" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Sentra Dodol, Bogor Saling Berebut Pasar Menjelang Lebaran

Sentra Dodol, Bogor Saling Berebut Pasar Menjelang Lebaran

Anastasia Lilin Yuliantina
Menjelang Hari Lebaran, Kampung Anyar, Bogor, selalu dipadati para pembeli dodol. Saking banyaknya pembeli, tak jarang terjadi perselisihan antara perajin dan pembeli. Bahkan, antara sesama pembeli. Untuk mengantisipasi keadaan ini, para perajin membuat sebuah rumah produksi massal.

MENINGKATNYA produksi dodol di Kampung Anyar, Bogor, menjelang Hari Lebaran tak hanya berdampak pada bertambahnya jumlah tenaga lepas. Seperti yang kerap terjadi, kampung ini mendadak ramai dikunjungi para pembeli dodol dari berbagai daerah.

Mimi Maryam, seorang perajin dodol di Kampung Anyar, berkisah, setiap dua pekan menjelang Lebaran, kampungnya selalu ramai dibanjiri para pembeli dodol. Bahkan, kata dia, tidak sedikit para pembeli datang membawa mobil bak terbuka alias pick up untuk mengangkut dodol. Alhasil, jalan menuju kampung itu dipadati oleh kendaraan yang digunakan para pembeli.

Memang, para perajin dodol di Kampung Anyar hampir tak mengenal sistempengantaran dodol. Hal yang lazim dilakukan selama ini, baik pembeli yang sudah menjadi langganan maupun tidak, selalu mengangkut sendiri dodol yang diproduksi para perajin. Begitu pula saat menjelang Lebaran.

Menurut Mimi, menjelang momen itu, hampir tidak ada pembeli spesial. Semuanya diperlakukan sama. Hanya, pola pemesanan menjelang Lebaran dan hari biasa jauh berbeda Jika hari biasa para pembeli sering memesan dodol hanya melalui telepon, maka di saat menjelang Lebaran, pembeli langsung memesan di tempat sentra.

Maklum, biasanya menjelang Lebaran, jumlah pembeli tidak sebanding dengan kapasitas produksi dodol para perajin di sentra ini. "Jadi, agar bisa mendapatkan stok dodol, para pembeli berebutan datang," kata Mimi.

Sialnya, lantaran produksi dodol tidak sesuai dengan jumlah permintaannya, takjarang insiden kecil meletup. Kejadian ini menimpa antarpembeli dengan perajin, maupun sesama pembeli.

Contohnya pernah dialami Ade Rosana, perajin dodol lainnya di Kampung Anyar. Pada masa menjelang Lebaran, wanita berusia 30 tahun ini kerap dimarahi pembeli. Masalahnya sepele. Dodol yang sudah dipesan pelanggan diambil oleh pembeli lain. "Jadi, saya harus bersabar," ujarnya.

Ada lagi tindakan ekstrem yang dilakukan para pembeli menjelang Lebaran. "Dodol yang baru saja diturunkan dari kuali masak lalu ditempatkan di wadah lebar dan pipih untuk didinginkan, langsung diangkut pembeli," katanya sembari tergelak.

Menurut Ade, tindakan seperti itu tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang pembeli saja. Hampir semua pembeli melakukan hal itu. Pengalaman serupa juga dialami Sami, yangsudah menjadi perajin dodol sejak 1982. Dia berkisah, menjelang Lebaran, para pembeli kerap saling bersitegang demi mendapatkan stok dodol. "Sesama pembeli ada juga yang berantem adu mulut," imbuhnya

Karena insiden seperti itu sering terjadi, para perajin berinisiatif mendirikan sebuah rumah produksi massal. Tujuannya mengantisipasi lonjakan produksi dan permintaan saat Lebaran.

Jadi, menjelang Lebaran, mereka tidak hanya memproduksi dodol di rumah masing-masing, tapi juga di rumah produksi massal itu. Dapur massal itu didirikan pada 2008 dengan biaya Rp 100 juta Sumbernya dari dana hibah yang dikucurkan PT Telkom Tbk. Uang itu juga digunakan untuk memperlebar jembatan dan membangun gapura sentra.

Entri Populer