Waralaba, bisnis atau investasi?
Ada satu persamaan antara saham dan waralaba yaitu investor yang berminat kepadanya akan sama-sama menginvestasikan uangnya ke dalam suatu bisnis. Investor mendapatkan tingkat pertumbuhan dalam jangka panjang juga mendapat pendapatan usaha.
Jika tidak mendapatkan imbal hasil yang memadai pada periode waktu yang diharapkan, investor bisa rugi. Bagaimana jika modal saja yang kembali tetapi tidak ada keuntungan? Bukankah masih lumayan dibandingkan dengan tidak mendapat apa-apa sama sekali. Itu sih sama saja rugi, mendingan disimpan di tabungan atau deposito bank saja. Perhitungkan dengan cermat terhadap dana yang akan diputar ketika bergabung dengan sebuah franchise.
Ingat tak ada jaminan bahwa bisnis Anda akan langsung dikerumuni konsumen, seterkenal apa pun merek dari produk atau jasa yang Anda jual. Investasi awal dan biaya berlangsung Dalam sedikit hal menjadi seorang terwarala-ba/franchisee, mirip dengan seorang investor. Anda menanamkan uang untuk mendapatkan keuntungan. Namun, dalam jauh lebih banyak hal franchisee adalah pebisnis. Sayangnya franchisee sering kali terlalu optimistis, menganggap bahwa membeli waralaba itu artinya tinggal terima untung saja. Terlalu mengandalkan franchisor-nya atau berharap sistemnya bekerja dengan sendirinya. Mana mungkin!
Sebagai pebisnis franchisee selayaknya aktif memajukan gerainya, memastikan bahwa sistem sudah berjalan dengan baik. Jadi jangan mudah terpesona dengan perhitungan titik impas di atas kertas, yang sering kali terpampang dengan gagahnya di materi promosi franchisor. Itu hanya ilustrasi tak ubahnya seperti agen asuransi memberikan ilustrasi pertumbuhan unitlink. Kenyataan di lapangan bisa sangat berbeda. Titik impas ini baru titik impas penjualan saja, belum balik modal. Makanya memperhitungkan kapan balik modal dan berapa tingkat keuntungan yang memadai dari usaha waralaba, Anda akan menentukan efektivitas dari perkembangan dana pada usaha waralaba. Untuk itu, paling tidak ada dua jenis biaya dari waralaba yang harus Anda siapkan, pertama, investasi awal dan kedua, biaya berlangsung
Investasi awal adalah modal awal yang yang harus kiu tanamkan atau yang dibutuhkan untuk memulai usaha waralaba, antara lain License Fee, adalah biaya pembelian hak untuk menggunakan nama merek waralaba dan konsep bisnisnya. Tempat usaha. Sama seperti bisnis lain, Anda harus memiliki tempat usaha.
Bentuknya bisa bermacam-macam mulai dari bangunan permanen yang dibeli atau disewa, booth, sampai toko online, sesuai spesifikasi dari franchisor. Inventaris dan peralatan adalah biaya yang berkaitan dengan inventaris dan pembelian peralatan usaha.
Modal Kerja. Diawal usaha memerlukan modal kerja sebagai cadangan untuk penggajian, dan overhead (utilitas). Umumnya franchisor akan meminta Anda mencadangkan suplai bahan baku dan modal kerja sebesar 3-6 bulan operasional.Biaya berlangsung adalah biaya rutin yang dibayar selama usaha beroperasi yaituroyalti. Pemilik waralaba juga mengenakan biaya royalti yang berkelanjutan. Namun, tidak semua waralaba membebankan royalti.
Biaya operasional adalah biaya rutin I hu I.nun i.ilmu.in I yang dikeluarkan agar usaha dapat menjalankan aktivitas usahanya.Baik investasi awal maupun biaya berlangsung merupakan biaya yang akan memengaruhi keuntungan usaha. Prinsipnya makin kecil biaya makin besar keuntungan. Bagusnya saat ini bagi calon franchisee dengan kemampuan modal terbatas dapat mengajukan pembiayaan untuk usaha waralaba ke bank umum maupun bank syariah.
Titik impas
Tilik Impas dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Dengan analisis titik impas franchisee dapat memperkirakan jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan.
Rumusnya adalah biaya tetap total/(harga per unit barang yang dijual- biaya variabel per unit). Misalnya ada waralaba kebab Turki yang harga satu buah kebabnya Rp8.000 dengan biaya variabel sebesar Rp3.000 per kue dan biaya tetap total sebesar Rp7.000.000. Titik impas berarti Rp7.000.000/(Rp8.000-Rp3.000), ketemu angka Rpl.400. Jadi usaha waralaba Anda harus menjual 1.400 buah kebab Turki pada harga Rp8.000 supaya impas.
Jika setiap hari gerai Anda bisa menjual minimum 10 buah kebab, titik impas akan tercapai dalam waktu 4-5 bulan. Untuk mendapatkan keuntungan Anda tinggal menambahkan marginpada harga kebabnya. Dari contoh ini dapat kita lihat bahwa pada titik ini (pengeluaran sama dengan pendapatan) kita tidak merugi dan juga tidak untung dan tentu saja pada titik ini pengembalian investasi* masih jauh dari yang diharapkan. Anda juga harus menanyakan tentang pendapatan yang sebenarnya dari franchisee yang lain, bukan mengenai hasil yang dijanjikan oleh franchisor.
Tingkat keuntungan
Tingkat keuntungan atau balik modal didefinisikan sebagai persentase dari pendapatan yang diperoleh dari suatu investasi, setelah dikurangi biaya. Masalahnya balik modal waralaba (idak seperti bunga deposito yang tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan kinerja usaha. Begitu Anda menanam investasi awal waralaba, maka modal pokok ini harus terus berputar. Karena waralaba adalah investasi aktif bukan pasif seperti pada instrumen keuangan, di mana diri Anda juga secara aktif terlibat di situ.
Oleh karena itu balik modal waralaba diharapkan iebih tinggi dari investasi pada instrumen keuangan.balik modal waralaba akan berkaitan langsung dengan jenis bisnis, model bisnis, dan kondisi pasar dan setidaknya sebagian oleh keterampilan dan keahlian manajemen Anda dalam mengelola usaha. Dalam waralaba besar kecilnya investasi tidak selalu berkorelasi dengan tingkat keuntungan, melainkan harus dikombinasi dengan waktu, bakat dan keterampilan manajemen Anda sendiri. Oleh karena itu penting untuk berhati-hati memilih waralaba yang cocok dengan minat dan pengalaman Anda.
info pasar lukisan dan industri kreatif.http://artkreatif.net/