" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Jelang Laba Mebel di Tahun Ajaran Baru

Jelang Laba Mebel di Tahun Ajaran Baru


>>>>Jelang Laba Mebel di Tahun Ajaran Baru

Pada tahun ajaran baru, produsen mebel sekolah memaksimalkan produksi
MEMASUKI tahun ajaran baru, sejumlah industri mebel sekolah di beberapa daerah mengenjot produksinya. Tak hanya di Jakarta, para perajin mebel sekolah asal Sukabumi, Jawa Barat juga berharap derasnya pesanan meja kursi sekolah pada tahun ini.

Anjas Asmara pemilik Agung Harum Jati di Jakarta yang memfokuskan usahanya pada pembuatan mebel sekolah menuturkan prospek usaha mebel ini masih sangat baik. Apalagi jika tahun ajaran baru tiba banyak pesanan yang datang padanya.

Usaha yang dibangun Anjas merupakan kelanjutan dari usaha sang ayah sejak tahun 1993 silam. Agung Harum Jati memproduksi mebel sekolah yang sangat beragam mulai dari meja, kursi, lemari serta papan tulis. "Paling tidak kami memiliki sekitar 20 jenis barang," tutur Anjas.

Pesanan mebel sekolah anjas tak hanya datang dari sekolah-sekolah, justru mayoritas berasal dari rekanan pemerintah daerah (pemda). Perbandingannya 80% dari rekanan dan 20% dari sekolah.

Karena pangsa pasar utamanya adalah rekanan tender, maka dalam setahun paling tidak ada dua kali pembelian secara besar-besaran yakni antara bulan Mei sampai Juni, Serta di akhir tahun yakni pada bulan November. Anjas juga tidak mau berse-pekulasi tentang produknya. Ia menuturkan jika produk yang ia buat tersebut sesuai dengan standar dari Pemda DKI, mebel yang dibuatnya menggunakan kayu jati dan Acacia mangium.

Selain Anjas, pemain lain dalam usaha mebel sekolah asal Sukabumi Jawa Barat adalah Burhanudin lewat PD Padasuka Ia juga kebanjiran pesanan. Padasuka telah beroperasi sejak tahun 1994 silam. Sama halnya dengan Anjas, mayoritas produk mebel buatan Burhanudin menggunakan balian baku kayu jati.

Namun, tidak menutup kemungkinan juga ia menggunakan kayu mahoni, serta kayu buah-buahan seperti rambutan dan kelengkeng. "Kalau untuk balian baku saya tinggal ikut pesanan pembeli," tutur Burhanudin. Kedua produsen ini gampang mendapatkan bahan balai kayu ini. Anjas misalnya, ia mendatangkan bahan baku kayu langsung dari Lampung dan Serang, Banten. Paling tidak dalam sekali belanja, Anjas membutuhkan sekitar 12 meter kubik kayu, dengan harga adalah Rp 3 juta per meter kubik.

Sementara Burhanudin menerima pesanan dalamjumlah melimpah pada masa tahun ajaran baru di bulan Juni. Jika Anjas pasar utamanya berasal dari rekanan pemda, pasar penjualan mebel sekolah Burhanudin kebanyakan berasal dari sekolah-sekolah swasta yang ada di Sukabumi.

Anjas bisa memproduksi sekitar 300 stei mebel yang terdiri atas satu meja dan dua kursi per bulan. Namun, padatahun ajaran baru, produksinya bisa melonjak hingga 10 kali lipat menjadi 4.000 stei. "Kalau untuk hari-hari biasa jumlah karyawan kami ada delapan, tapi jika sedang banyak order jumlah karyawan bisa ditambah sampai 40 orang," kata Anjas.

Ketika musim padat, Anjas khusus mendatangkan karyawan dari Jepara, Jawa Tengah. "Karyawan dari Jepara kerjanya cepat dan hasilnya lebih bagus," kata Anjas. Untuk produksinya, Anjas menghitung satu karyawan bisa menyelesaikan 100 meja atau kursi dalam waktu 10 hari". "Paling tidak satu meter kubik kayu bisa menghasilkan 20 meja," tutur Ar\jas.

Dengan dibantu lima karyawan tetapnya, Burhanudin memproduksi sekitar 100 stei meja dan kursi tiap bulan. Ia menggenjot produksi hingga 500 stei menjelang tahun ajaran baru.

Anjas membanderol mebel sekolah produksinya dengan harga bervariasi, mulai Rp 300.000 sampai Rp 1,5 juta. Misalnya satu stei meja dan kursi SD harganya Rp 300.000. Sedangkan mebel untuk SMP dan SMA harganya sedikit lebih mahal yakni Rp 400.000.

Pemilik Agung Harum Jati ini juga menjual lemari kelas di harga Rp 1,5 juta, serta pa-pan tulis berukuran dua meter yang harganya Rp 400.000. Anjas bisa mendapatkan omzet Rp 200 juta per bulan. Jika tahun ajaran baru tiba, omzet tersebut bisa berlipat menjadi Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar.

Walau tingkat produksinya masih jauh dibandingkan Anjas, Burhanudin bisa meraup omzet Rp 25 juta per bulan. Pendapatan ini juga bakal mengembang hingga Rp 100 juta ketika banyak pesanan yang datang padanya

Burhanudin pun menawarkan mebel sekolah dengan harga antara Rp 500.000 hingga Rp 3 juta. Satu set meja dari kayu jati berukuran 120 x 60 x 80 cm harganya Rp 500.000. Sedangkan lemari kelas berbahan kayu mahoni harganya Rp 2 juta. Lemari berbahan kayu jati harganya Rp 3 juta.

Walau pasar utamanya masih berada di lingkup Sukabumi, mebel sekolah karya Burhanudin telah menjamah Banten dan DKI Jakarta Baik Anjas maupun Burhanudin mengaku saat ini pesaing utama bisnis mebel sekolah yang dihadapi adalah produsen meja kursi sekolah dengan bahan baku besi. Produsen meja kursi besi ini menawarkan harga lebih murah dibanding mebel kayu.


Sumber : Harian Kontan
Handoyo


Entri Populer