26/3/2012
Menjadi Enterpreneur itu Butuh Nyali
Untuk mengawali sebuah usaha sendiri memang tidak gampang, butuh nyali sendiri. Bayangkan, jika kita sudah punya pekerjaan yang mapan, dengan standar gaji yang lumayan, ditambah lagi gaji yang pasti tiap bulannya. Apakah semua orang punya nyali untuk ketidakpastian? Tentu tidak semua orang bukan? Bayangkan, jika memulai usaha sendiri dari awal, maka pendapatan tak menentu, pemasukan tiap bulan tak bisa dihitung, apalagi jika dirintis dari nol, bisa-bisa harus puasa Senin-Kamis karena tidak serta-merta kita bisa mendapatkan penghasilan dari rintisan usaha kita.
Untuk mengawali sebuah usaha sendiri memang tidak gampang, butuh nyali sendiri. Bayangkan, jika kita sudah punya pekerjaan yang mapan, dengan standar gaji yang lumayan, ditambah lagi gaji yang pasti tiap bulannya. Apakah semua orang punya nyali untuk ketidakpastian? Tentu tidak semua orang bukan? Bayangkan, jika memulai usaha sendiri dari awal, maka pendapatan tak menentu, pemasukan tiap bulan tak bisa dihitung, apalagi jika dirintis dari nol, bisa-bisa harus puasa Senin-Kamis karena tidak serta-merta kita bisa mendapatkan penghasilan dari rintisan usaha kita.
Itulah kenapa menjadi enterpreneur butuh nyali besar. Berikut penuturan Aries Adenata, entrepreneur muda yang berbisnis kaos unik dengan label SAOS, Kaos Rasa Solo. Semoga menginspirasi kita semua untuk terus mengembangkan diri menjadi entrepreneur sejati. Sebelum saya mengambil keputusan untuk keluar dari perusahaan, danmendirikan usaha sendiri, saya butuh waktu yang panjang untuk menyamakan persepsi dengan Istri.
Biar kita sama dulu, baru bisa melangkah, kalau tidak begitu, nanti kita kesulitan, bahkan akanbedampak pada urusan domestik rumah tangga. Istri harus paham dan slap dengan segala kemungkinan yang terjadi jika keputusan telah diambil terkait memulai usaha sendiri. Kurang lebih satu tahun waktu saya untuk menyamakan persepsi dan mengambil keputusan tersebut. Semasa komunikasi dengan istri itulah saya menyiapkan pondasi bisnis saya, agar kelak ketika keluar dari perusahaan, saya tidak kaget. Saya punya pandangan, jika saya tiba-tiba keluar dari perusahaan, namun tidak siap, maka saya sama saja bunuh diri. Di belakang saya ada anak dan istri yang harus saya tanggung.
Setelah saya keluar dari perusahaan, saya kemudian berjibaku dengan usaha saya. Salah satu hal yang saya lakukan adalah membuat strategi pemasaran dan mengeksekusi pemasaran secara langsung. Saya lantas mengibarkan bendera usaha yang saya beri nama SAOS "Kaos Rasa Solo". Jikaseseorang bicara tentang Jogja, makapastiakan mengkaitkan dengan Dagadu. Jika bercerita tentang Bali, maka Joger akan menjadi bumbu pembicaraannya. Nah, kalau bicara Solo? Apa yang akandikaitkannya?
Untuk itu, saya ingin membuat SAOS "Kaos Rasa Solo" menjadi top brand souvenir atau t-shirt untuk Solo. Untuk merealisasikan itu, saya rela tiap hari harus tidur di atas jam dua belas malam. Saya tekun berselancar di dunia maya, ini adalah salah satu strategi saya agar SAOS cepat dikenal. Saya memanfaatkan IT, bahkan dikatakan menjadi ujung tombak membangun brand SAOS. Lewat dunia maya pula, media mengetahui keberadaan SAOS.
Setelah saya keluar dari perusahaan, saya kemudian berjibaku dengan usaha saya. Salah satu hal yang saya lakukan adalah membuat strategi pemasaran dan mengeksekusi pemasaran secara langsung. Saya lantas mengibarkan bendera usaha yang saya beri nama SAOS "Kaos Rasa Solo". Jikaseseorang bicara tentang Jogja, makapastiakan mengkaitkan dengan Dagadu. Jika bercerita tentang Bali, maka Joger akan menjadi bumbu pembicaraannya. Nah, kalau bicara Solo? Apa yang akandikaitkannya?
Untuk itu, saya ingin membuat SAOS "Kaos Rasa Solo" menjadi top brand souvenir atau t-shirt untuk Solo. Untuk merealisasikan itu, saya rela tiap hari harus tidur di atas jam dua belas malam. Saya tekun berselancar di dunia maya, ini adalah salah satu strategi saya agar SAOS cepat dikenal. Saya memanfaatkan IT, bahkan dikatakan menjadi ujung tombak membangun brand SAOS. Lewat dunia maya pula, media mengetahui keberadaan SAOS.
Selain memanfaatkan IT, saya Juga rajin ikut pameran.Tapi tidak sembarang pameran, saya harus benar-benar memilih pameran yang mana ya*ng harus saya ikuti. Karena ikut pameran harus dengan kekuatan penuh, alias modal yang betul-betul kuat. Kalau saya mau ikut pameran terus, sebenarnya 3-4 kali bisa ada pameran (Ji Solo maupun di luar Solo, tapi itu tidak saya lakukan, di samping memilih pameran mana yang bagus, juga karena modal saya yang cupet. [Berdasar penuturan Aries Adenata, owner SAOS "Kaos Rasa SoloVest]
Sumber : Harian Seputar Indonesia