun depan akan membuat industri mebel China terpuruk. Pasalnya, selama ini industri mebel China mengandalkan bahan baku rotan dari Indonesia.
Namun hal itu telah menjadi cerita lama. Periode ekspor balian baku rotan sudah selesai dengan berakhirnya Permendag No. 36/2009 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan diganti dengan Permendag No. 35/2011 yang berlaku efektif Januari 2012.
Boleh dibilang, aturan ini membawa berkah bagi industri mebel Tanah Air. Selain pembeli mebel China di luar negeri mulai beralih ke Indonesia, perusahaan mebel yang hampir mati, mulai menggeliat.Salah satu perusahaan yang meningkatkan kapasitas ialah PT Tanggo Indonesia Rena, Manager Keuangan Tanggo Indonesia mengatakan, selama ini mereka mengekspor mebel sebanyak 6 kontainer-8 kontainer per bulan. "Dengan adanya penghentian ekspor balian baku rotan, tahun depan kami akan meningkatkan kapasitas hingga 20 kontainer per bulan," kata Rena
Kebyakan ini pun menarik minat investor asing untuk menernakkan duitnya di Tanah Air. Soenoto, Pembina Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) mengatakan, belasan perusahaan dari beberapa negara seperti China, Belanda, Spanyol, dan Finlandia sudah menyampaikan rencana investasinya diindustri mebel. "Kedatangan investor asing akan menciptakan persaingan sehat, terutama pembuatan desain yang laku di pasar internasional," kata Soenoto.
Perusahaan lokal pun, menurut Soenoto, tidak merasa terancam dengan kehadiran investor asing. Di Cirebon, sudah ada tujuh Ekspor mebel tahun departdiprediksitumbuh 25%menjadi USS 150juta.perusahaan asing yang mer\jalankan usahanya berdampingan dengan perusahaan lokal.
Dus, Soenoto yakin kebijakan penyetopan ekspor rotan akan membangkitkan industri mebel di Cirebon. Dalam dua tahun ke depan, ia memperkirakan ekspor mebel rotan dari Cirebon bisa meningkat menjadi 6.000 kontainer per bulan.
Alasannya, pasar mebel dunia sudah lebih besar daritahun 1990-an. AKMRI memperkirakan ekspor mebel tahun ini akan mencapai US$ 120 juta. Memang, ekspor ini masih lebih rendah 13%dari ekspor tahun lalu yang sebesar US$ 138 juta. Namun, tahun depan ia yakin ekspor akan naik 25% menjadi US$ 150 juta.
Sekadar catatan, industri mebel Tanah Air memang semakin lesu sejak pemerintah membuka peluang ekspor rotan. Data AMKRI menyebutkan, tahun 2005 industri mebel di Cirebon mencapai 540 perusahaan. Tapi saat ini, tinggal 170 perusahaan.
Jumlah industri mebel di Solo juga menciut dari 350 memadi 30, Surabaya dari 60 menjadi 12, dan Jabodetabek dari 50 memadi 14. Adapun di Padang berkurang dari 40 menjadi 8, Medan dari 30 menjadi 8, dan Barito dari 50 menjadi 20 industri.
Sekretaris Ditjen Agro Kementerian Perindustrian, Abdul Rocliim mengatakan, dengan penghentian ekspor balian baku rotan, kendala bahan baku yang dialami industri di dalam negeri akan teratasi. "Industri yang terpuruk akan segera bangkit," kata Abdul.
Sumber : Harian Kontan
Sofyan Nur Hidayat (Cirebon)