Pada tahun 2000 lalu masyarakat booming melakukan budidaya cacing tanah. Pasar diakui saat itu sangat luas dan memiliki keuntungan ekonomi tinggi. Tetapi kondisi yang booming itu saat ini sirna tidak ada lagi yang mau membudidayakan cacing tanah. Pasalnya pasar belum terserap maksimai sehingga pembudidaya kelimpungan melakukan pemasaran sendiri sehingga dengan tidak disadari peternak enggan melakukan produksi. Padahal pemasaran sampai saat ini masih cukup prospektif. Terutama pasar ekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat serta beberapa negara lainnya.
Dikatakan Pengamat Ekonomi, Gede Mulyawan, budidaya cacing tanah memang memiliki nilai ekonomi yang tinggi hanya saja untuk produksi di Bali masih terkendala pemasaran hasil produksi. Saking tidak ada alat pengolahan cacing tanah maka harus dikirim langsung ke negara pemasok. Dengan demikian masih memerlukan jaringan pemasaran yang kuat. Tetapi kalau dilihat dari nilai ekonominya budidaya cacing tanah hanya memerlukan modal sedikit tetapi produksinya dapat dijual dengan harga tinggi.
Harga cacing tanah di pasar lokal Rp50.000 per kilo gram sementara untuk pasar ekspor dihargai Rp80.000 per kilo gram. Nilai jual cacing sendiri tidak kalah menarik 1 kilo gram cacing di tingkat produsen paling rendah Rpl.000 per kilo gram.Sementara manfaat cacing tanah yaitu digunakan sebagai bahan pakan, obat-obatan dan kosmetik. Pasalnya nilai gizi cacing tanah cukup tinggi dan mengandung zat-zat yang mampu melawan penyakit tertentu. Sayang di Indonesia masih minim memanfaatkan manfaat keunggulan cacing tanah. Padahal budidaya cacing tanah sangat mudah dan bisa dilakukan sebagai usaha sampingan.