Halaman

Sebarkan Mimpi Wirausaha

Sebarkan Mimpi Wirausaha


Yang diperlukan justru innovativeentrepre-neurship.
Mimpi adalah kunci Untuk kita menaklukkan dunia Berlarilah tanpa lelah Sampai engkau meraihnya
Potongan lirik Laskar Pelangi yang dibawakan oleh band Nidji di atas tampaknya cocok untuk menggambarkan bagaimana menjadi seorang entrepreneur (pengusaha) yang baik. "Kunici untuk menjadi wirausaha atau memulai sebuah usaha adalah harus memiliki mimpi. Tidak melulu harus mimpi untuk menjadi presiden atau sebagainya. Namun mimpi-mimpi yang dapat diukur secara kuantitatif," ujar Isdianto, wirausahawan yang telah memulai berwirausaha sejak 2002 silam.

Yang dimaksud Isdianto dengan mimpi di atas adalah keinginan untuk mendapatkan pengasilan dan keuntungan di luar ukuran normatif masyarakat. Ia mencontohkan, misalnya bermimpi untuk dapat penghasilan Rp 100 juta dalam satu bulan. Atau keinginan untuk memiliki banyak karyawan.

"Saya pernah dapat income Rp 100 juta dalam satu bulan. Hal ini hanya dapat dicapai dengan menjadi wirausaha. Karena dengan menjadi wirausaha kita memiliki kesempatan untuk dapat mencari penghasilan yang tidak terbatas." tambah pria yang sempat menangani lebih dari 15 jenis usaha.

Menurutnya, manusia cenderung untuk berada di zona nyaman. Makanya, untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses, seseorang harus memiliki kemampuan untuk mendorong dirinya sendiri keluar dari zona nyaman tersebut. Alasannya, ada keterbatasan yang tidak dapat dilalui jika terus berada di zona nyaman.

Seorang wirausaha sejati, kata Isdianto. harus terus berupaya untuk menerobos keterbatasan tersebut. Ia bercerita, sebagai karyawan, Isdianto mengaku tidak pernah memiliki tabungan yang sig-nifikan. Namun, sejak ia keluar dari dunia profesional dan menjadi seorang wirausaha, ia dapat memiliki tabungan dan mampu membeli properti lebih cepat dari yang ia perkirakan.

Menurutnya, menjadi seorang wirausaha tidaklah sulit. Syaratnya hanya harus memiliki kemampuan untuk memberikan nilai tambah. Contoh, banyak orang yang malas untuk membeli komputer ke pusat komputer karena letaknya yang jauh. "Ini bisa kita manfaatkan. Hanya dengan modal brosur, saya pun bisa berdagang komputer. Nilai tambah yang saya tawarkan adalah konsumen tidak harus pertu datang ke pusat komputer," jelasnya.

Memulai berwirausaha pun tidak bisa semata-mata mengikuti teori yang tertulis di buku. Untuk menjadi seorang wirausahawan sejati, seseorang harus benar-benar terjun dan merasakan langsung pengalaman di lapangan. Meskipun sudah diperhitungkan, tetap saja sebuah bisnis tidak dapat diketahui prospeknya sebelum benar-benar dijalani.

Hal senada diungkapkan Direktur Program Sl Bisnis Prasetiya Mulya, Agus W Soehadi. Ia menjelaskan, semangat wirausaha terus berkembang seiring dengan berkembangnya publikasi mengenai hal ini. Awalnya, semangat wirausaha diinlsiasi oleh pemenntah dan perguruan tinggi yang menganggapnya penting bagi perkembangan dan kemajuan bangsa.

"Adanya publikasi mengenai wirausaha di media massa dan lainnya memberikan inspirasi kepada orang lain untuk ikut masuk ke bidang ini. Apalagi, banyak juga pengusaha sukses yang dapat dijadikan role model bagi yang lain untuk diikuti," papar Agus.
Agus membagi wirausaha menjadi dua jenis, yakni street entrepreneurship atau wirausaha yang terjun langsung ke dunia bisnis tanpa ada basis pendidikan. Serta educated entrepreneur-ship, atau mereka yang menjadi wirausaha dengan modal basis pendidikan yang cukup kuat.

Saat ini, jumlah street entrepreneurship masih jauh lebih banyak ketimbang educated entrepreneurship. Alasannya, educated entrepreneurship memiliki potensi lebih besar untuk mengembangkan dunia usaha. Alasannya, pengusaha jenis ini mampu mendesain perencanaan bisnis dengan lebih baik. Mulai dari analisis dan tes pasar, pengenalan produk, dan sebagainya.

Alasan lainnya, pengusaha jenis ini terjun kedunia bisnis secara sengaja. Beda dengan streef entrepreneurship yang pada umumnya terjun ke dunia bisnis karena terpaksa. Dengan kata lam, sebelumnya tidak dapat masuk ke dunia kerja formal dan akhirnya memilih untuk wirausaha karena ada tuntutan untuk bertahan

Jenis usaha sfreef entrepreneurship pun merupakan jenis usaha yang replikatif. Atau meniru dari jenis usaha yang telah ada dan bukan sesuatu yang baru. Misalnya, makanan, fesyen, dan sebagainya. Padahal yang diperlukan justru innovative entrepreneurship. Bentuk wirausaha yang baru tersebut justru memiliki dampak yang Jauh lebih besar. Karena, tidak ditemukan di tempat lain. Umumnya, educated entrepreneur yang dapat menciptakan innovatif entrepreneurship. "Ini terlihat dari tren global, seperti Facebook. Blackberry, dan sebagainya. Umumnya, para pencetusnya memiliki basis pendidikan yang kuat," ungkap Agus.

Bisnis makanan

Salah seorang pelaku bisnis makanan lokal, Puspo Wardoyo mengatakan peluang untuk menjadi wirausaha terbuka bagi siapa saja. Salah satu yang sangat menjanjikan adalah bisnis makanan. "Selama masih ada manusia, peluang bisnismakanan selalu terbuka lebar, sebab setiap orang butuh makan," tutur Puspo.

Namun, kata pengusaha yang merintis bisnisnya dengan mengibarkan bendera Ayam Bakar Wong Solo (ABWS) itu. perlu kejelian dan inovasi agar bisnis makanan tersebut berkembang. Misalnya dalam hal memilih menu. "Salah satu menu yang tak akan pernah ada matinya adalah ayam. Sebab ayam merupakan makanan semua orang. Karena itu. bisnis makanan yang mengandalkan menu ayam akan tetap eksis," tutur pengusaha yang kini memiliki tujuh merek restoran itu.

Selain ABWS yang saat ini jumlahnya mencapai 42 outlet dan tersebar di berbagai kota di Indonesia hingga Malaysia, Puspo juga memiliki jaringan restoran lainnya. Yakni, Mie Jogja Pak Karso (15 outlet). Mie Kocok Bandung (enam outlet), Ayam Penyet Surabaya (sembilan outlet). Mie Ayam Kaki 5 dan Steak Kaki 5 (empat outlet), Mie Ayam Jamur (dua outlet). Iga Bakar Mas Giri (delapan outlet), dan Lontong Opor Cap Go Meh (satu outlet). "Total berjumlah 87 outlet, baik yang merupakan cabang sen-paparnya.

info pasar lukisan dan industri kreatif.http://artkreatif.net/