" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Industri Batik Makin Maju tapi Kesulitan Cari Pembatik

Industri Batik Makin Maju tapi Kesulitan Cari Pembatik

07/21/2011
Industri Batik Makin Maju tapi Kesulitan Cari Pembatik

Industri batik nasional yang mulai berkembang harus menghadapi masalah serius. Mereka mengalami kesulitan dalam regenerasi pembatik. Saat ini sebagian besar pembatik sudah berusia lanjut, sedangkan minat generasi muda untuk belajar membatik justru sangat rendah.

SALAH sentra industri batik yang mengalami kesulitan regenerasi pembatik adalah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ketua Asosiasi Batik Cirebon, Rukadi Suminta mengatakan tenaga pembatik di Cirebon semakin menurun karena tidak adanya regenerasi perajin. Akibatnya, industri batik kekurangan tenaga kerja.

Faktor pembatik itu pula yang membuat 60% dari 360 industri kecil dan menengah (IKM) batik di Kabupaten Cirebon gulung tikar dalam lima tahun terakhir. "Selain itu, ada industri batik baru di luar Cirebon hingga tenaga kerja banyak terserap ke sana," kata Rukadi.

Setiap IKM di Cirebon, menurut dia, membutuhkan lima sampai 20 orang tenaga kerja untuk memproduksi sekitar tiga kodi hingga lima kodi batik per bulan.

Senada dengan Rukadi, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, pembatik tulis dari generasi muda sangat minim. Hal itu cukup mengkhawatirkan karena saat ini pembatik yang ada sudah berusia lanjut. "Batik kila sudah diakui dunia, tapi jumlah pembatiknya makin berkurang," katanya dalam kunjungannya ke sentra batik Cirebon, Selasa (19/7).

Kesulitan regenerasi pembatik, menurut Hidayat, tidak hanya terjadi di Cirebon, tapi juga di daerah-daerah penghasil batik lainnya. Pekerjaan membatik sendiri menurutnya tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang karena butuh konsentrasi tinggi. Jadi, jika dibiarkan tanpa pembatik penerus maka eksistensi batik bisa terancam.

Padahal, Indonesia, harus bisa meningkatkan produksi dan kualitas batik. Pasalnya, batik sudah diakui Unesco sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia.

Untuk menyiapkan generasi pembatik di masa mendatang, Hidayat mengatakan akan mendiskusikan dengan Kementerian Pendidikan Nasional agar ada mata pelajaran batik dalam kurikulum khusus, terutama untuk lembaga pendidikan di bidang industri. Selain itu, seni batik juga bisa dimasukan sebagai salah satukegiatan ekstrakuriknlri

Seluruh kegiatan juga akan dibiayai oleh pemerintah. Selanjutnya jika sudah lulus, siswa bisa terserap di industri batik dan tidak perlu beralih ke sektor industri lain asal diberi gaji memadai.

Selain kendala regenerasi pembatik, batik Indonesia juga masih terkendala oleh suplai balian baku terutama gondorukem. Bahan penguat warna balik itu saat ini diproduksi oleh Perhutani. Namun mayoritas gondorukem itu diekspor. Untuk itu, Hidayat mengatakan akan bei temu dengan Menun Kehutanan agar mendahulukan industri dalam negeri.

Saat ini, jumlah industri Kecil dan menengah (IKM) Indonesia mencapai 39.641 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 165.552 orang. Nilai produksi batik secara nasional mencapai Rp 3,94 triliun dan nilai ekspornya sebesar Rp 1,82 triliun. 

Sumber : Harian Kontan
Sofyan Nur Hidayat


Entri Populer