06/02/2012
Kaosnya Unik, Labanya pun Menarik
Peluang usaha kaos kreatif makin menjanjikan
Tampil sehari-hari mengenakan kaos kreatif kini sudah menjadi tren di kalangan anak muda. Tren tersebut tentu memicu penjualan kaos kreatif. Makanya, banyak pebisnis buru-buru menangkap peluang ini. Dalam sebulan, omzet produsen kaos kreatif mencapai puluhan juta rupiah.
KAOS oblong dengan desain gambar maupun kata-kata unik, lucu dan kreatif semakin banyak penggemarnya. Bukan cuma di kalangan anak muda, produk kaos unik ini juga disukai orang dewasa dan anak-anak.
Selain modis dan bergaya, umumnya mereka menyukai kaos ini juga dari pesan moral, kritikan atau semboyan bernada humor dan plesetan yang menempel pada kaos. Sudah begitu, modelnya pun sekarang juga semakin trendi dan tidak mati gaya
Bagi pemakainya, tema-tema yang terpampang di kaos yang mereka kenakan bak menunjukkan identitas dan jati diri mereka. Ini pula yang membuat kaos ini cepat mendapat tempat.
Tren ini tentu saja membawa berkah bagi produsenkaos kreatif. Dengan bekal kemampuan mendesain gambar serta menuangkan kata-kata unik, para produsen kaos kreatif meraup omzet puluhan juta dari renik usaha ini.
Ambil contoh, M. Alfian Rendra Saputra, pemilik Rendra Garment di Yogyakarta. Ia merintis usaha pembuatan kaos unik ini sejak 2008. Kebetulan sejak SMA ia memiliki hobi mendesain kaos.
Dengan menyasar kalangan mahasiswa dan anak muda, lelaki 21 tahun ini mampu mendesain clan menjual kaos kreatif sebanyak 1.000 buah perbulan. Menurutnya, bisnis kaos kreatif sangat menjanjikan. Terlebih anak muda zaman sekarang cenderung idealis dalam berpakaian," sahutnya
Agar produk kaosnya disukai, ia berusaha untuk tenis mencari tahu selera konsumennya. Hal itu pula yang membuat Rendra berubah haluan. Bila sebelumnya ia mencetak kaos kreatif secara massal, kini ia memproduksi berdasarkan pesanan atau keinginan konsumen.
Dengan begitu, ia bisa mengakomodasi keinginan pelanggan serta tahu selera pasar. "Mengetahui selera pasar itu penting karena dengan begitu pesan yang disampaikan lewat kaos cepat mengena, baik bagi pemakai dan orang lain yang melihatnya," ujarnya. Dengan hargajual Rp 40.000-Rp 45.000 per kaos.
Rendra mampu meraup omzet Rp 40 juta-Rp 45 juta perbulan. Laba bersih yang didapatnya 25930% 11 omzet "Kami sering mendapat pesanan dari Kalimantan dan Semarang," ujarnya.
Fokus pada gambar
Bisnis pembuatan kaos kreatif juga ditekuni Komang Dharma Santika, pemilik gerai RBHl di Denpasar, Bali. Bedanya, ia hanya fokus pada desain gambar kaos yang unik dan menarik. "Jadi kalau yang lain main kata-kata, saya gambar," ujarnya.
Desain gambar kaos yang dibuatnya lebih memadukan unsur tradisonal dan modem. .Awalnya, Komang hanya fokus mendesain pakaian tradisional Bali. Misalnya, pakaian penari Bali, penabuh gamelan, serta pengarak Ogoh-Ogoh.
Namun di sela-sela itu, ada juga mahasiswa yangmemesan desain kaus padanya Nah, pesanan mahasiswa ini coraknya lebih modern. Jadilah, lulusan Fakultas Seni Prituiyukkan Institut Seni Indonesia Denpasar ini serius menekuni usaha kaos kreatif.
Berkat usahanya ini, ia terpilih mewakili Bali mengikuti Wirausaha Mandiri 2009. Kini Komang memiliki dua gerai yang melayani jasa desain kaus sesuai pesanan atau menjual kaus desain sendiri secara eceran. "Produksi kaos saya buat limited edition. Tiap bulan ada 12 desain yang dikeluarkan, satu desain diproduksidua lusin saja," ujarnya Dari usahanya ini, setiap bulan ia mi omzet sekitar Rp 30 juta- Rp40juta. Sementara pada bulan tertentu, seperti Hari
Raya Nyepi atau I lan Kemerdekaan, omzetnya bisa mencapai Rp 100 juta.
Sukses berbisnis kaos kreatif juga dirasakan Nimatul Mukminin Fadly, pengundu kaos kreatif dari Yogyakarta. Terjun ke usaha ini sejak 2011, ia mengantongi omzet Rp 25 juta - Rp 30 juta perbulan keuntungan saya sekitar Rp 10 juta dari omzet" ujarnya.
Berbeda dengan pemain lain, Fadly memasarkan kaosnya lewat internet melalui sitas KaosKampus /),,/ i,a, Sesuai nama situsnya, Fadly memang lebih membidik kalangan mahasiswa "Bagi mahasiswa, kaos kreatif itu menjadi tanda eksistensi, narsis sekaligus motivasi," ujarnya.
Peluang usaha kaos kreatif makin menjanjikan
Tampil sehari-hari mengenakan kaos kreatif kini sudah menjadi tren di kalangan anak muda. Tren tersebut tentu memicu penjualan kaos kreatif. Makanya, banyak pebisnis buru-buru menangkap peluang ini. Dalam sebulan, omzet produsen kaos kreatif mencapai puluhan juta rupiah.
KAOS oblong dengan desain gambar maupun kata-kata unik, lucu dan kreatif semakin banyak penggemarnya. Bukan cuma di kalangan anak muda, produk kaos unik ini juga disukai orang dewasa dan anak-anak.
Selain modis dan bergaya, umumnya mereka menyukai kaos ini juga dari pesan moral, kritikan atau semboyan bernada humor dan plesetan yang menempel pada kaos. Sudah begitu, modelnya pun sekarang juga semakin trendi dan tidak mati gaya
Bagi pemakainya, tema-tema yang terpampang di kaos yang mereka kenakan bak menunjukkan identitas dan jati diri mereka. Ini pula yang membuat kaos ini cepat mendapat tempat.
Tren ini tentu saja membawa berkah bagi produsenkaos kreatif. Dengan bekal kemampuan mendesain gambar serta menuangkan kata-kata unik, para produsen kaos kreatif meraup omzet puluhan juta dari renik usaha ini.
Ambil contoh, M. Alfian Rendra Saputra, pemilik Rendra Garment di Yogyakarta. Ia merintis usaha pembuatan kaos unik ini sejak 2008. Kebetulan sejak SMA ia memiliki hobi mendesain kaos.
Dengan menyasar kalangan mahasiswa dan anak muda, lelaki 21 tahun ini mampu mendesain clan menjual kaos kreatif sebanyak 1.000 buah perbulan. Menurutnya, bisnis kaos kreatif sangat menjanjikan. Terlebih anak muda zaman sekarang cenderung idealis dalam berpakaian," sahutnya
Agar produk kaosnya disukai, ia berusaha untuk tenis mencari tahu selera konsumennya. Hal itu pula yang membuat Rendra berubah haluan. Bila sebelumnya ia mencetak kaos kreatif secara massal, kini ia memproduksi berdasarkan pesanan atau keinginan konsumen.
Dengan begitu, ia bisa mengakomodasi keinginan pelanggan serta tahu selera pasar. "Mengetahui selera pasar itu penting karena dengan begitu pesan yang disampaikan lewat kaos cepat mengena, baik bagi pemakai dan orang lain yang melihatnya," ujarnya. Dengan hargajual Rp 40.000-Rp 45.000 per kaos.
Rendra mampu meraup omzet Rp 40 juta-Rp 45 juta perbulan. Laba bersih yang didapatnya 25930% 11 omzet "Kami sering mendapat pesanan dari Kalimantan dan Semarang," ujarnya.
Fokus pada gambar
Bisnis pembuatan kaos kreatif juga ditekuni Komang Dharma Santika, pemilik gerai RBHl di Denpasar, Bali. Bedanya, ia hanya fokus pada desain gambar kaos yang unik dan menarik. "Jadi kalau yang lain main kata-kata, saya gambar," ujarnya.
Desain gambar kaos yang dibuatnya lebih memadukan unsur tradisonal dan modem. .Awalnya, Komang hanya fokus mendesain pakaian tradisional Bali. Misalnya, pakaian penari Bali, penabuh gamelan, serta pengarak Ogoh-Ogoh.
Namun di sela-sela itu, ada juga mahasiswa yangmemesan desain kaus padanya Nah, pesanan mahasiswa ini coraknya lebih modern. Jadilah, lulusan Fakultas Seni Prituiyukkan Institut Seni Indonesia Denpasar ini serius menekuni usaha kaos kreatif.
Berkat usahanya ini, ia terpilih mewakili Bali mengikuti Wirausaha Mandiri 2009. Kini Komang memiliki dua gerai yang melayani jasa desain kaus sesuai pesanan atau menjual kaus desain sendiri secara eceran. "Produksi kaos saya buat limited edition. Tiap bulan ada 12 desain yang dikeluarkan, satu desain diproduksidua lusin saja," ujarnya Dari usahanya ini, setiap bulan ia mi omzet sekitar Rp 30 juta- Rp40juta. Sementara pada bulan tertentu, seperti Hari
Raya Nyepi atau I lan Kemerdekaan, omzetnya bisa mencapai Rp 100 juta.
Sukses berbisnis kaos kreatif juga dirasakan Nimatul Mukminin Fadly, pengundu kaos kreatif dari Yogyakarta. Terjun ke usaha ini sejak 2011, ia mengantongi omzet Rp 25 juta - Rp 30 juta perbulan keuntungan saya sekitar Rp 10 juta dari omzet" ujarnya.
Berbeda dengan pemain lain, Fadly memasarkan kaosnya lewat internet melalui sitas KaosKampus /),,/ i,a, Sesuai nama situsnya, Fadly memang lebih membidik kalangan mahasiswa "Bagi mahasiswa, kaos kreatif itu menjadi tanda eksistensi, narsis sekaligus motivasi," ujarnya.
Fahriyadi, Eka Saputra
Sumber : Harian Kontan