Halaman

Membangun Peternakan bagi Warga Desa

22/12/2011
Features Budi Susilo Setiawan
Membangun Peternakan bagi Warga Desa


Kesuksesan Budi Susilo Setiawan membangun peternakan Mitra Tani Farm (MT Farm) tak luput dari cobaan. Budi sempat merugi puluhan juta rupiah karena ulah pedagang daging di pasar. Peristiwa itu tidak membuat Budi patah arang. Ia bangkit dan kini sukses memasarkan daging kambing untuk perusahaan katering.

WALAUPUN Budi Susilo Setiawan punya ilmu peternakan, bukan jaminan bisnis ternaknya bisa berjalan lancar. Usaha ternak kambing Budi lewat Mitra Tani Farm (MT Farm) itu sempat meredup bahkan merugi.
Kerugian itu dialami Budi ketika ia menjadi pemasok daging kambing untuk kebutuhan pedagang daging di pasar. Mulanya bisnis itu berjalan lancar, hingga pada suatu saat pembayaran daging dari pedagang terganggu.

Pedagang daging mengaku kesulitan menjual daging. Bahkan banyak daging kambing milik Budi tidak terjual pada hari itu juga. Kondisi itulah yang membuat pedagang sulit membayar ongkos beli daging.

Gangguan pembayaran daging terjadi terus menerus. Alhasil, jumlah utang pedagang daging itu menumpuk, dan sebagian dari mereka tak kuasa lagi untuk melunasinya. "Kalau saya hitung nilainya bisa Rp 50 juta," terang Budi.

Karena terus-terusan merugi, Budi memutuskan untuk hengkang menjadi pemasok daging kambing ke para pedagang itu. Dia lantas beralih memasarkan daging kambing untuk kebutuhan industri katering.

Dengan sabar Budi menawarkan daging kambing nu ke beberapa pengusaha katering. Kesabaran itu berbuah manis, satu per satu katering mulai membeli daging darinya. Transaksipembayaran dengan penyedia jasa katering temyata jauh lebih aman dan menguntungkan," terang ayah dua anak itu.

Kalau pada tahun 2006 Budi hanya bisa bekerjasama dengan dua usaha katering, kini kerjasama itu telah berkembang menjadi delapan usaha katering di Jabodetabek. Sejak berhasil melakukan kerjasama dengan para pengusaha katering itulah bisnis peternakan Budi kembali pulih. Kini, saban bulan, ia sudah mampu memasarkan minimal 700 ekor kambing.

Sejatinya, bisnis penjualan daging kambing ini memang berat. Budi mengakui, tak mudah menjalin kerjasama dengan para pengusaha Budi menetapkanharga jual dagingberdasarkanberat kambingsaat hidup.katering tersebut. Maklum, "Banyak sekali pesaingnya," ujar Budi.

Namun, Budi menggunakan kiat klasik untuk memenangkan persaingan, yakni dengan memberikan harga khusus. Ia menetapkan hargajual daging berdasarkan berat badan kambing dalam kondisi hidup. Dengan cara itu, "Saya berani menjamin harga daging kambing saya jauh lebih murah," klaim Budi.

Dengan menjual kambing hidup, pengusaha kateringbisa memanfaatkan seluruh bagian kambing. Selain itu, pembeli juga bisa memastikan kebersihan, kualitas kesegaran, dan kesehatan daging kambing. Apalagi, pemilik katering bebas memilih kambing langsung di peternakannya.

Selain itu, untuk memuaskan pelanggan, Budi juga menyediakan layanan antar kambing sampai di tempat pembeli. Ia juga berusaha memudahkan pelanggan dalam bertransaksi. Prinsipnya, "Kami akan memberikan pelayanan terbaik buat pelanggan," ungkapnya.

Nah, setelah sukses berbisnis kambing, Budi tidak lupa akan tugas sosialnya Belakangan ini, ia aktif menjadi pembicara dalam berbagai seminar, diskusi ataupun icorkshop tentang usaha peternakan. Selain itu, Budi juga aktif memberdayakan ekonomi warga, terutama warga di sekitar peternakan MT Farm. Ia rutin berbagi pengalaman beternak dengan warga di Cianipea, Bogor. Ia berharap, warga nanti bisa membuat peternakan terpadu.

Selain memberikan pelatihan, tahun depan nanti, Budi berencana menyalurkan bantuan modal kepada warga Bantuan itu berupa hewan ternak sebanyak 25 ekor. Ia berharap, kambing bantuan itu bisa dikembangkan warga sampai bisa beranak pinak. Hasil peternakan itu nanti akan dipasarkan melalui jaringan MT Farm. "Program ini sudah memasuki tahap uji coba," terang Budi.

Budi memang berharap, kalau program ini sukses, usaha ternak ini menjadi pondasi ekonomi bagi warga Budi memprediksi, permintaan daging di Indonesia bakal tumbuh lebih cepat dari persediaan. "Jika peternak lidak mampii menyuplai dagingnya, tentu pemerintah akan menjawabnya dengan impor," kata Budi.

Sumber : Harian Kontan
Dea Chadiza Syafina