13/12/2011
Kena PHK, Pindah Kerja Jadi Pengusaha
Sentra boneka tidak hanya ada di Cikampek dan Bandung. Di Bekasi, tepatnya di Rama Lumbun, ada juga sentra pembuatan boneka. Uniknya, sentra ini berkembang sejak krisis ekonomi 1998. Ketika itu, banyak buruh yang kena PHK, beralih menjadi pengusaha boneka.
KRISIS ekonomi 1998 memang susah untuk dilupakan. Maklum, ketika itu, begitu banyak buruh pabrik kehilangan pekerjaan lantaran pabrik tutup akibat krisis. Namun, saat itu pula adalah tonggak baru bagi
para mantan buruh itu untuk i Memulai hidup baru sebagai pengusaha Tak percaya? Datanglah ke sentra pembuatan boneka di Desa Rawa Lunibu, Bekasi, Jawa Barat. Di desa Itu setidaknya ada 25 industri boneka kelas rumahan yang dikelola oleh para bekas buruh korban resesi ekonomi 14 tahun silam.
Salah satu bekas buruh yang mencetak sukses sebagai pengusaha bonekaitu adalah Nana Anang Sujana
Sepertinya sudah menjadi suratan takdir, setelah lima tahun bekerja, Nana menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK). Tapi, nasib buruk inilah yang justru menjadi momentum bagi Nana untuk memulai hidup baru sebagai pebisnis. Setelah kehilangan pekerjaan, Sujana mulai berjualan balian baku boneka dan juga limbah sisa pembuatan boneka
Dagang kecil itu berbuah besar. Dari hasil dagang limbah, Nana berhasil mengumpulkan uang Rp 500.000. Uang inilah yang dia jadikan modal untuk membangun usaha pembuatan boneka sendiri dengan merek Hayashi Toys.
Berbagai bentuk boneka lahir dari kreasi dan imajinasi bapak lima anak ini. Kini berbagai macam produk boneka Hayashi telah dipasarkan ke berbagai kota seperti Semarang, Bandung, Surabaya, dan kota-kota besar lainya
Bahkan, usaha Nana berbiak lumayan cepat Dalam jangka waktu 14 tahun, usaha ini telah mampu memperkerjakan 108 pekerja. Bahkan, kini Nana sudah berhasil meraup omzet hingga Rp 1,2 miliar per bulan. "Peminat boneka datang dari seluruh daerah di Indonesia," kata Nana.
Selain Nana, mantan buruh yang juga sukses sebagai pengusaha boneka adalah Saipunawas Raepani. Ia memulai bisnis pembuatanboneka ini sejak tahun 2000. Dengan modal lima mesin jahit dan uang pinjaman sebesar Rp 12 juta, Saipunawas membesarkan usahanya yang bernama PD Dwi Putra Mandiri Toys.
Saat memulai produksi, Saipunawas bercerita, produksinya masih sekitar 100 boneka perhari atau sekitar 3.000 boneka perbulan. Beruntung, dari hari ke hari, permintaan boneka kian deras mengalir. Mau tidak mau, ia harus menambah kapasitas produksi.
Saipunawas pun merasa perlu menambah mesin jahit bekas pabrik. Selain itu juga, ia juga menggandeng penduduk di sekitar rumahnya untuk menjadi mitra "Mesin jahit itu saya serahkan kepada warga yang bersedia untuk menjadi mitra," kata Saipunawas.
Satu mitra mendapatkan lima mesin jahit. Alhasil pada 2004, produksi boneka Saipunawas bisa melonjak hingga 8.000 boneka perbulan. "Usaha ini terus berkembang," ujarnya, senang.Sekarang, Saipunawas sudah mampu memproduksi sebanyak 15.000 boneka per bulan. Memanfaatkan jejaring yang telah lama dibinanya, Saipunawas berhasil memasarkan boneka di Jakarta, Surabaya hingga Samarinda. Dengan hargajual boneka antara Rp 7.000 hingga Rp 125.000, ia meraih omzet Rp 600 juta per bulan.
Sentra boneka tidak hanya ada di Cikampek dan Bandung. Di Bekasi, tepatnya di Rama Lumbun, ada juga sentra pembuatan boneka. Uniknya, sentra ini berkembang sejak krisis ekonomi 1998. Ketika itu, banyak buruh yang kena PHK, beralih menjadi pengusaha boneka.
KRISIS ekonomi 1998 memang susah untuk dilupakan. Maklum, ketika itu, begitu banyak buruh pabrik kehilangan pekerjaan lantaran pabrik tutup akibat krisis. Namun, saat itu pula adalah tonggak baru bagi
para mantan buruh itu untuk i Memulai hidup baru sebagai pengusaha Tak percaya? Datanglah ke sentra pembuatan boneka di Desa Rawa Lunibu, Bekasi, Jawa Barat. Di desa Itu setidaknya ada 25 industri boneka kelas rumahan yang dikelola oleh para bekas buruh korban resesi ekonomi 14 tahun silam.
Salah satu bekas buruh yang mencetak sukses sebagai pengusaha bonekaitu adalah Nana Anang Sujana
Sepertinya sudah menjadi suratan takdir, setelah lima tahun bekerja, Nana menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK). Tapi, nasib buruk inilah yang justru menjadi momentum bagi Nana untuk memulai hidup baru sebagai pebisnis. Setelah kehilangan pekerjaan, Sujana mulai berjualan balian baku boneka dan juga limbah sisa pembuatan boneka
Dagang kecil itu berbuah besar. Dari hasil dagang limbah, Nana berhasil mengumpulkan uang Rp 500.000. Uang inilah yang dia jadikan modal untuk membangun usaha pembuatan boneka sendiri dengan merek Hayashi Toys.
Berbagai bentuk boneka lahir dari kreasi dan imajinasi bapak lima anak ini. Kini berbagai macam produk boneka Hayashi telah dipasarkan ke berbagai kota seperti Semarang, Bandung, Surabaya, dan kota-kota besar lainya
Bahkan, usaha Nana berbiak lumayan cepat Dalam jangka waktu 14 tahun, usaha ini telah mampu memperkerjakan 108 pekerja. Bahkan, kini Nana sudah berhasil meraup omzet hingga Rp 1,2 miliar per bulan. "Peminat boneka datang dari seluruh daerah di Indonesia," kata Nana.
Selain Nana, mantan buruh yang juga sukses sebagai pengusaha boneka adalah Saipunawas Raepani. Ia memulai bisnis pembuatanboneka ini sejak tahun 2000. Dengan modal lima mesin jahit dan uang pinjaman sebesar Rp 12 juta, Saipunawas membesarkan usahanya yang bernama PD Dwi Putra Mandiri Toys.
Saat memulai produksi, Saipunawas bercerita, produksinya masih sekitar 100 boneka perhari atau sekitar 3.000 boneka perbulan. Beruntung, dari hari ke hari, permintaan boneka kian deras mengalir. Mau tidak mau, ia harus menambah kapasitas produksi.
Saipunawas pun merasa perlu menambah mesin jahit bekas pabrik. Selain itu juga, ia juga menggandeng penduduk di sekitar rumahnya untuk menjadi mitra "Mesin jahit itu saya serahkan kepada warga yang bersedia untuk menjadi mitra," kata Saipunawas.
Satu mitra mendapatkan lima mesin jahit. Alhasil pada 2004, produksi boneka Saipunawas bisa melonjak hingga 8.000 boneka perbulan. "Usaha ini terus berkembang," ujarnya, senang.Sekarang, Saipunawas sudah mampu memproduksi sebanyak 15.000 boneka per bulan. Memanfaatkan jejaring yang telah lama dibinanya, Saipunawas berhasil memasarkan boneka di Jakarta, Surabaya hingga Samarinda. Dengan hargajual boneka antara Rp 7.000 hingga Rp 125.000, ia meraih omzet Rp 600 juta per bulan.
Sumber : Harian Kontan
Sumber : HArian Kontan
Fitri Nur Arifenle