" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Sukses karena Terpaksa Menjadi Pengusaha

Sukses karena Terpaksa Menjadi Pengusaha

07/27/2011
Inspirasi Ahmad Ngabdiilloh (1)


Ahmad Ngandulloh sebenarnya tidak pernah bercita-cita menjadi pengusaha. Walau terlahir di keluarga perajin batu alam, namun cita-citanya adalah jadi pegawai di perusahaan. Hanya saja, nasib bicara lain. Selepas kuliah, dia susah mendapat kerja, ditambah ayah yang sakit, Ahmad harus melanjutkan usaha sang ayah.

KERAJINAN batu alam menjadi sumber penghasilan Ahmad Ngabdulloh di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Walau mengaku tak pernah bercita-cita menjadi pengusaha, namun pria berumur 32 tahun initerbukti sukses mengembangkan usaha batu alamnya

Dengan nama usaha 77 Craft, saal ini, Ahmad sudah bisa mengekspor produknya ke beberapa negara di Asia, Amerika, dan Australia. Negara-negara Asia yang nitin meminta kiriman produknya antara lain Filipina, Singapura, dan Malaysia. Dengan pasar yang cukup luas tersebut, Ahmad mengaku mampu mengumpulkan omzet dari penjualan batu alam minimal Rp 100 juta per bulan. Berbagai jenis produk eksterior dibuat, seperti air mancur, ornamen lampu, dan patung. Produk-produk tersebut dijual dengan harga mulai Rp 35.000 sampai Rp 1 juta per unit

Ahmad mengaku mewarisi usaha kerajinan batu alam dari orangtua Walau terlahir duri keluarga perajin batu alam di Muntilan, Ahmad in. ngaku tak pernah dididik menjadi pengusaha seperti orang tuanya. "Oleh karena itu, tidak ada di benak saya menjadi pengusaha," katanya Muntilan memang terkenal dengan sentra kerajinan batu alam. Terletak di lereng gunung Merapi, kota ini berdekatan dengan salah satu nil terbesar di dunia, yaitu Candi Borobudur.

Menurut Ahmad, ia tidak dicari sebagai pengusaha oleh orangtua lantaran mereka lebih suka Ahmad konsentrasi pada sekolah atau kuliahnya Karena itulah, saat menginjak remaja dia hanya bertugas penerima pesanan dari pelanggan yang ingin membeli produk batu alam sang ayah. "Kalau saya mau membantu, mereka selalu mengingatkan untuk belajar," kenang Ahmad.

Selepas menyelesaikan bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Ahmad kemudian meneruskan kuliah di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta dengan mengambil program Diploma 3. Dia mengaku mengambil jurusan mesin karena jurusan

"Tidak ada di benak sayamenjadipengusaha," kata Ahmad.itu yang populer, sehingga nantinya bakal mudah mencari pekerjaan. Namun cita-cita mendapat pekerjaan kantoran tak kesempaian. Setelah menyelesaikan kuliah, Ahmad malah kesulitan mencari kerja Padahal dia sudah menebar lamaran di berbagai instansi pemerintah atau perusahaan. "Namun semua ditolak. Temyata cari kerja ttu berat," katanya

Tekanan batin Ahmad semakin berat, selain takberhasil mendapat pekerjaan, sang ayah yang selama ini menjadi penopang kehidupan keluarga, jatuh sakit.Inilah titik balik kehidupan Ahmad. Walau hati kecilnya menolak, namun dia terpaksa mengambilalih usaha sang ayah. "Cita-cita saya itu bisa kerja di perusahan," katanya

Namun Ahmad teringat tanggungjawab besar keluarga Sebagai anak tertua, dia harus membiayai sekolah adik-adik. "Kalau bukan saya siapa lagi," Ujarnya

Masalahnya, meski lahir dan besar dalam keluarga perajin batu alam. Ahmad tidak mempunyai kemampuan membuat kerajinan batu akat Pendidikan teknik yang didapal kan di bangku kuliah tidak bisa diterapkan usaha batu alam. Sebab, dia mengaku, dulu hanya diajarkan bagaimana memlu at robek atau kerajinan kecillain.

Di tengah keterpaksaan itulah Ahmad terus belajar membuat kerajinan batu alam. Ketrampilan tersebut didapatnya dari pegawai-pegawal sang ayah. Menurutnya, dengan belajar maka dia tidak akan tergilas oleh pesaing lain yang juga terus berinovasi.

Kini, pengalamannya dalam berhubungan dengan orang lain terbukti membantu usahanya Sehingga di tangan Ahmad, bisnis kerajinan batu alam milik sang ayah berkembang pesat. Tak hanya melayani pelanggan domestik, diajuga melayani pembeli asing. Walau begitu, sampai saat ini Ahmad masih teringat cita-cita dahulu. "Mungkin kalau ada yang menawarkan pekerjaan, saya terima" ujar Ahmad tertawa

Sumber :Harian Kontan
Dharmesta



Entri Populer