14/11/2011
'Kue" Bisnis yang Menggoda
Industri logistik dan transportasi menyediakan kue bisnisyang besar. Wajar, jika industri ini memberi sumbangsih signifikan terhadap pendapatan domestik. Tetapi, ceruk pasaryang sangat besar ini sangat mungkin tak dapat dinikmati perusahaan lokal jika mereka tidak siap menghadapi persaingan.
Tingginya aktivitas perekonomian Indonesia berbuah manis bagi para pelaku industri logistik dan transportasi. Seiring meningkatnya pertumbuhan industri barang dan jasa, nilai pasar bagi industri yang mengelola distribusi, pengiriman, ataupun penyimpanan barang ini diprediksi akan terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Gopal R, Wakil Presiden Transportation Logistic Practice Asia Pasific Frost and Sullivan, menyebutkan bahwa pasar untuk industri logistik dan transportasi di Indonesia dari pihak ketiga {thirdparty) maupun in-house sektor industri hingga akhir Oktober 2010 sukses menghimpun pendapatan Rp992,8 triliun atau mendekati kuadrili un.
Pasar third party logistics (3PL) seperti transportasi, penyimpanan, dan jasa kurir mencapai Rpl49 triliun. Sementara, biaya logistik in-houseuntuk sektor manufaktur, pertanian, kehutanan,perikanan,konstruksi,per-tambangan dan penggalian, perdagangan, telekomunikasi, dan jasa lainnya bernilai Rp843,7 triliun.
"Indonesia memberikan peluang besar bagi penyedia jasa logistik karena kebanyakan segmen bisnis menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir," ujar Gopal dalam presentasinya yang berjudul Logistics Industry Outlook Indonesia 2011 and Beyond, beberapa waktu lalu.
Sementara pada tahun 2011, berdasarkan analisis Frost and Sullivan, nilai pasar industri ini akan tumbuh sekitar 13,4% dari tahun sebelumnya dengan nilai mencapai USD138.2 mi-liaratausetaradenganRpl.238 trili un. Pertumbuhan ekspor barang dan jasa di Indonesia yang diperkirakan naik sekitar 9,7-10,8% pada 2011 dinilai akan menjadi salah satu faktor pen-dorong pertumbuhan industri logistik dan transportasi di Indonesia. Sedangkan, nilai pasar pada 2012 diproyeksi sebesar USD149 miliar (Rpl.335 triliun).
Tingginya pertumbuhan pasar transportasi dan logistik di Indonesia dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan stabil serta peningkatan ekspor beberapa komoditas kunci. "Gelombang relokasi industri dan arus modal yang kuat masuk ke Indonesia juga berperan mendorong naiknya nilai pasar logistik," katanya.
Besarnya "kue" bisnis industri logistik pun diamini Asosiasi Logistik Indonesia (ALI). "Industri ini menyediakan kue bisnis yang amat menggoda. Tak mengherankan, industri ini memberi sumbangsih yang cukup signifikan terhadap pendapatan domestik," ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Mahendra Rianto kepada Seputar Indonesia.
Namun, Mahendra mengingatkan ceruk pasar yangsangat besar tersebut dikhawatirkan tidak dapat dinikmati perusahaan logistik lokal. Apalagi, pada mulai periode 2013-2015 akan diberlakukan liberalisasi jasa logistik di ASEAN. "Kue bisnis ini akan dihabiskan perusahaan asing jika perusahaan lokal tidak siap," jelasnya.
Dilihat dari layanan yang ditawarkan, perusahaan logistik dibedakanmenjadi empat jenjang layaknya piramida. Lapisan paling dasar disebut basic service atau outsourcing model yang dikenal dengan istilah logistic service provider (LSP). Kedua, value-added atau third party logistic (3PL). Perusahaan logistik lokal yang berjumlah sekitar 5.000 di Indonesia lebih banyak berada pada dua lapisan ini. Lapisan ketiga, lead logistic alan leadlogistic provider (LLP). Perusahaan yang mencapai level ketiga ini sudah sangat canggih dan bisnis logistiknya terintegrasi. Contoh untuk level ini hanya dijumpai di perusahaan logistik luar negeri. Keempat atau tahap tertinggi adalah advance service atau fourth party logistic provider (4PL), di mana juga menyediakan layanan financial logistic. "Perusahaan yang berada dalam strata ini bisa menyediakan biaya talangan dulu," ujarnya.
Untuk menghadapi liberalisasi tersebut, perusahaan-perusahaan lokal harus memaksakan pengembangan dan perbaikan sumber daya manusia (SDM). Perusahaan lokal, kata Mahendra, harus dapat meningkatkan pengetahuan terkait dua model industri logistik yang berada pada level teratas.
"Kita harus optimistis menghadapi liberalisasi tersebut dengan jalan perusahaan lokal harus bisa bersaing dari segi knowledge. Sebenarnya perusahaan asing pun punya sejumlah kelemahan yakni kebanyakan tidak memiliki aset di Indonesia," ujarnya.
Selain itu, lanjut Mahendra, perlu ada pengetatan regulasi. Setiap pelaku usaha logistik yang bekerja di Indonesia harus memiliki sertifikat dengan persyaratan-persyaratan tertentu. "Selain berstandar internasional, perlu ditambahkan syarat kemampuan berbahasa Indonesia," jelasnya.
Sementara, Rocky J Pesik, Direktur DHL Express Indonesia, mengungkapkan optimismenya bahwa pada 2011 perusahaannya bakal mengantongi omzet sekitar USD100 juta, naik 15% dari tahun sebelumnya. "Industri semakin produktif, omzet kami juga naik, karena lebih dari 80% pelanggan kami dari kelompok korporat," ujarnya.
Sumber : Harian Seputar Indonesia
pasti liberti