Halaman

Sentra Ukiran Kayu Cipacing, Sumedang

04/11/2011
Sentra Ukiran Kayu Cipacing, Sumedang
Terkenal Usai Dibina Mantan Legislator


Nama Sentra Ukiran Kayu Cipacing di Sumedang, Jawa Barat semakin terkenal setelah mantan wakil rakyat bernama Tanti Sumiarno mengabdikan diri menjadi pendamping perajin. Tanti berperan meningkatkan keahlian perajin termasuk membantu mereka memasarkan kerajinan itu.

MESKI sentra ukiran kayu khas Sunda di Desa Cipacing, sudah berdiri sejak 1970, tapi sentra kerajinan itu baru populer pada tahun 1990-an. Saat itu, perajin mendapat pembinaan dari salah satu tokoh masyarakat Sunda bernama Tanti Sumiamo, yang kini sudah almarhum.

Asep Suhandar, pemilik Panyawangan Art Gallery bilang, sosok Tanti Sumiamo banyak membantu perajin l.iI.ii11 pengembangan kualitas kerajinan, membantu pemasaran produk. Tanti memang memiliki banyak jaringan karena pernah menjabat sebagai anggota DPRRIera80-an.

Hingga kini, kiprah Tanti masih bisa dirasakan perajin ukiran kayu di Cipacing. Bagi Asep, kehadiran sentra ukiran kayu itu tak bisa dilepaskan dari peran dan jasa Tanti. Salah satu peran yangsangat dirasakan perajin adalah pemberian pelatihan kepada perajin secara cuma-cuma. "Ia (Tanti Sumiarno) secara rutin memberikan pelatihan, minimal seminggu sekali," terang Asep.

Tak hanya itu, Tanti juga yang membekali perajin untuk memproduksi produk kerajinan sesuai keinginan pasar. Seperti sandal kayu khas Sunda yang dikenal dengan nama kelom geulis dan juga wayang golek.

Termasuk ajakan memproduksi kerajinan senjata khas Sumedang yang banyak diburu kolektor senjata tradisional. "Kerajinan ini berbentuk busur panah khas Sumedang," terang Asep. Tak hanya itu, Tanii juga ikut meningkatkan keahlian perajin untuk memproduksi kerajinan daerah lain. Asep yang sudah 30 tahun menggeluti bisnis kerajinan ukir kayu itu menuturkan, berkatkeahlian itulah perajin Cipacing bisa memproduksi patung kitas Kalimantan dan alat musik dari Afrika dan Australia

Selain meningkatkan keahlian warga, Tanti juga banyak berperan dalam memasarkan produk kerajinan itu. Dia mengajak relasinya datang ke Cipacing, terutama relasi saat ia menjabat anggota legislatif. Setelah Tanti meninggal dunia pada 1997, barulah perajin aktif mengembangkan potensi mereka secara mandiri. Sebagian dari mereka aktif mengikuti pameran kerajinan.

Sampai tahun 2000-an, geliat bisnis kerajinan kayu itu berkembang pesat, jumlah kios penjual ukiran kayu itu terus bertambah. Banyak warga Cipacing yang sebelumnya bekerja sebagai buruh perusahaan tekstil saat itu banting setir menjadiperajin ukiran kayu.

Dari banyak ragam kerajinan yang diproduksi, perajin Cipacing kini mempertahankan adanya ciri khas produk mereka Ciri khas itu berupa penambahan lukisan pada badan kerajinan. Lukisan itu berupa titik-tilik i at yang membentuk motif. "Lukisan itu ciri khas kerajinan di Cipacing". terang Deden Nurrahman, pemilik Panyindangan Art Shop.

Karena ada penambahan lukisan, membuat proses pengerjaan kerajinan dari Cipacing lebih lama. Selain mengukir atau membentuk kayu, perajin juga harus membual lukisan. Deden bilang, sti i;i| pembuatan produk kerajinan berupa patung atau alat musik, bisa menghabiskan waktu dua hari hingga berminggu-minggu.

Sumber : Harian Kontan
Ragil Nugroho