26/09/2011
Sentra Kerajinan Golok Sejak Seabad Silam
Anda ingin membeli golok? Coba datang ke Kampung Galonggong, Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di kampung ini sejak lima tahun lalu, telah tumbuh dengan pesat kerajinan golok. Ada sekitar 20 perajin yang ada di sentra ini.
KABUPATEN Tasikmalaya memang terkenal sebagai gudang produk kerajinan. Beberapa kerajinan, seperti kerajinan payung kertas atau mendong, kerajinan bordir, hingga kelom, ada di kota ini.Namun, sebenarnya ada satu lagi sentra kerajinan yang mulai kondang sejak satu dasawarsa silam, yakni sentra kerajinan golok. Letak sentra ini di Kampung Galonggong, Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya.
Menurut cerita, Kampung Galonggong memang sudah terkenal sebagai sentra produksi golok sejak zaman Belanda. Namun, para perajin di kampung itu baru menggelar dagangan secara terbuka pada medio 1990-an.
Enok Wida, pemilik PD Galonggong Suci di sentra kerajinan Golok ini mengungkapkan, di sentra kerajinan golok kini ada 20 perajin sekaligus pedagang golok. Sentra ini baru benar-benar terbentuk pada tahun 2000.
Perempuan pemilik kios golok berukuran 3x3 meter ini mengaku telah terjun ke usaha ini sejak 1999 lalu. "Saat saya membuka kios,baru ada empat pedagang termasuk saya. Tapi lama-lama banyak juga yang ikut jualan," ujar Enok.
Enok menambahkan, memang sudah lama warga Kampung Galonggong telah menjadi perajin golok dan pisau. Pekerjaan ini berlangsung turun temurun. "Sekitar 1.000 orang atau 75% dari warga Galonggong adalah perajin dan pedagang golok," jelasnya.
I l.ilnn.iii pemilik UD Sepakat, yang juga menjual aneka jenis golok dan pisau di kios berukuran 2x3 meter juga mengakui bahwa tak dapat dipungkiri kerajinan golok telah menjadi "nyawa" bagi warga Kampung Galonggong.
Perempuan berusia 60 tahun yang mulai berdagang golok sejak tahun 2000 ini menyatakan langgengnya kerajinan golok di Galonggong selain karena alasan tradisi, juga lantaran warga tak punya pilihan pekerjaan lain. "Selain keahlian yang menurun pada anak dan cucu mereka, kebanyakan dari mereka bingung mencari pekeijaan lain," tegasperempuan yang kini juga mewariskan usaha ini kepada kedua putranya.
Halimah menambahkan, lantaran tradisi pembuatan golok nan kuat di Galonggong, membuat membuat banyak agen atau distributor alat-alat pertanian hingga kolektor golok datang ke tempat ini. "Riwayat kampung ini memang erat dengan kerajinan golok jadi sulit jika berusaha mengubah sejarah tersebut," jelas Halimah yang bersuamikan perajin golok.
Alasan Halimah mau berdagang golok secara langsung setelah dia melihat banyak orang datang ke kampungnya hanya untuk mencari golok, pisau, sabit, dan berbagai alat pertanian.
Sementara bagi Eman Suherman, salah satu perajin golok di Kampung Galonggong, faktor lingkunganlah yang membuatnya beralih profesi menjadi perajin golok. "Setelah kembali dari rantau, saya memutuskan untuk jadi perajin golok karena mayoritas warga di kampung ini adalah pembuat golok," ungkap lelaki yang telah jadi perajin selama 17tahun ini.
Kin;m sendiri membuat golok khusus untuk satu toko yang ada di sentra itu. Menurut Eman, golok buatannya pun cukup laku di pasaran. Karena itu, dia yakin, potensi kerajinan golok di kampungnya masih bisa berkembang lebih baik kalau perajin di situ mau mempertahankan kualitas dan semakin kreatif membuat aneka desain golok.
Ia menuturkan, di Ciamis yang berbatasan langsung dengan Tasikmalaya, kini juga sudah berdiri sentra kerajinan golok. Namun produk golok di situ masih kalau dibandingkan dengan produk golok Galonggong.
Lelaki 42 tahun ini mengaku sebagai generasi ketiga dari perajin golok di Galonggong. Eman pun meyakini, kerajinan ini masih bisa langgeng hingga 10 atau 20 tahun ke depan. "Selama golok menjadi kebutuhan primer petani rasanya kerajinan dan usaha perdagangan golok ini masih bisa bertahan lama," tutupnya
Anda ingin membeli golok? Coba datang ke Kampung Galonggong, Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di kampung ini sejak lima tahun lalu, telah tumbuh dengan pesat kerajinan golok. Ada sekitar 20 perajin yang ada di sentra ini.
KABUPATEN Tasikmalaya memang terkenal sebagai gudang produk kerajinan. Beberapa kerajinan, seperti kerajinan payung kertas atau mendong, kerajinan bordir, hingga kelom, ada di kota ini.Namun, sebenarnya ada satu lagi sentra kerajinan yang mulai kondang sejak satu dasawarsa silam, yakni sentra kerajinan golok. Letak sentra ini di Kampung Galonggong, Desa Cilangkap, Kecamatan Manonjaya.
Menurut cerita, Kampung Galonggong memang sudah terkenal sebagai sentra produksi golok sejak zaman Belanda. Namun, para perajin di kampung itu baru menggelar dagangan secara terbuka pada medio 1990-an.
Enok Wida, pemilik PD Galonggong Suci di sentra kerajinan Golok ini mengungkapkan, di sentra kerajinan golok kini ada 20 perajin sekaligus pedagang golok. Sentra ini baru benar-benar terbentuk pada tahun 2000.
Perempuan pemilik kios golok berukuran 3x3 meter ini mengaku telah terjun ke usaha ini sejak 1999 lalu. "Saat saya membuka kios,baru ada empat pedagang termasuk saya. Tapi lama-lama banyak juga yang ikut jualan," ujar Enok.
Enok menambahkan, memang sudah lama warga Kampung Galonggong telah menjadi perajin golok dan pisau. Pekerjaan ini berlangsung turun temurun. "Sekitar 1.000 orang atau 75% dari warga Galonggong adalah perajin dan pedagang golok," jelasnya.
I l.ilnn.iii pemilik UD Sepakat, yang juga menjual aneka jenis golok dan pisau di kios berukuran 2x3 meter juga mengakui bahwa tak dapat dipungkiri kerajinan golok telah menjadi "nyawa" bagi warga Kampung Galonggong.
Perempuan berusia 60 tahun yang mulai berdagang golok sejak tahun 2000 ini menyatakan langgengnya kerajinan golok di Galonggong selain karena alasan tradisi, juga lantaran warga tak punya pilihan pekerjaan lain. "Selain keahlian yang menurun pada anak dan cucu mereka, kebanyakan dari mereka bingung mencari pekeijaan lain," tegasperempuan yang kini juga mewariskan usaha ini kepada kedua putranya.
Halimah menambahkan, lantaran tradisi pembuatan golok nan kuat di Galonggong, membuat membuat banyak agen atau distributor alat-alat pertanian hingga kolektor golok datang ke tempat ini. "Riwayat kampung ini memang erat dengan kerajinan golok jadi sulit jika berusaha mengubah sejarah tersebut," jelas Halimah yang bersuamikan perajin golok.
Alasan Halimah mau berdagang golok secara langsung setelah dia melihat banyak orang datang ke kampungnya hanya untuk mencari golok, pisau, sabit, dan berbagai alat pertanian.
Sementara bagi Eman Suherman, salah satu perajin golok di Kampung Galonggong, faktor lingkunganlah yang membuatnya beralih profesi menjadi perajin golok. "Setelah kembali dari rantau, saya memutuskan untuk jadi perajin golok karena mayoritas warga di kampung ini adalah pembuat golok," ungkap lelaki yang telah jadi perajin selama 17tahun ini.
Kin;m sendiri membuat golok khusus untuk satu toko yang ada di sentra itu. Menurut Eman, golok buatannya pun cukup laku di pasaran. Karena itu, dia yakin, potensi kerajinan golok di kampungnya masih bisa berkembang lebih baik kalau perajin di situ mau mempertahankan kualitas dan semakin kreatif membuat aneka desain golok.
Ia menuturkan, di Ciamis yang berbatasan langsung dengan Tasikmalaya, kini juga sudah berdiri sentra kerajinan golok. Namun produk golok di situ masih kalau dibandingkan dengan produk golok Galonggong.
Lelaki 42 tahun ini mengaku sebagai generasi ketiga dari perajin golok di Galonggong. Eman pun meyakini, kerajinan ini masih bisa langgeng hingga 10 atau 20 tahun ke depan. "Selama golok menjadi kebutuhan primer petani rasanya kerajinan dan usaha perdagangan golok ini masih bisa bertahan lama," tutupnya
Sumber : Harian Kontan
Fahriyadi