>>>>>Emping Menes Buah Karya Kaum Hawa
Berawal dari coba-coba, pembuatan emping melinjo kini menjadi tumpuan ekonomi warga Kecamatan Menes, Pandeglang, Banten. Usaha emping melinjo berkembang karena bahan baku yang melimpah. Uniknya, pengolahan melinjo di Menes dilakoni oleh kaum hawa.
MENES dikenal sebagai daerah penghasil emping dan keceprek. Daerah ini merupakan nama kecamatan di Kabupaten Pandeglang, Banten. Di Kecamatan itu terdapat puluhan usaha skala 11 tm. ili tangga yang mengolah byi buah pohon melinjo (Gtwtvm gnemon) menjadi emping dan keceprek.
Kini, usaha pengolahan bui melinjo itu menjadi pekerja-an dan sandaran para kaum hawa di sana. Mereka mengolah melinjo menjadi emping dan keceprek.
Oh, iya, ada perbedaan antara emping dan keceprek. Emping berbentuk bulat pipih dan biasanya dikemas I.ihini kondisi mentah. Sementara keceprek berbentuk bulat kecil dan sudah matang sehingga bisa langsung dimakan, dan terdiri dari berbagai macam rasa
Saat datang ke Menes, banyak pohon melinjo atau akrab disebut tangkil (Sunda) itu terpelihara dengan rapi baik di halaman rumah, belakang rumah hingga di pematang sawah. Oleh masyarakat Menes, pohon melinjo juga menjadi tanaman penyejuk rumah.
Tapi, peran penting pohon melinjo itu adalah nilai ekonominya Sebab, bui melinjo bisa diolah menjadi emping dan keceprek yang laris di pasar. Sedangkan daun melinjo bisa diolah menjadi sayur.Dalam mengolah melinjo, kaum ibu di Menes bekerja di saat waktu luang, semisal pagi hari dan sore hari. Tak hanya perempuan lanjut usia, banyak juga perempuan muda bahkan anak perempuan yang masih sekolah turut mengolah melinjo.
Eliyah, salah satu perempuan asal Menes pengolah melinjo, telah mempelajari mengolah melinjo sejak 11tahun lalu dari salah seorang temannya yang menetap di Cilegon. "Melinjo yang ditanam di rumah saya waktu itu memadi bahan percobaan," kenang warga Desa Tegalwangi, Menes itu.
Proses coba-coba itu ternyata mendatangkan rezeki. Saat ini, Eliyah memiliki tempat pengolahan melinjo sederhana yang diberi nama Fahri Mandiri. Dengan perlengkapan sederhana juga, saban hari ada 15 orang perempuan yang membantunya mengolah melinjo. "Yang bekerja saya kasih uang Rp 100.000, terkadang bisa Rp 200.000," tutur Eliyah.
Selain Eliyah, ada juga Sarmian, yang mengumpulkan perempuan tetangga Dia untuk mengolah melinjo. Sejak 2001, Sarmiah sudah memproduksi emping melinjo dan keceprek yang dipasarkan hingga ke luarkota "Pembeli biasanya datang dari Tangerang . maupun dari Jakarta," ungkap Sarmiah.
Tak hanya Eliyah dan Sarmiyah yang melakoni usaha pembuatan emping dan keceprek itu. Banyak kaum hawa lain yang memiliki yang mengolah emping sendiri dari pohon melinjo yang ditanam di sekitar rumah mereka
Namun, banyak juga perempuan Menes yang mengerjakan emping melinjo milik Eliyah. Saban pagi mereka datang ke rumah Eliyah dan mengambil biji melinjo. Mereka mengolahnya menjadi emping di rumah masing-masing. Hasil olahan itu lantas diserahkan lagi ke Eliyah untuk dikemas dan dijual. Eliyah bilang, setiap pekerja itu mendapat upah Rp 3.000 per kilogram.
Sumber: Harian Kontan
Berawal dari coba-coba, pembuatan emping melinjo kini menjadi tumpuan ekonomi warga Kecamatan Menes, Pandeglang, Banten. Usaha emping melinjo berkembang karena bahan baku yang melimpah. Uniknya, pengolahan melinjo di Menes dilakoni oleh kaum hawa.
MENES dikenal sebagai daerah penghasil emping dan keceprek. Daerah ini merupakan nama kecamatan di Kabupaten Pandeglang, Banten. Di Kecamatan itu terdapat puluhan usaha skala 11 tm. ili tangga yang mengolah byi buah pohon melinjo (Gtwtvm gnemon) menjadi emping dan keceprek.
Kini, usaha pengolahan bui melinjo itu menjadi pekerja-an dan sandaran para kaum hawa di sana. Mereka mengolah melinjo menjadi emping dan keceprek.
Oh, iya, ada perbedaan antara emping dan keceprek. Emping berbentuk bulat pipih dan biasanya dikemas I.ihini kondisi mentah. Sementara keceprek berbentuk bulat kecil dan sudah matang sehingga bisa langsung dimakan, dan terdiri dari berbagai macam rasa
Saat datang ke Menes, banyak pohon melinjo atau akrab disebut tangkil (Sunda) itu terpelihara dengan rapi baik di halaman rumah, belakang rumah hingga di pematang sawah. Oleh masyarakat Menes, pohon melinjo juga menjadi tanaman penyejuk rumah.
Tapi, peran penting pohon melinjo itu adalah nilai ekonominya Sebab, bui melinjo bisa diolah menjadi emping dan keceprek yang laris di pasar. Sedangkan daun melinjo bisa diolah menjadi sayur.Dalam mengolah melinjo, kaum ibu di Menes bekerja di saat waktu luang, semisal pagi hari dan sore hari. Tak hanya perempuan lanjut usia, banyak juga perempuan muda bahkan anak perempuan yang masih sekolah turut mengolah melinjo.
Eliyah, salah satu perempuan asal Menes pengolah melinjo, telah mempelajari mengolah melinjo sejak 11tahun lalu dari salah seorang temannya yang menetap di Cilegon. "Melinjo yang ditanam di rumah saya waktu itu memadi bahan percobaan," kenang warga Desa Tegalwangi, Menes itu.
Proses coba-coba itu ternyata mendatangkan rezeki. Saat ini, Eliyah memiliki tempat pengolahan melinjo sederhana yang diberi nama Fahri Mandiri. Dengan perlengkapan sederhana juga, saban hari ada 15 orang perempuan yang membantunya mengolah melinjo. "Yang bekerja saya kasih uang Rp 100.000, terkadang bisa Rp 200.000," tutur Eliyah.
Selain Eliyah, ada juga Sarmian, yang mengumpulkan perempuan tetangga Dia untuk mengolah melinjo. Sejak 2001, Sarmiah sudah memproduksi emping melinjo dan keceprek yang dipasarkan hingga ke luarkota "Pembeli biasanya datang dari Tangerang . maupun dari Jakarta," ungkap Sarmiah.
Tak hanya Eliyah dan Sarmiyah yang melakoni usaha pembuatan emping dan keceprek itu. Banyak kaum hawa lain yang memiliki yang mengolah emping sendiri dari pohon melinjo yang ditanam di sekitar rumah mereka
Namun, banyak juga perempuan Menes yang mengerjakan emping melinjo milik Eliyah. Saban pagi mereka datang ke rumah Eliyah dan mengambil biji melinjo. Mereka mengolahnya menjadi emping di rumah masing-masing. Hasil olahan itu lantas diserahkan lagi ke Eliyah untuk dikemas dan dijual. Eliyah bilang, setiap pekerja itu mendapat upah Rp 3.000 per kilogram.
Sumber: Harian Kontan
Gloria Natalia