>>>>>>>Kunci sukses Verbisnis
Adhi Tirtawisata, Pendiri dan Chairman PT Panorama Sentrawisata Tbkfng orang bertanya apa kunci sukses ber-bisnis. Bagi saya sederhana saja. Hubungan dan nama baik adalah kuncinya, apalagi dalam bisnis jasa seperti biro perjalanan
Kopi Sabtu Pagi
Dari Buahnya Bisa Dikenali Pohonnya yang kami geluti. Dengan relasi dan nama baik, maka dengan sendirinya brand menjadi bagus. Ini modal yang tak ternilai harganya. Nama baik dan hubungan eral dengan pelanggan dan rekan bisnis akan kita dapatkan jika seluruh orang dalam perusahaan kita memberi pelayanan yang baik.
Sejak saya merintis bisnt dari nol di awal 1960-an hingga Panorama berkembang seperti sekarang, prinsip saya tetap sama customer is the king, and the king can do no wrong. Jika sang raja puas, dia bukan saja akan kembali, lapi juga dengan suka rela merekomendasikan kita ke-pada famili dan koleganya. Sebaliknya, jika tidak puas, jangankan kembali, dia akan membeberkan ketidakpuasannya itu kepada banyak orang.
Mungkin ini terdengar klise. Tapi hingga kini, resep ini terbukti manjur. Orang bijak berkata dari bualmya bisa diketahui pohonnya. Ini benar. Dari servis yang kita berikan, orang melihat apakah perusahaan kita kredibel dah apakah jasa yang kita tawarkan layak dibeli atau tidak.
Untuk memastikan semua karyawan memberikan pelayanan yang baik, kami melatih seluruh karyawan baru Panorama selama tiga bulan.Namun, pelatihan saja takcukup. Jauh lebih penting memberi contoh bagaimana memperlakukan pelanggan sebagai raja. Contoh yang dialami dalam keseharian akan meresap dan secara alami akan membentuk nilai-nilai (values serta perilaku karyawan bahkan anak-anak kita.
Adhi Tirtawisata, Pendiri dan Chairman PT Panorama Sentrawisata Tbkfng orang bertanya apa kunci sukses ber-bisnis. Bagi saya sederhana saja. Hubungan dan nama baik adalah kuncinya, apalagi dalam bisnis jasa seperti biro perjalanan
Kopi Sabtu Pagi
Dari Buahnya Bisa Dikenali Pohonnya yang kami geluti. Dengan relasi dan nama baik, maka dengan sendirinya brand menjadi bagus. Ini modal yang tak ternilai harganya. Nama baik dan hubungan eral dengan pelanggan dan rekan bisnis akan kita dapatkan jika seluruh orang dalam perusahaan kita memberi pelayanan yang baik.
Sejak saya merintis bisnt dari nol di awal 1960-an hingga Panorama berkembang seperti sekarang, prinsip saya tetap sama customer is the king, and the king can do no wrong. Jika sang raja puas, dia bukan saja akan kembali, lapi juga dengan suka rela merekomendasikan kita ke-pada famili dan koleganya. Sebaliknya, jika tidak puas, jangankan kembali, dia akan membeberkan ketidakpuasannya itu kepada banyak orang.
Mungkin ini terdengar klise. Tapi hingga kini, resep ini terbukti manjur. Orang bijak berkata dari bualmya bisa diketahui pohonnya. Ini benar. Dari servis yang kita berikan, orang melihat apakah perusahaan kita kredibel dah apakah jasa yang kita tawarkan layak dibeli atau tidak.
Untuk memastikan semua karyawan memberikan pelayanan yang baik, kami melatih seluruh karyawan baru Panorama selama tiga bulan.Namun, pelatihan saja takcukup. Jauh lebih penting memberi contoh bagaimana memperlakukan pelanggan sebagai raja. Contoh yang dialami dalam keseharian akan meresap dan secara alami akan membentuk nilai-nilai (values serta perilaku karyawan bahkan anak-anak kita.
Dulu, saya kerap mengantarkan sendiri tamu-tamu ke bandara. Jika sopir bus kami mendadak berlwlangan, saya tak mau membiarkan tamu kecewa dan terlambat. Saya sendirilah yang menyetir bus. Suatu kali ada porter di bandara yang mengatakan, baru pertama kali dia melihat ada direktur perusahaan travel yang jadi sopir dan meng-angkat koper tamu-tamu. Para porter menjuluki saya "the humble man". Mendapat gelar itu, oh, saya bahagia, tapi yang paling penting bagi saya adalah melayani tamu. Karena mereka adalah pelanggan saya, maka mereka adalah raja yang harus saya layani sebaik-baiknya.
Sampai sekarang, jika memungkinkan, sesekali saya menjemput tamu-tamu di bandara. Saya juga selalu berusaha hadir di acara briefing dengan tamu-tamu sebelum mereka berangkat ke luar negeri. Selain memberikan kepuasan dan menjalin kedekatan dengan pelanggan, saya melakukannya sebagaicontoh bagi karyawan dan anak-anak saya yang kini menjalankan manajemen Panorama.
Cara ini berhasil. Saya sampai meneteskan air mata membaca tulisan pengantar dari keempat putra saya di buku autobiografi saya. Mereka mengatakan bisa berdiri seperti sekarang karena melihat apa yang dilakukan ayahnya. Saya enggak pernali mengajarkan mereka harus begini begitu. Mereka cuma melihal keseharian saya.
Memberikan contoh terus saya lakukan, meski kini saya tak aktif lagi dalam manajemen perusahaan sehari-hari. Prinsip saya, sebagai pemimpin, kila harus memberikan contoh yang baik. Maka, saban hari saya selalu disiplin datang ke kantor pukul 8 pagi, dan pulang pukul 7 malam.
Di depan gedung kantor kami ada kolam ikan. Setiap baruliba di kantor dan sebelum pulang ke rumah, saya selalu memberi makan ikan-ikan itu. Banyak karyawan yang protes kenapa saya yang melakukannya, padahal ada office boy atau karyawan lain siap melakukannya. Tapi saya punya tujuan sendiri. Saya mau semua karyawan mengerti, bahwa jika ikan-ikan saja saya perhatikan, saya kasih makan, apalagi karyawan saya.
Sampai sekarang, jika memungkinkan, sesekali saya menjemput tamu-tamu di bandara. Saya juga selalu berusaha hadir di acara briefing dengan tamu-tamu sebelum mereka berangkat ke luar negeri. Selain memberikan kepuasan dan menjalin kedekatan dengan pelanggan, saya melakukannya sebagaicontoh bagi karyawan dan anak-anak saya yang kini menjalankan manajemen Panorama.
Cara ini berhasil. Saya sampai meneteskan air mata membaca tulisan pengantar dari keempat putra saya di buku autobiografi saya. Mereka mengatakan bisa berdiri seperti sekarang karena melihat apa yang dilakukan ayahnya. Saya enggak pernali mengajarkan mereka harus begini begitu. Mereka cuma melihal keseharian saya.
Memberikan contoh terus saya lakukan, meski kini saya tak aktif lagi dalam manajemen perusahaan sehari-hari. Prinsip saya, sebagai pemimpin, kila harus memberikan contoh yang baik. Maka, saban hari saya selalu disiplin datang ke kantor pukul 8 pagi, dan pulang pukul 7 malam.
Di depan gedung kantor kami ada kolam ikan. Setiap baruliba di kantor dan sebelum pulang ke rumah, saya selalu memberi makan ikan-ikan itu. Banyak karyawan yang protes kenapa saya yang melakukannya, padahal ada office boy atau karyawan lain siap melakukannya. Tapi saya punya tujuan sendiri. Saya mau semua karyawan mengerti, bahwa jika ikan-ikan saja saya perhatikan, saya kasih makan, apalagi karyawan saya.