" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Pengusaha Muda yang Jeli Melihat Tren

Pengusaha Muda yang Jeli Melihat Tren

Meski masih sangat muda, Uun Ainurrofiq tak gentar untuk memulai usaha. Hanya dengan bekal Rp 20.000, dia menjalankan usaha produksi pakaian dan suvenir sembari terus menangkap tren yang sedang berkembang. Tak lupa, dia menggandeng tetangga sekitar untuk ikut mengembangkan usahanya.


UUN Ainurrofiq bukan berasal dari keluarga pengusaha. Dia dibesarkan oleh lingkungan orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai pengajar di sekolah menengah umum. Kakek, paman dan beberapa kerabatnya pun melakoni profesi guru, baik di sekolah formal maupun di lembaga sosial keagamaan.

Praktis, dunia usaha terasa begitu asing di telinga Rofiq, panggilan akrab Uun Ainurrofiq kala itu. Ketika beberapa temannya di bangku sekolah menyebut profesi orang tua mereka sebagai wiraswasta, yang terlintas di benaknya adalah pedagang-pedagang asongan yang-berjualan dengan gerobak di pinggir jal an.

Lantaran pemahaman tentang wirausaha yang tertanam di kepalanya seperti itu, tak heran jika Roflq tidak pernah bercita-cita menjadi pelaku wirausaha atau pengusaha "Saya waktu kecil bercita-cita ingin menjadi pilot," kenangnya.

Namun, keadaan membentuk Rofiq memiliki mental seorang pengusaha. Ketika tinggal di asrama pesantren sembari menimba ilmu di sekolah umum, dia harus belajar mandiri. Apalagi, dari tahun ke tahun, biaya hidup makin tinggi, sementara uang kiriman dari orangtua tidak bertambah. Jadi, dia harus memutar otak agar dapat menghidupi dirinya sendiri.

Kebetulan waktu itu, sedang tren stiker, kaos ataupin yang bisa dipesan berisi huruf atau gambar-gambar sesuai selera Banyak teman-teman di sekolahnya menyukainya Ia pun berjualan stiker-stiker ini di sekolah. Penghasilannya memang tidak seberapa, namun Roflq cukup puas. Karena, ia bisa menghasilkan uang sendiri.

Sampai ketika memasuki jenjang perkuliahan, kata wirausaha kembali mende-ngung di telinga Rofiq. Ini berawal dari keikutsertaannya mengikuti seminar dan workshop wirausaha muda mandiri, cakrawala berpikirnya kian terbuka mengenai definisi wirausaha

Di sana, dia bisa bertemu dengan pengusaha-pengusaha muda yang memiliki semangat dan tekad untuk mandiri. "Mereka membagi rahasia sukses berbisnis yangsangat menginspirasi saya," ujarnya

Roflq pun terpanggil untuk mengikuti jejak para pengusaha muda itu. Meskipun masih sangat muda, 20 tahun, dan baru setahun menjalani pendidikan strata satu di Institut Teknologi Telkom, nyalinya tak lantas ciut untuk terjun ke dunia bisnis.

Padahal, Roflq berencana segera merampungkan studinya lalu bekerja dan mengambil gelar master diluar negeri. Namun, takdir mengantarnya ke dunia baru. Bersama empat teman kuliahnya, di sebuah kamar kos di Bandung, mulailah ia merintis bisnisnya

Rofiq beserta teman-temannya pernah mencoba menjual kaos eceran, menjadi distributor baju koko antarkota, hingga mengamen di kawasan Dago, Bandung. Seiring berjalannya waktu, i konsep bisnis yang lebih rapi pun mulai mereka garap. Hingga pada akhirnya, Rofiq dan keempat temannya menjalankan usaha produsen pakaian dan suvenir,

Hanya dengan berbekal modal awal duit sebesar Rp 20.000, mereka menjalankan usaha produksi pakaian dan suvenir bernama Calisto Clothing and Merchandising pada 27 Mei 2008. "Saya menangkap tren yang ada di pasar dan membuat produknya sendiri," ujarnya
Ia mengajak tetangga sekitar tempat tinggalnya

Kebetulan, mereka memiliki keterampilan membuat kaos, mug, jaket, dan suvenir lainnya. Sebagai timbal balik, Rofiq memberi pengarahan kepada mereka mengenai cara membuat produk yang diminati pasar.

Dengan promosi dari mulut ke mulut dan membangun jaring kemitraan dengan para agen yang berada di berbagai daerah, produknya mula] banyak laku terjual. Rofiq juga mempromosikan usahanya melalui brosur dan menjadi sponsor berbagai acara.

Untuk pengadaan bahan baku, dia mengambilnya dari berbagai daerah di Bandung. Misalnya di Pasar Baru, Kopo dan Cigondewah. Ia mematok hargajual pin sekitar Rp 2.000 per buah, sementara harga kaos Rp 35.000 per potong dan harga kemeja berkisar Rp 60.000. "Banderol harga jaket Rp 70.000-Rp 120.000," kata Rofiq.

Entri Populer