Yuk Tahun Barunan Diancol >>
28/12/2011
Meraup Laba dari Steik Resto Harga Kaki Lima
Bisnis makanan steik alias steak dengan harga terjangkau makin
semarak di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Dengan
membidik segmen pasar kelas menengah ke bawah, empunya bisnis steik
mampu meraup omzet puluhan juta rupiah per bulan.
Sebagian orang
terutama yang bergolongan ekonomi menengah ke bawah bisa mengerutkan
alis jika mendengar makanan bernama steik. Maklum, makanan berbahan
utama daging itu sering dianggap sebagai makanan mahal yang bisa
menguras kantong.
Tapi belakangan ini, anggapan itu mulai pupus,
seiring dengan bertebarannya rumah makan, kafe atau restoran yang
menawarkan steik dengan harga terjangkau. Mereka menawarkan steik harga
murah karena melihat peluang pasar dari kelompok ekonomi menengah ke
bawah.
Salah satu penyedia steik yang menyasar kelompok ekonomi
menengah ke bawah itu adalah Bintang Jaya Steak di Surabaya. Mereka
mengklaim sebagai pelopor steik kelas kaki lima pertama di kota Pahlawan
itu.
Dendy Eko Yulianto, Pemilik Bintang Jaya Steak mengaku,
memulai usaha steik sejak tahun lalu. Ia membidik kelompok pasar ekonomi
menengah ke bawah dengan harga jual hanya Rp 12.000 sampai Rp 30.000
per porsi. Karena kelompok segmen pasarnya luas, usaha penjualan steik
itu digemari di Surabaya. "Dalam waktu satu tahun, saya bisa buka tiga
gerai," kata Dendy.
Pengunjung gerai steik Dendy banyak
didatangi kelompok kawula muda. Kendati demikian, gerai milik Dendy
kerap didatangi kelompok usia dewasa juga. Setiap hari kerja, tiap
gerai mampu menjual 15 kilogram (kg) daging sapi dan 15 kg daging ayam.
Saat akhir pekan, setiap gerai bisa menjual dua kali lipatnya atau 30
kg daging sapi dan 35 kg daging ayam. "Penjualan mencapai 100 porsi di
akhir pekan," ujar Dendy.
Dari tiga gerai itu, Dendy
mempertahankan gerainya yang pertama tetap menjadi warung steik kaki
lima. Adapun dua gerainya yang lain memiliki konsep restio mini yang
berlokasi di kawasan pertokoan.
Saat merintis usaha steik, Dendy
hanya memiliki 4 orang karyawan. Kini Dendy yang memiliki 12 orang
karyawan mampu meraup omzet sampai Rp 150 juta dari ketiga gerainya itu. Dendy
bilang, peluang bisnis steik cukup cerah karena memiliki margin laba
bisa sampai 40 persen dari omzet. "Saat ini banyak yang ikutan bikin
warung steik kaki lima di Surabaya," ungkap Dendy.
Pemain lain
di bisnis steik yang menyasar kelompok ekonomi menengah ke bawah adalah
Friendsteak di Sunter, Jakarta Utara. Friendsteak berdiri tahun 2009
dengan mengusung konsep mini resto.Wirawan Wahyudi, Manajer
Operasional Friendsteak, bilang bahwa harga steik mereka mulai dari Rp
15.000 per porsi sampai Rp 35.000 per porsi. Walaupun harga murah,
mereka menolak jika dibilang bahan baku mereka sebagai bahan baku
murahan. "Semua bahan baku kami proses sendiri, termasuk saus dan
bumbu-bumbu lainnya," ungkap Wirawan.
Dalam sehari, pengunjung
Friendsteak berkisar antara 25 pengunjung sampai 40 pengunjung. Dengan
hitungan kunjungan itu, Friendsteak mencatat omzet rata-rata Rp 26 juta
per bulan.
Wirawan bilang, potensi warung steik memiliki
peluang besar di Indonesia. Ia membuktikan dengan rencana perusahaannya
untuk melakukan ekspansi Wirawan membuktikannya dengan membuka gerai
Friendsteak awal tahun depan di Kemayoran, Jakarta Pusat. "Peminat steik
banyak, jadi tidak heran banyak juga yang tertarik," terang Wirawan.
Sumber : Harian Kontan
(Fahriyadi, Dea Chadiza Syafin)