07/17/2011
>>>>Batik Semarang yang Terus Menggeliat
SAAT ini, banyak masyarakat yang mulai menjadikan batik semarang sebagai bisnis usahanya. Daerah itu tak ingin ketinggalan dengan penghasil batil lainnya, seperti Solo dan Yogyakarta. Tapi, batik semarang tak ingin mengekor motif dari daerah lain, melainkan ingin memiliki ciri khasnya sendiri.
Batik semarang cenderung lebih berani dalam memainkan motif dan warna. "Motifnya didominasi warna-warna terang seperti merah tua, oranye, biru muda," tutur lin Windi Indah Cahyani, salah seorang perajin batik semarang. Selain, batik itu juga mengambil motif Hora dan fauna, seperti bunga, burung merak, dan harimau. Bahkan, gambar bangunan yang menjadi simbol Kota Semarang, seperti Tugu Muda, juga dipindahkan ke atas sehelai kain batik tulis.lin tertarik untuk berbisnis batik semarang sejak ada Kampung Batik Semarang, pada Agustus 2006 lalu.
SAAT ini, banyak masyarakat yang mulai menjadikan batik semarang sebagai bisnis usahanya. Daerah itu tak ingin ketinggalan dengan penghasil batil lainnya, seperti Solo dan Yogyakarta. Tapi, batik semarang tak ingin mengekor motif dari daerah lain, melainkan ingin memiliki ciri khasnya sendiri.
Batik semarang cenderung lebih berani dalam memainkan motif dan warna. "Motifnya didominasi warna-warna terang seperti merah tua, oranye, biru muda," tutur lin Windi Indah Cahyani, salah seorang perajin batik semarang. Selain, batik itu juga mengambil motif Hora dan fauna, seperti bunga, burung merak, dan harimau. Bahkan, gambar bangunan yang menjadi simbol Kota Semarang, seperti Tugu Muda, juga dipindahkan ke atas sehelai kain batik tulis.lin tertarik untuk berbisnis batik semarang sejak ada Kampung Batik Semarang, pada Agustus 2006 lalu.
Selain untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, keinginannya berbisnis batik semarang juga untuk melestarikan budaya lokal. Berdiri sejak lima tahun lalu, Sanggar Batik Semarang Indah, milik lin, sudah memiliki 25 karyawan. Karyawan-karyawan tersebut memiliki tugas masing-masing, mulai dari membatik sampai mewarnai.
Sanggar Batik Semarang Indah mampu memproduksi sekitar 10 lembar tulis dalam seminggu. Sedangkan batik cetak mencapai 20 batik sehari. Dari harga batik yang dijual dengan harga antara Rp 60.000-Rp 1,5 juta per helai, lin bisa beromzet Rp 25 juta per bulan. Walaupun belum seterkcnal batik dari Yogyakarta, Pekalongan atau Solo, pelanggan batik lin berasal dari Jakarta, Bandung, sampai Ambon. Karena masih terbilang jarang, ke depan batik semarang masih bisa bersaing dengan batik kota lain," katanya.
Sementara itu, Siti Khalifah juga menggeluti usaha batik semarang. Usaha yang berdiri sejak tahun 2006 ini, menurutnya, sangat menguntungkan. "Biasanya omzet rata-rata per bulan mencapai Rp 30 juta sampai Rp 50 juta," ucapnya. Siti mengaku, kebanyakan pembelinya mencari batik dengan harga Rp 100.000 per lembar. Ada yang lebih murah, tapi ada juga produk spesial dengan harga mencapai Rp 5 juta per helai," katanya.
Batik semarang buatan Siti sudah merambah Jakarta dan Batam. Ia optimistis dengan masa depan batik semarang, apalagi sekarang peminat batik bukan hanya datang dari kalangan orangtua, akan tetapi para remaja juga menyenangi batik semarang. Meski begitu, Siti masih kesulitan bahan baku batik dari Semarang. Kami biasanya membelinya dari Pekalongan dan Yogyakarta," ujarnya.Saat ini tercatat baru 15 pengusaha batik semarang. Meski begitu, para pengusahanya bertekad memajukan terus batik semarang.
Sanggar Batik Semarang Indah mampu memproduksi sekitar 10 lembar tulis dalam seminggu. Sedangkan batik cetak mencapai 20 batik sehari. Dari harga batik yang dijual dengan harga antara Rp 60.000-Rp 1,5 juta per helai, lin bisa beromzet Rp 25 juta per bulan. Walaupun belum seterkcnal batik dari Yogyakarta, Pekalongan atau Solo, pelanggan batik lin berasal dari Jakarta, Bandung, sampai Ambon. Karena masih terbilang jarang, ke depan batik semarang masih bisa bersaing dengan batik kota lain," katanya.
Sementara itu, Siti Khalifah juga menggeluti usaha batik semarang. Usaha yang berdiri sejak tahun 2006 ini, menurutnya, sangat menguntungkan. "Biasanya omzet rata-rata per bulan mencapai Rp 30 juta sampai Rp 50 juta," ucapnya. Siti mengaku, kebanyakan pembelinya mencari batik dengan harga Rp 100.000 per lembar. Ada yang lebih murah, tapi ada juga produk spesial dengan harga mencapai Rp 5 juta per helai," katanya.
Batik semarang buatan Siti sudah merambah Jakarta dan Batam. Ia optimistis dengan masa depan batik semarang, apalagi sekarang peminat batik bukan hanya datang dari kalangan orangtua, akan tetapi para remaja juga menyenangi batik semarang. Meski begitu, Siti masih kesulitan bahan baku batik dari Semarang. Kami biasanya membelinya dari Pekalongan dan Yogyakarta," ujarnya.Saat ini tercatat baru 15 pengusaha batik semarang. Meski begitu, para pengusahanya bertekad memajukan terus batik semarang.
Sumber : Berita kota