>>>>>Kerupuk UD Gurih Milik Orang Ciamis>>>>>
SETIAP pagi, pukul tujuh, sekitar 35 pedagang kerupuk antre di tempat usaha UD Gurih, milik H Surachman, di Slipi, Jakarta Barat. Ya, mereka antre dengan tertib mengambil kerupuk, untuk memenuhi kaleng besar yang bisa menampung 1.000 keping kerupuk. Setelah itu, mereka menggowcs gerobak becak itu ke berbagai wilayah yang menjadi sasaran penjualan kerupuknya, seperti Slipi, Kebayoran Lama, Senen, Kapuk, dan Muara Karang.
Para pedagang icu menggowes gerobak becaknya itu dari pagi hingga siang hari. Gerobak itu terlihat besar, tapi isinya tak lebih dari 10 kilogram. "Tapi, sekarang sudah enakan, karena sudah pake gerobak becak. Dulu, pedagang harus memanggul kaleng kerupuknya sendiri. Ada pedagang yang memanggilnya dari sini (Slipi), sampai Ciledug, Kebayoran Lama," ujar Surachman menceritakan masa lalunya.
Kerupuk bagi masyarakat Indonesia memang bukan makanan asing. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, tukang ojek sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyukai makanan garing itu. Ibu-ibu rumah tangga pun tak perlu mengetatkan ikat pinggang, karena harga kerupuk lamban naiknya dan bukan penyebab kenaikan angka inflasi. Usaha itu tak pernah mati, yang telah dibuktikan oleh UD Gurih dengan rentang waktu 40 tahun.
H Surachman sangat hafal kapan saja harga kerupuk naik. Pasalnya, harga kerupuk sangat lambat naiknya. Saat ia mulai membangun usaha tahun 1970, harga kerupuk masih setengah perak per keping. Kenaikan harga tinggi kerupuk terjadi di tahun 1990 menjadi Rp 100 per keping. Kemudian, di tahun 1995, harga kerupuk menjadi Rp 250 per kering. Dan terakhir, di tahun 2000 sampai sekarang, harganya tetap Rp 500 per keping.
Seiring dengan perkembangan wilayah, saat ini home industry kerupuk milik Surachman berada di pusat kota. Ruang usahanya itu berada di daerah mahal, karena harga tanahnya sudah relatif tinggi. Areal home industry UD Gurih menempati luas 800 meter persegi. Ruang yang cukup luas itu, dibagi untuk tempat tinggal Surachman dan keluarga, ruang produksi, tempat, jemur kerupuk, hingga kamar tempat penginapan karyawan dan pedagang. Di sana terdapat 12 kamar. Satu kamar untuk empat orang. "Fasilitas itu disediakan gratis," ucapnya.
Selama 40 tahun berusaha, UD gurih punya magnet yang kuat. Umumnya, karyawannya betah bekerja di sana. Bahkan ada orang yang sudah 30 tahun ikut dengan Surachman, yang bekerja dari berstatus bujangan sampai punya cucu. Tidak berlebihan, jika usaha kerupuk dikenal sebagai usahanya orang Ciamis. Mulai dari pemilik, pedagang sampai karyawan, semua dari daerah itu. "Bahkan di sini tidak aneh bila ada satu keluarga ikut saya semua. Abangnya jadi pedagang dan adiknya jadi karyawan. Entar kalau sudah dewasa, dia beralih jadi pedagang," ujar Surachman, he
SETIAP pagi, pukul tujuh, sekitar 35 pedagang kerupuk antre di tempat usaha UD Gurih, milik H Surachman, di Slipi, Jakarta Barat. Ya, mereka antre dengan tertib mengambil kerupuk, untuk memenuhi kaleng besar yang bisa menampung 1.000 keping kerupuk. Setelah itu, mereka menggowcs gerobak becak itu ke berbagai wilayah yang menjadi sasaran penjualan kerupuknya, seperti Slipi, Kebayoran Lama, Senen, Kapuk, dan Muara Karang.
Para pedagang icu menggowes gerobak becaknya itu dari pagi hingga siang hari. Gerobak itu terlihat besar, tapi isinya tak lebih dari 10 kilogram. "Tapi, sekarang sudah enakan, karena sudah pake gerobak becak. Dulu, pedagang harus memanggul kaleng kerupuknya sendiri. Ada pedagang yang memanggilnya dari sini (Slipi), sampai Ciledug, Kebayoran Lama," ujar Surachman menceritakan masa lalunya.
Kerupuk bagi masyarakat Indonesia memang bukan makanan asing. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, tukang ojek sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyukai makanan garing itu. Ibu-ibu rumah tangga pun tak perlu mengetatkan ikat pinggang, karena harga kerupuk lamban naiknya dan bukan penyebab kenaikan angka inflasi. Usaha itu tak pernah mati, yang telah dibuktikan oleh UD Gurih dengan rentang waktu 40 tahun.
H Surachman sangat hafal kapan saja harga kerupuk naik. Pasalnya, harga kerupuk sangat lambat naiknya. Saat ia mulai membangun usaha tahun 1970, harga kerupuk masih setengah perak per keping. Kenaikan harga tinggi kerupuk terjadi di tahun 1990 menjadi Rp 100 per keping. Kemudian, di tahun 1995, harga kerupuk menjadi Rp 250 per kering. Dan terakhir, di tahun 2000 sampai sekarang, harganya tetap Rp 500 per keping.
Seiring dengan perkembangan wilayah, saat ini home industry kerupuk milik Surachman berada di pusat kota. Ruang usahanya itu berada di daerah mahal, karena harga tanahnya sudah relatif tinggi. Areal home industry UD Gurih menempati luas 800 meter persegi. Ruang yang cukup luas itu, dibagi untuk tempat tinggal Surachman dan keluarga, ruang produksi, tempat, jemur kerupuk, hingga kamar tempat penginapan karyawan dan pedagang. Di sana terdapat 12 kamar. Satu kamar untuk empat orang. "Fasilitas itu disediakan gratis," ucapnya.
Selama 40 tahun berusaha, UD gurih punya magnet yang kuat. Umumnya, karyawannya betah bekerja di sana. Bahkan ada orang yang sudah 30 tahun ikut dengan Surachman, yang bekerja dari berstatus bujangan sampai punya cucu. Tidak berlebihan, jika usaha kerupuk dikenal sebagai usahanya orang Ciamis. Mulai dari pemilik, pedagang sampai karyawan, semua dari daerah itu. "Bahkan di sini tidak aneh bila ada satu keluarga ikut saya semua. Abangnya jadi pedagang dan adiknya jadi karyawan. Entar kalau sudah dewasa, dia beralih jadi pedagang," ujar Surachman, he
Sumber:Berita Kota
DIJUAL USAHA YANG SUDAH BERJALAN DIBIDANG LUKISAN DAN INDUSTRI KREATIF.URGENT
1.http://artkreatif.net/
2.http://lukisanpegunungan.com/
3.http://lukisanminimalis.com/
Yang Berminat Harap Hub.No Tersebut / Web Tersebut
DIJUAL USAHA YANG SUDAH BERJALAN DIBIDANG LUKISAN DAN INDUSTRI KREATIF.URGENT
1.http://artkreatif.net/
2.http://lukisanpegunungan.com/
3.http://lukisanminimalis.com/
Yang Berminat Harap Hub.No Tersebut / Web Tersebut