" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Meraih Laba dengan Mi Jawa

Meraih Laba dengan Mi Jawa

Salah satu bisnis yang jempolan dalam mencetak laba adalah bisnis makanan. Jika cita rasanya memang mampu menggugah selera, tak pelak pelanggan akan datang dan datang lagi untuk mencicipinya.

Untuk itu, tak jarang para pengusaha makanan berlomba mendatangkan penganan unik dari mancanegara. Rasa yangkhas dan unik, ditambah gengsi internasional yang dibawa makanan tersebut, seringkali memang menjadi daya pemikat bagi para pelanggan.

Tapi, bukan berarti makanan khas yang bersifat tradisional lantas kalah di tengah gencarnya gempuran penganan serba internasional. Tengok saja usaha mi Jawa yang digeluti H Minto (alm) dan istrinya Waliyah (70) yang tak hanya mampu bertahan, namun juga terbukti sebagai bisnis unggulan pencetak laba.

Tak mau kalah dan menyerah dengan segala makanan instan yang makin beragam, Minto dan Waliyah tetap bertahan dengan sajian khas mi jawa yang menjadi andalan keluarganya sejak 1967. "Resep rahasianya dua, yaitu tekun dan jujur dalam mengembangkan usaha. Itu saja," ujar Waliyah yangkini menjadi penerus usaha tersebut.

Seperti kebanyakan pelaku usaha yang memulai semuanya dari nol, perjalanan usaha keluarga Minto dan Waliyah juga penuh rintangan dan hambatan. Waliyah bercerita, modal awal usahanya adalah keinginan kuat untuk membuka usaha di Jakarta. Awalnya, kata Waliyah, usaha warung nasi goreng dan mi Jawa yang dibukanya sangat sepi.

"Saat itu, bisa menghabiskan mie 2 kg dan beras 2 kg saja sudah senang," kenang Waliyah.
Namun, berkat ketekunan dan kesabaran, secara perlahan namun pasti, usaha Waliyah pun mulai membuahkan hasil. Hari demi hari, berkat resep tradisional yang setia diusungnya, pengunjung semakin bertambah. Kelezatan mi Jawa sajiannya terus beredar dari mulut ke mulut melalui pelanggan yang pernah mencicipi makan tersebut.

Merasa memiliki modal cukup darihasilmenabungsetiaphari, keduanya mulai mencari tempat yang dianggap lebih strategis. Pilihannya jatuh di daerah sekitar Kebon Sirih, tidak terlalu jauh dari tempatnya semula berjualan.

Di tempat baru, pelanggan mi goreng Jawa buatan Minto dan Waliyah terus bertambah. Seiring dengan bertambahnya pelanggan, menu yang disajikan pun mulai beragam, tidak hanya nasi goreng serta mi Jawa saja, tapi juga sate kambingdansup.Halitudilakukan untuk memberikan lebih banyak alternatif bagi para pengunjung warung makannya.

Lebih kurang lima tahun H Minto berjualan di kawasan Kebon Sirih, mereka pun kembali berpindah tempat berjualan ke daerah Gondangdia. Kendati menu yang disajikan Minto dan Waliyah makin bervariasi, namun dia tetap mempertahankan nasi gorengserta mi Jawa yang menjadi menu andalannya.

"Dan memang yang menjadi favorit pun memang tetap mi Jawa asli Yogyakarta," tutur Waliyah.

Perlahan namun pasti, Minto dan Waliyah yang semula tinggal di rumahkontrakan bersama Hputra dan putrinya mampu memiliki rumah sendiri dengan dua unit mobil untuk keperluan usahanya. Tak hanya itu, Minto dan Waliyah mencetak keberhasilan lain, mereka berhasil menjamin pendidikan bagi 14 anaknya.

Dari keempat belas anaknya, tiga orang mengikuti jejak orang tuanya membuka warung mi Jawa, mereka adalah Hartanto.Triyanto, Suryanto.

Bagi Waliyah, salah satu warisan yang berharga yang bisa diting-galkannya adalah ilmu dalam berwirausaha. Selain dapat menjamin penghidupan, kegiatan wirausaha yang digeluti penerusnya jugamampu membuka peluang kerja bagi masyarakat di sekitarnya.

"Walaupun kecil, bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain," kata Waliyah.
Resep sukses lain yang digunakan, kata Waliyah, adalah tak terlalu tinggi memasang harga. Kendati sudah terkenal, harga hidangan yang dijajakannya relatif terjangkau. Mi Jawa campur daging ayam hanya dijual RplO.000 per porsi. Sedangkan mi Jawa campur daging kambing atau daging sapi dijual Rpl3.000 per porsi. Dengan begitu, tutur Waliyah, mereka tetap mampu menjaga para pelanggan setianya. Berkat resep itu pula, usaha nasi goreng mi Jawa yang digelutinya mampumendatangkan omzet sekitar Rp2 juta per hari.

Selain harga yang terjangkau, Waliyah pun tegas menjaga mutu bahan baku yang digunakannya. Hal itu, jelas dia, adalah syarat mutlak untuk menjaga cita rasa makanan yang disajikannya. Hanya dengan begitu, tegas dia, barulah seorang pengusaha makanan bisa menjaga kesetiaan para pelanggarannya.

"Kami selalu minta yang terbaik. Kalau sayuran, selalu pakai yang segar-segar. Demikian pula telur, daging ayam, daging kambing dan daging sapi, semuanya yang terbaik demi menjaga cita rasa, "tuturnya.

Entri Populer