Halaman

Mantan Pramugari yang Banting Setir ke Dunia Fesyen

29/02/2012
Mantan Pramugari yang Banting Setir ke Dunia Fesyen


Guna mewujudkan keinginan menjadi seorang desainer, Mardiana Ika melanjutkan studi fesyen di luar negeri. Karirnya di dunia fesyen diawali dengan bekerja di Lestelle Dore, Jerman. Baru 1983, ia merintis usaha sendiri di Hong Kong.

NAMA Mardiana Ika sudah tidak asing lagi bagi pecinta dunia/Fashion. Selain di dalam negeri, karya-karya desainer kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara ini telah dikenal luas di dunia. Ika sendiri memang pantas meraih kesuksesan itu karena termasuk orang yang sangat berbakat di bidang ini. Ia mulai mengenal dan mencintai dunia fesyen sejak masih duduk di bangku kuliah Jurusan Sastra di Universitas Indonesia (UT).

Kendati jatuh cinta dengan dunia fesyen, ia tidak langsung mengawali karirnya menjadi seorang desainer. Setelah menyelesaikan kuliah pada 1972, ia justru bergabung dengan maskapai penerbangan Cathay Pacific Airways.

"Saya bergabung dengan Cathay Pacific hingga tahun 1976," kata Ika. Setelah keluar dari maskapai tersebut, ia melanjutkan studi fesyen di luar negeri. Saat itu, ia memutuskan untuk mengambil jurusan desain fashion di London College of Fashion London.

Studi fesyen ini ditempuhnya selama dua tahun, yakni dari 1977 sampai 1979. Setelah menamatkan pendidikan fesyen tersebut, ia pun memutuskan pergi ke Berlin, Jerman. Di negeri asal hamburger itu ia bekerja di Fashion House Lestelle Dore selama 1979-1983. Selama hampir empat tahun bergabung di Lestelle

Dore, ia kemudian memberanikan diri untuk terjun ke dunia fesyen secara mandiri. Ia pun memilih Hong Kong sebagai tempat memulai usaha. Di negara ini ia mulai merintis usaha pada 1983 dengan mendirikan Butoni Limited Starter. Selama di Hong Kong, ia rajin mengeluarkan model dan rancangan busana terbaru.

Di Hong Kong Ika merintisusaha dengan mendirikan Butoni Limited Starter. Semua hasil rancangannya diberi label Ika Butoni. Sebagai desainer, ia selalu berusaha menciptakan desain yang berbeda dari karya-karya desainer lainnya. "Saya berusaha menciptakan karya yang membedakan saya dengan desainer lain di dunia," terangnya

Semua upayanya itu tidak sia-sia Terbukti, hasil rancangannya tidak saja diterima pasar Hong Kong.
Tapi juga.diminati negara-negara lain. Pada 1995, ia sudah mengekspor hasil karyanya ke sejumlah negara Eropa, Afrika dan Amerika Serikat. Setelah bisnis fesyennya dirasa sudah benar-benar stabil, ia kemudian memutuskan kembali ke Indonesia, dan melebarkan sayap bisnisnya di Bali.

Apalagi saat itu, salah salah seorang mantan dosennya di UI memintanya kembali dan menularkan kemampuannya terhadap generasi-generasi muda Indonesia "Selain itu saya juga memang sudah rindu Tanah Air," ujarnya.

Saat kembali ke Indonesia pada 1995, ia kemudian mendirikan Yayasan ModaBali pada 1998. Selain itu, ia juga mengagas lahirnya Bali Fashion Week. Pada 2000, ia mulai menyelenggarakan Bali Fashion Week yang pertama.

Dari Bali Fashion Week ini kemudian laliii fashion week di beberapa daerah, seperti Yogyakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week di Jakarta. Sementara untuk melancarkan bisnisnya, ia kemudian membuka butik di Bali, fc .

Sumber : Harian Kontan
Novenus Laoli