Halaman

Berburu Barang Lawas di Pinggiran jakarta

12/03/2012
Berburu Barang Lawas di Pinggiran jakarta

Berdiri sejak tahun 1980-an, sentra barang antik di Ciputat, Tangerang sudah kesohor di kalangan penggemar barang antik. Di sini ada 30 kios yang menjual aneka barang antik, seperti mebel, lampu antik, telepon engkol, dan gramophone. Pelanggan di sentra ini tidak hanya dari dalam negeri, juga dari luar negeri.

BAGI para penggemar barang antik, mengoleksi barang-barang lawas sudah pasti mendatangkan kepuasan. Terlebih, usia barang itu mencapai ratusan tahun. Selain memiliki nilai sejarah tinggi, barang antik juga tetap dapat digunakan sebagaimana fungsi barang tersebut.

Makanya, jangan heran kalau bisnis barang antik ini tak pernah lekang oleh waktu. Selalu saja ada yang memburunya, entah itu untuk koleksi pribadi maupun lagi. Salah satu sentra barang antik berada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Persisnya di ruas Jalan Ir. H Juanda, Situ Gintung. Di tempat ini terdapat sekitar 30 kios yang yang menjajakan aneka barang antik, seperti mebel, lampu antik, telepon engkol,dan gra mophone.

Yuda Lesmana, pemilik Mitra Art Shop, salah satu kios barang antik di sentra ini mengaku, sudah berjualan sejak 1993. "Kalau sentra ini sendiri sudah berdiri 1980-an akhir, makanya tempat ini kesohor di kalangan penggemar barang antik," katanya. Di kiosnya, Yuda menjual beberapa macam barang antik. Tapi, kebanyakan koleksi barang antiknya berupa lampu. Barang itu didapatnya dari berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Solo, dan Semarang.

Harga jualnya mulai dari Rp 2 juta-Rp 100 juta, tergantung usianya. "Usianya ada yang dari tahun 1930-an dan lainnya," ujarnya lagi. Selain lampu antik, ia juga menyediakan lampu yang modelnya dibuat sama persis dengan versi lawasnya Kebetulan, ia memiliki bengkel produksi sendiri. Lampu baru bergaya lawasini dibanderol mulai Rp 350.000 hingga Rp 2 juta.

Pelanggannya sendiri cukup beragam, mulai dari pecinta barang antik, kolektor, hingga para pedagang barang antik dari Italia, Spanyol, Jerman, Jepang, dan Thailand. Sayang, ia enggan menyebut omzet yang didapatnya. Yang jelas, katanya, setiap hari ada saja pembeli yang datang. "Kami mengambil laba 30%," ujarnya

Pedagang lainnya adalah Agus Hasan, pemilik Jowo Antique. Berbeda dengan Yudha ia fokus menjual mebel antik berbahan baku kayu jati. Kebanyakan mebel yang dijualnya merupakan buatannya sendiri.Kendati pembuatannya baru, mebel baru tersebut tetap disebut antik karena menggunakan kayu jati yang, sudah berusia ratusan tahun. Ia mendapatkan kayu-kayu tersebut dari orang yangmembongkar atau menjual rumah antiknya di sekitar Jawa "Saya terutama mencari di Pati, Kudus, juga Lebak," katanya yang merintis usaha sejak 1998.

Kayu-kayu tua itu kemudian dimanfaatkan sebagai bahan membuat lemari, meja, atau kursi. Selain itu ada juga yang dibuat menjadi joglo, gazebo, dan gebyok. "Saat ini pembuatan gazebo yang paling populer," ujarnya

Dalam sebulan, ia bisa menerima tiga pesanan. Kebanyakan pelanggannya pemilik penginapan atau restoran di Jakarta dan Bogor. Ia membanderol gazebo buatannya mulai dari Rp 10 juta-Rp 30 juta Sementara Joglo mulai Rp 100 juta-Rp 500 juta Saat ini omzetnya dalam sebulan berkisar antara Rp 200 juta hingga Rp 400 juta dengan laba 20%-40%.B

Sumber : Harian Kontan
Eka Saputra