24/11/2011
Inspirasi Wasito
Dulu Buruh, Sekarang Juragan Boneka
Inspirasi Wasito
Dulu Buruh, Sekarang Juragan Boneka
Setelah lama bekerja menjadi buruh pabrik pembuat boneka, Wasno banting setir dan menjalani bisnis pembuatan boneka sendiri. Selama lebih dari 15 tahun dia menggeluti bisnis boneka, saat ini omzetnya sudah mencapai Rp 400 juta per bulan. Namun persaingan bisnis pembuatan boneka semakin ketat.
BERAWAL dari keinginan untuk mengubah taraf ekonomi keluarga, Wasno keluar dari pekerjaannya dan memulai bisnis sendiri. Jika dahulu Wasno hanya buruh di pabrik pembuat boneka milik perusahaan Korea di Karawang, kini dia belah memperkerjakan 50 karyawan yang menghasilkan omzet Rp 400 juta per bulan.
Bisnis yang digeluti Wasno saat ini tidak jauh dari pekerjaannya dahulu yaitu boneka. Mulai berbisnis pembuatan boneka sejak 1991, dia mengakii hanya bermodalkan Rp 200.000 dan tiga mesin jahit. "Saya dibantu tiga orang," katanya
Tiga orang itu adalah warga sekitar rumah yang sudah dididik untuk membuat boneka Sebab, saat itu dia menjadikan rumahnya sebagai bengkel kerja pembuatan boneka
Sebanyak 50 pekerja tersebut dibagi dalam beberapa proses produksi, seperti bagian pola, menjahit, mengisi, membuat aksesori sampai pengepakan. Setidaknya 300 hingga 400 boneka bisa diproduksi perbulan dengan berbagai ukuran.
Selama dua tahun pertama, Wasno menjual boneka dengan keliling, terutama di kereta ekonomi yang berhenti di Stasiun Cikampek. Tak lama kemudian dia menjadikan rumahnya tak hanya sebagai bengkel kerja namun juga toko penjualan. Dengan toko yang menetap, para pelanggan bisa langsung inrinesan dengan datang kerumahnya
Ia bercerita,, mayoritas pelanggan yang datang ke rumahnya adalah pembeli boneka -.aai dia menjajakan langsung di kereta "Mereka biasanya bertanya dahulu ke orang-orang, kemudian nn nka-datang ke rumah," kata Wasno. Oleh karena itulah, menurut Wasno, usahanya besar karena promosi dari mulut ke mulut
Saal ini, pembeli yang datang ke tokonya sebagian besar adalah pedagang yang ingin menjual kembali boneka ke Medan, Lampung, Yogyakarta, dan Jakarta I muk pasar Jakarta, pedagang yang kerap membeli ke tempatnya adalah pedagang Tanah Abang, Pasar Baru, dan Ragunan.
Rata-rata pelanggannya adalah pedagang kaki lima. "Orang kaya membeli boneka di mal, masyarakat menengah bawah beli boneka di kaki lima Di situlah pasar terbesar saya" kata Wasno.Walau mengaku tak menemui banyak kendala dalam membesarkan bisnisnya, namun Wasno juga pernah mengalami masa sulit. Masalah permodalan dan pemasaran pada 1995 menjadi penyebab bisnisnya hampir runtuh.
Tapi Wasno tak menyerah. Pada tahun 1998, dia bahkan berhasil mendirikan toko boneka pertamanya di Karawang. Toko di rumahnya sudah tidak bisa menampung hasil produksi lantaran permintaan yang terus naik.Selain mendirikan toko boneka, pada tahun 2000 Wasno juga memperluas bengkel produksi tepal di
sebelah rumahnya di Kampung Mekar Sari, Karawang. "Itu untuk menampung i.n nl Lihan mesin jahit, agar kapasitas produksi naik," katanya. Dengan peningkatan kapasitas, pada 2001, dia
membuat toko boneka lagi tak jauh dari rumahnya
Penambahan toko diperlukan untuk menampung pesanan yang naik menjelang Natal dan Tahun Baru. Sebab pada saat itulah lonjakan permintaan boneka sangat tinggi. Berbeda dengan musim menjelang bulan puasa yang sepi. "Di akhir tahun sangat ramai, pagi dibuat, sore sudah dibeli. Namun menjelang ramadhan sepi, dan akan ramai kembalisetelah lebaran," katanya
Di akhir tahun inilah Wasno mengaku terpaksa menolak pesanan. Dia tak mau mengalihkan pesanan itu ke produsen boneka lain demi menjaga kualitas. Menurutnya walau sama-sama perajin boneka namun kualitas yang dihasilkan tidaklah sama
Memang, saat ini perajin dan pedagang boneka sudah banyak ditemui di sekitar Cikampek. Dengan persaingan yang semakin ketat. Wasno mengaku akan- terus melakukan inovasi model dan desain.
Tak hanya itu, diajuga harus peka terhadap perkembangan jaman dan trend pasar. Contohnya sekarang ketika Upin dan Ipin ataupun domba Sliaun the Sheep sedang trend. Selain boneka-boneka itu, dia juga memproduksi boneka karakter binatang, seperti harimau, singa dan beruang, yang tidak mengenal tren.
Sumber : Harian Kontan
Fitri Nur Arifenie