Halaman

Olah Kulit Ular Setelah Batal Jadi Manajer

23/12/2011
Olah Kulit Ular Setelah Batal Jadi Manajer


Sebagai lulusan akademi perhotelan, Agus Suryadi juga sempat meniti karir di perhotelan. Namun setelah dua tahun, Agus memutuskan berhenti dan pulang ke Garut. Di kampung halaman ini, Agus justru sukses membangun bisnis kerajinan dari kulit ular, seperti dompet, ikat pinggang, hingga tas.

GAGAL meraih sesuatu yang diharapkan tentu menyedihkan. Namun larut dalam kesedihan tentu malah menutup pintu sukses. Demikian pula yang dilakukan Agus Suryadi. Meski gagal jadi manajer hotel seperti yang ia cita-citakan, pantang bagi Agus untuk meratapinya

Dengan gagah berani dan kepala tegak, Agus pulang ke kampung halamannya di Garut, Jawa Barat, dan memulai langkah hidup yang baru. Di kampung, pria yang kini berusia 38 tahun itu, mulai meniti usaha yang jauh dari "gelamya" sebagai alumni sekolah perhotelan. "Dari kecil saya ingin tampil rapi layaknya pekerja kantoran," kenang dia.

Agus memang sempat bekeija di hotel, namun karier sebagai manajer belum sempat ia genggam. Pada 2005, memilih karier baru sebagai perajin kulit ular. Tepatnya pada 2005, untuk memperlancar usaha barunya ini, Agus mendirikan perusahaan bernama CV Aditama Mandiri.

Kini, usaha itu telah menampakkan hasilnya Setelah enam tahun berjalan, usaha kerajinan itu berkembang pesat. Beragam produk kerajinan berhasil ia produksi seperti tas, dompet, hingga ikat pinggang yang kini laris manis di pasaran.

Dalam sebulan, pria yang hobi memasak itu mampu mendulang omzet Rp 150 juta. Omzet itu berasal dari penjualan kerajinan di dalamnegeri dan liasi] ekspor kerajinan, terutama ke Malaysia dan Brunei Darussalam.

Rencananya, tahun depan nanti, Agus berharap bisa ekspor ke Qatar dan juga Arab Saudi. Agus mengungkapkan, ia sudah mendapatkan mitra di dua negara di Timur Tengah itu. "Mereka ada yang tertarik untuk bekerjasama dengan saya," kala Agus.

Tindak lanjut dari kerjasama itu adalah pengiriman sampel kerajinan. Agus bilang, November lalu ia sudah mengirimkan 50 jenis kerajinan kulit ular sebagai contoh dagangan. "Mereka tertarik, tapi baru tahun depan saya bisa melayani pesanannya," ujar Agus.

Untuk memproduksi kerajinan dari kulit ular, Agus mendapatkan pasokan balian baku dari pedagang ular yang ada di sekitar Garut Agus tidak membeli kulit ular bentuk jadi, ia mengaku membeli ular dalam kondisi masih hidup. "Ada beberapa pemasok yang sudah bekerjasama dengan saya," jelasnya

Setelah ular disembelih, Agus terlebih dahulu memisahkan kulit ular dari badan. Setelah terpisah, daging ular kemudian dijual ke produsen makanan abon ular di Jakarta, Bogor, dan Bandung.Sementara kulit ular dipanaskan ke dalam oven sampai kering. Setelah kering, kulit ular itu digulung mirip gulungan obat nyamuk. "Setelah di gulungan kulit ular itu sudah bisa diolah menjadi aneka kerajinan," ujar Agus.

Setelah kulit ular itudisulap menjadi kerajinan tas, dompet dan ikat pinggang, Agus memberi merek Flash dan membanderolnya mulai harga Rp 50.000 sampai Rp 500.000 per pieces. Tentu Agus tidak sendiri mempro-Kalau saya bekerja di hotel, belum tentu bisamembuka lapangan kerja.duksinya Ia dibantu oleh tujuh karyawan.

Sebelum membangun bisnis kerajinan kulit ular, Agus pernah bekerja di sriMKili hotel di Bandung pada 1998. Waktu itu ia bekerja sebagai karyawan kontrak tanpa memiliki jaminan hari tua. "Jika kontrak selesai, kami diminta bikin kontrak baru lagi, tanpa masa depan," kenang Agus.

Setelah setahun bekerja, Agus mencoba untukbertahan untuk mengejar cita-cita menjadi manajer hotel. Namun tahun kedua Agus memutuskan mundur dan memupus cita-cita menjadi manajer hotel.Agus pun pulang kampung ke Garut. Di kota kelahirannya itu, ia sempat membuka usaha sebagai agen travel, membuka toko alat tulis kantor (ATK) hingga membuka bengkel sepeda motor. "Semuanya malah rugi," kenang Agus.

Setelah mencoba berbagai usaha, barulah Agus menemukan usaha pembuatan kerajinan dari kulit ular. "Garut tidak hanya dikenal dengan potensi kulit domba saja tapi juga ada potensi kulit ular," ungkapnya
Hasil produksi kerajinan kulit ular itu banyak digemari di beberapa daerah. Inilah yang menyenangkan Agus, "Kalau saya bekeija di hotel, belum tentu saya bisa membuka lapangan pekerjaan," ujar Agus.

Sumber : Harian Kontan
Ragil Nugroho