>>>>Membaca Keinginan Pasar (Ispiratif)
Seperti apa perilaku masyarakat Indonesia, khususnya dalam memilih produk apa yang akan mereka beli? Itulah yang ingin dijawab oleh Iwan Murty, Managing Director Ipsos Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang riset pasar mengaku dunia pemasaran tidak dapat dilepaskan dari penelitian mengenai sifat dan kebiasaan masyarakat..
Pemasaran masa kini berangkat dari riset, mulai dari mencari tahu daya beli masyarakat, hingga selera mereka terhadap sebuah produk."Bidang ini tidak sekadar perhitungan angka dalam ekonomi pemasaran, tetapi juga ada ilmu psikologi yang harus dikuasai agar dapat mengerti ekspresi wajah, tubuh, hingga perilaku manusia," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Perjalanan kariemya lemyata sudah dirintisnya sejak memutuskan pindah sekolah menengah atas dari Jakarta ke Australia. Keputusan ini dilakukan setelah sempat mengikuti kegiatan pertukaran pelajar dari Lions Club.Keputusan ini awalnya kurang didukung oleh orangtua, tetapi dia berhasil meyakinkan sang ayah dengan adanya program akselerasi di sana sehingga dari kelas satu bisa langsung loncat ke kelas tiga.
Begitu restu di tangan, usaha dilakukan sendiri, mulai dari mencari sekolah hingga belajar untuk akselerasi dan berhasil. Sesaat setelah masuk Iwan mengikuti ujian akselerasi dan bisa langsung naik ke kelas liga.Iwan mengaku saat ini kurikulum di Indonesia dan Australia cukup berbeda, khususnya dari metode pengajaran. Di Indonesia ke arah menghafal, sementara di sana cara belajarnya menuntut inisiatif siswaper individu untuk berpikir dan melakukan penelitian.
Salah satu contohnya di mata pelajaran sejarah, dia diminta membuat esai berisi argumen mengapa Hitler dikatakan sebagai orang yang memulai Perang Dunia II, guru meminta siswa mencari sendiri balian bacaan di perpustakaan.
"Penilaian berdasarkan dasar pemikiran argumen tersebut dan banyaknya literatur yang digunakan. Hal ini temyata membantu pekerjaan saya hingga sekarang," ujarnya.
Masuk kuliah di jurusan ekonomi, awalnya banyak tawaran untuk mendalami bidang banking finance yang sedang menjadi tren saat itu. Namun, instingnya berkata lain, dia berpikir untuk mengambil hal yang berbeda, pemasaran (marketing).
Ketertarikannya dan akhirnya jatuh cinta pada dunia riset sudah terjadi ketika kuliah, dimana ternyata kegiatan pemasaran itu harus memahami perilaku konsumen dan calon konsumen. Begitu lulus, Iwan mencari kerja di bidang ini.
Lulus kuliah di Australia, Iwan kembali ke Jakarta dan bekerja di Research Executive Frank Small Associates pada usia 21 tahun. Beberapa tahun kemudian dia pun memilih untuk dipindahkan ke Australia.
Keputusan tersebut diambil dalam misi menggapai cita-citanya untuk menjadi country manager pada usia 32 tahun. Bekerja di luar negeri membantunya mempelajari dan menyerap ilmu kepemimpinan berbagai atasan, mulai dari orang Asia, Australia, hingga Eropa.
Konsistensi pada dunia riset dimulainya sejak awal, Iwan mencari pekerjaan pertamanya di bidang ini dan bertahan hingga kini. Diamengaku sekarang pun dirinya tidak sembarang dalam merekrut pegawai, mereka harus benar-benar suka penelitian.
"Saya tidak mau asal menerima pegawai, atau orang yang mencari pekerjaan di bidang apa aja. Orang tersebut harus memiliki ketertarikan, mempelajari, dan konsisten," ujarnya.
Sebelum di Ipsos, Iwan mendirikan sendiri . perusahaan risetnya. PT Global Multi Services sejak 2005. Perusahaan ini berkembang cukup baik, tetapi ada satu hal yang menjadi ganjalan baginya.
"Saya termasuk tipe orang mudah bosan, kalau hal itu terjadi, bagaimana nasib karyawan. Pada saat itu ada teman yang sudah masuk Ipsos dan menawarkan saya untuk membuka di Indonesia," ujarnya.Keputusan diambil, Ipsos merupakan perusahaan yang sudah stabil, sehingga jika Iwan bosan dan keluar, manajemen akan tetap berjalan dan karyawan, khususnya pegawai di lapangan tidak harus kehilangan pekerjaan.
Saat ini Ipsos memiliki sekitar 400 karyawan, kebanyakan orang lapangan yang bertugas mencari data. Klien dari Indonesia saat ini banyak mencari riset untuk membantu mengerti pasar di industri, melihat performa produk mereka sejauh mana, mengevaluasi kompetitor, melihat potensi produk baru, serta mengerti karakteristik pembeli.
Seperti apa perilaku masyarakat Indonesia, khususnya dalam memilih produk apa yang akan mereka beli? Itulah yang ingin dijawab oleh Iwan Murty, Managing Director Ipsos Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang riset pasar mengaku dunia pemasaran tidak dapat dilepaskan dari penelitian mengenai sifat dan kebiasaan masyarakat..
Pemasaran masa kini berangkat dari riset, mulai dari mencari tahu daya beli masyarakat, hingga selera mereka terhadap sebuah produk."Bidang ini tidak sekadar perhitungan angka dalam ekonomi pemasaran, tetapi juga ada ilmu psikologi yang harus dikuasai agar dapat mengerti ekspresi wajah, tubuh, hingga perilaku manusia," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Perjalanan kariemya lemyata sudah dirintisnya sejak memutuskan pindah sekolah menengah atas dari Jakarta ke Australia. Keputusan ini dilakukan setelah sempat mengikuti kegiatan pertukaran pelajar dari Lions Club.Keputusan ini awalnya kurang didukung oleh orangtua, tetapi dia berhasil meyakinkan sang ayah dengan adanya program akselerasi di sana sehingga dari kelas satu bisa langsung loncat ke kelas tiga.
Begitu restu di tangan, usaha dilakukan sendiri, mulai dari mencari sekolah hingga belajar untuk akselerasi dan berhasil. Sesaat setelah masuk Iwan mengikuti ujian akselerasi dan bisa langsung naik ke kelas liga.Iwan mengaku saat ini kurikulum di Indonesia dan Australia cukup berbeda, khususnya dari metode pengajaran. Di Indonesia ke arah menghafal, sementara di sana cara belajarnya menuntut inisiatif siswaper individu untuk berpikir dan melakukan penelitian.
Salah satu contohnya di mata pelajaran sejarah, dia diminta membuat esai berisi argumen mengapa Hitler dikatakan sebagai orang yang memulai Perang Dunia II, guru meminta siswa mencari sendiri balian bacaan di perpustakaan.
"Penilaian berdasarkan dasar pemikiran argumen tersebut dan banyaknya literatur yang digunakan. Hal ini temyata membantu pekerjaan saya hingga sekarang," ujarnya.
Masuk kuliah di jurusan ekonomi, awalnya banyak tawaran untuk mendalami bidang banking finance yang sedang menjadi tren saat itu. Namun, instingnya berkata lain, dia berpikir untuk mengambil hal yang berbeda, pemasaran (marketing).
Ketertarikannya dan akhirnya jatuh cinta pada dunia riset sudah terjadi ketika kuliah, dimana ternyata kegiatan pemasaran itu harus memahami perilaku konsumen dan calon konsumen. Begitu lulus, Iwan mencari kerja di bidang ini.
Lulus kuliah di Australia, Iwan kembali ke Jakarta dan bekerja di Research Executive Frank Small Associates pada usia 21 tahun. Beberapa tahun kemudian dia pun memilih untuk dipindahkan ke Australia.
Keputusan tersebut diambil dalam misi menggapai cita-citanya untuk menjadi country manager pada usia 32 tahun. Bekerja di luar negeri membantunya mempelajari dan menyerap ilmu kepemimpinan berbagai atasan, mulai dari orang Asia, Australia, hingga Eropa.
Konsistensi pada dunia riset dimulainya sejak awal, Iwan mencari pekerjaan pertamanya di bidang ini dan bertahan hingga kini. Diamengaku sekarang pun dirinya tidak sembarang dalam merekrut pegawai, mereka harus benar-benar suka penelitian.
"Saya tidak mau asal menerima pegawai, atau orang yang mencari pekerjaan di bidang apa aja. Orang tersebut harus memiliki ketertarikan, mempelajari, dan konsisten," ujarnya.
Sebelum di Ipsos, Iwan mendirikan sendiri . perusahaan risetnya. PT Global Multi Services sejak 2005. Perusahaan ini berkembang cukup baik, tetapi ada satu hal yang menjadi ganjalan baginya.
"Saya termasuk tipe orang mudah bosan, kalau hal itu terjadi, bagaimana nasib karyawan. Pada saat itu ada teman yang sudah masuk Ipsos dan menawarkan saya untuk membuka di Indonesia," ujarnya.Keputusan diambil, Ipsos merupakan perusahaan yang sudah stabil, sehingga jika Iwan bosan dan keluar, manajemen akan tetap berjalan dan karyawan, khususnya pegawai di lapangan tidak harus kehilangan pekerjaan.
Saat ini Ipsos memiliki sekitar 400 karyawan, kebanyakan orang lapangan yang bertugas mencari data. Klien dari Indonesia saat ini banyak mencari riset untuk membantu mengerti pasar di industri, melihat performa produk mereka sejauh mana, mengevaluasi kompetitor, melihat potensi produk baru, serta mengerti karakteristik pembeli.
Sumber : Bisnis Indonesia