>>>>>Permintaan Alas Piring dan Gelas Alami Terus Meningkat
Meski bukan barang baru, permintaantatakan gelas dan piring dari bahan-bahan alami terus meningkat. Permintaan dari luar negeri selalu bertambah karena kerajinan ini juga memiliki banyak fungsi.
Meski bukan barang baru, permintaantatakan gelas dan piring dari bahan-bahan alami terus meningkat. Permintaan dari luar negeri selalu bertambah karena kerajinan ini juga memiliki banyak fungsi.
RIMBUNNYA pohon pandan yang tumbuh di Desa Grenggeng, Karanganyar, Jawa Tengah, menginspirasi Mudzakir untuk memanfaatkan bahan baku alam itu. Pada tahun 2000, ia membuka usaha kerajinan tatakan piring dan gelas dari pandan bernama Greeny Handycraft
Di rumahnya, bersama 10 anggota keluarga, Mudzakir menganyam daun pandan menjadi alas piring dan meja. "Kalau pesanan banyak, saya beli pandan jadi yang siap
dianyam," kata pria berusia 27 tahun ini. Pandan siap jadi itu dia beli dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per complong atau setara ukuran 60 x 60 ein2.
Setelah dianyam dan dicat, Mudzakir menjual tatakan gelas dengan harga Rp 1.000 per buah. Sedangkan, tatakan piring paling mahal dijualnya Rp 5.000 per buah.Tak setiap bulan Mudzakir memproduksi alas gelas dan piring. Pasalnya, untuk kedua barang itu, ia hanya memenuhi pesanan. "Kalau tidak ada pesanan tatakan saya buat kotak dari anyaman pandan," ujarnya.
Permintaan tatakan gelas dan piring terbanyak datang dari Jakarta. "Sekali pesan bisa mencapai 1000-an tatakan," kata Mudzakir. Biasanya, pemesan adalah eksportir. Selain Jakarta, kerajinan Greeny juga dipasarkan di Tasikmalaya dan Yogyakarta.
Pasar di luar negeri memang menggemari alas piring dan gelas dari bahan alam ini. Menurut I Made Tirta Himawan, pemasok placemal di Bali, sebagian besar produk yang dikumpulkannya dikirim ke Jepang, Australia, dan Amerika Serikat. Ia mendapat pasokan alas piring dan gelas dari banyak perajin di
Bangli, Bali. Namun, kerajinan itu belum sepenuhnya siap pakai. Di Frangipani Bali, Himawan mewarnai barang kerajinan itu dengan pewarna kayu (wood steam). Terakhir, proses pembersihan supaya terlihat mengkilap. "Konsumen Jepang paling suka pesan warna natural dan gelap. Sedangkan, Australia suka biru dan kuning," kata Himawan, 37 tahun.
Alas piring dijualnya Rp 10.000 per buah dan alas gelas Rp 3.000 per buah. Dalam setahun Himawan mampu mengekspor 10.000 alas piring dan gelas ke tiga negara tersebut.
Tak heran, usaha kerajinan ini terus meningkat. Nanang Supriyatna, salah seorang perajin placetnate dan tatakan piring dan gelas, mengatakan usahanya terus mengalami pertumbuhan yang signifikan.Dengan merek Souvenir Serbaguna, ia sudah menjual produknya ke Bali, Yogyakarta, Singapura dan Malaysia. Permintaannya bisa mencapai 100.000 placemate per bulan. Nanang mematok hargajual Rp 2.000 per item. Alhasil, omzetnya pun bisa sampai Rp 200 juta se bulan.
Produk Nanang terbuat dari anyaman Udi dengan dua pilihan warna, yakni hitam dan putih dengan rangkaian bunga kering dan tali. Nanang mengklaim produknya bebas dari bahan kimia dan bahan plastik. "Pokoknya mudah terurai karena alami," ujarnya. Produk ini disukai karena memiliki banyak fungsi seperti untuk hiasan dinding, taplak meja, dan penutup gelas.
Sumber : Harian Kontan
Ragil Nugroho, Gloria Natalia