>>>>>>Sentra Tenun Sukarara, Lombok
Wajib Hanya untuk Kaum Perempuan
Wahyu Tri Rahmawati (Lombok) Setiap daerah memiliki kain tenun sendiri-sendiri. Ciri khasnya tentu saja dari motif yang berbeda di setiap tempat. Begitu juga di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Di pulau ini, Desa Sukarara menjadi sentra tenun ikat dan songket. Para pekerjanya adalah perempuan-perempuan berbagai usia yang wajib bisa menenun.
LOMBOK Pulau ini kian diminati para wisatawan sebagai tempat alternatif liburan selain Bali. Di pulau ini, kita bisa menikmati pantai-pantai nan indah dan alam yang masih perawan.
Selain keindahan alamnya, Lombok juga memiliki berbagai kerajinan yang layak ditengok. Pulau ini terkenal dengan mutiara, kerajinan kayu dengan motif tradisional cukli, dan tentu saja kain tenun.
Sentra kerajinan tenun Lombok terletak di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah. Dari Mataram, kita bisa menempuhnya dalam waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi .atau taksi. Jangan berharap pada kendaraan umum. Maklum, kendaraan umum di pulau ini terbatas, baik dalam jumlah maupun waktu operasionalnya.
Kita harus menelusuri Jalan Raya Praya, satu-satunya jalan raya besar yang mengarah ke Sukarara. Sentra tenun ini terletak di dekat pasar dan masjid di Sukarara. Untuk menuju pusat tenun, kita berbelok dan masuk ke gang yang kondisi jalannya beraspal seadanya Kira-kira 500 meter dari jalan raya, kita akan menemukan beberapa rumah yang menyediakan tenun. Di sinilah pusat penjualan berbagai tenun Lombok.
Di barisan paling depan sentra ini ada UD Dharma Setya, salah satu pembuat tenun yang cukup besar.Produksi tenun Dharma Setya dilakukan di lokasi penjualan dan di rumah penduduk. "Di sini semacam pooling," kata Robiah, pemilik Dharma Setya ketika ditemui KONTAN di Sukarara beberapa waktu lalu.
Masitah, pemilik pusat tenun Tawakal pun melakukan hal yang sama Perempuan 46 tahun ini masih menenun di rumahnya. Tapi ia juga mengupah para penduduk Sukarara untuk menenun kain "Saya menyediakan bahan baku dan meminta dibuatkan motif-motif tertentu," kata Masitah.
Para penduduk Sukarara, terutama para perempuan memang wajib belajar menenun. Sejak usia kanak-kanak para perempuan tersebut sudah diajari menenun kain dengan motifyang sederhana "Saya dulu 10 tahun sudah bisa menenun," kata Robiah.
Budaya tenun diwariskan dari orang tua ke anak-anak mereka. Para ibu mewariskan brire, salah satu alat untuk menenun kepada anak perempuannya Tenun menjadi salah satu warisan penting di Sukarara. "Di.desa lain, perempuan tidak wajib belajar tenun, hanya di Sukarara," kata Robiah.
Kewajiban perempuan Desa Sukarara bisa menenun menjadi aturan yang masih berlaku hingga sekarang ini. "Menurut awe-awe adat, perempuan yang belum bisa menenun tidak boleh menikah," kata Nurdin, salah seorang pemandu di Desa Sukarara.
Sumber : Harian Kontan