Halaman

Berharap Tuah Ekowisata


>>>>>Berharap Tuah Ekowisata

PENGEMBANGAN usaha sektor ekowisata memang sedang banyak dilakukan sekaligus menjadi salah satu primadona di Jabar, termasuk di Kabupaten Sukabumi. Potensinya berupa agrobisnis yang ditunjang pelestarian lingkungan secara sehat Hal itu diharapkan mampu menghidupkan perekonomian masyarakat perdesaan, juga penyerapan banyak tenaga untuk memperluas lapangan kerja. 

Potensi yang kini muncul, di antaranya dari kebangkitan kembali budi daya ikan koi di Desa Suka-mulya, Kecamatan Caringin, dan u-saha penyu di Desa Pangumbahan, kawasan Pantai Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, serta satwa-satwa liar di Cikanangka. Latar belakangnya, Kecamatan Caringin dan Kecamatan Cisaat masih dikenal sebagai sentra pembudidayaan ikan koi. Sementara kawasan Pantai Ujunggenteng yang berpemandang-an indah sering menjadi tempat penyu bertelur.

Menurut H. Didi Suhudi, salah seorang perintis usaha ikan koi di Kecamatan Caringin, pengembanganekowisata yang ditunjang komoditas-komoditas spesifik Kabupaten Sukabumi diharapkan mampu menjadi unggulan daerah yang banyak diburu para wisatawan. Bukan hanya pengusahaan suatu komoditas yang hidup kembali, ikan koi saja dapat ditunjang lokasi-lokasi kolam, usaha pakan, penjualan grosir dan eceran, wisata alam kolam, dan sebagainya. "Dulu, dari usaha ikan koi saja, perekonomian masyarakat dapat hidup. Apalagi jika ditunjang dengan ekowisata yang mendukung, dengan kualitas lingkungan bercitra serbasehat," katanya.

Paling tidak, dengan upaya membangkitkan kembali usaha ikan koi, lapangan pekerjaan di perdesaan dapat kembali terbuka. Manfaatnya, semakin banyak masyarakat lokal di Kabupaten Sukabumi mampu menciptakan peluang kerja di tempatnya sendiri, sambil menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

Sementara itu, potensi ekowisata juga muncul di Desa Pangumbahan, dengan andalan penyu. Tim dari Bio Farma sudah melakukan pelatihan dan pembekalan, termasuk memberimodal kepada warga setempat. Bahkan, dioptimalkan sejumlah ruas jalan untuk mengembangkan usaha yang bisa mendukung kegiatan ekowisata di kawasan tersebut.

Selain itu, terdapat pula kegiatan konservasi alam untuk membantu kegiatan lembaga swadaya masyarakat di Cikanangka dalam melatih satwa-satwa langka yang dilindungi oleh undang-undang yang selama ini dipelihara oleh masyarakat. Satwa-satwa dilatih untuk dapat hidup mandiri untuk kemudian dilepas ke habitat aslinya, mengikuti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.

Sekper Bio Farma, M Rahman Ruslan, senada Kepala Bagian Unium, Erwin Kurniawan menyebutkan, apa yang dilakukan merupakan salah satu program BIGG (Bio Farma Goes Green). Apa yang dilakukan diselaraskan dengan karakteristik wilayah ataupun masyarakat, terutama disesuaikan dengan keunggulan dan potensi setempat.

Meskipun demikian, menurut dia, kegiatan pemeliharaan lingkungantidak hanya dilakukan di Kabupaten Sukabumi, tetapi juga di Kota Bandung, tepatnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung. Intinya, warga di sana diajak menjaga kebersihan dan lebih peduli terhadap lingkungan. "Daerah Jabar diketahui sangat berpotensi untuk usaha pemberdayaan lingkungan dan pelestarian lingkungan yang sangat menunjang hidup sehat. Paling tidak, potensi ini dapat diberdayakan untuk mengangkat kembali potensi perekonomian masyarakat sesuai dengan karakteristik wilayah dan unggulan daerah, sekaligus memotivasi banyak pihak melalaikan hal serupa," katanya.

Direktur Utama Bio Farma Iskandar berharap bahwa program corporate social responsibility (CSR) yang dilakukan secara kontinyu dapat memberikan manfaat jangka panjang, baik kepada masyarakat, pemangku kepentingan, maupun pihak pelaksana. Pemerintah sendiri sudah memberikan acuan, melalui ISO 26000-2010, yang dapat dijadikan pegangan untuk meningkatkan kualitas. (Kodar Solihat/"PR") *"

Sumber : Pikiran Rakyat