>>>>Permintaan Kayu Lapis dari Jepang Meningkat 2,2 Juta Lembar
JAKARTA (IFT) - Perusahaan kayu lapis Indonesia mendapatkan tambahan permintaan dari lepang sebanyak 2,2 juta lembar atau setara 44 ribu meter persegi mulai Mei hingga September. Hadi Daryanto, Sekretaris lenderal Kementerian Kehutanan, mengatakan tambahan kayu lapis ini untuk memenuhi kebutuhan pembangunan rumah dan bangunan yang rusak pascaben-cana tsunami di negara itu.
Kenaikan kebutuhan kayu lapis dari lepang diperkirakan akan meningkatkan volume ekspor ke negara itu sekitar 10% menjadi 1,02 juta meter kubik dari tahun lalu sebesar 931.961 meter kubik. Nilai ekspor kayu lapis Indonesia ke lepang pada 2010 tercatat USS 555,98 juta, naik dari tahun 2009 yung sebesar USS 453,63 juta. .
Pada I-mui.in 2011, volume ekspor kayu lapis Indonesia ke lepang sudah mencapai 92.994 meter kubik. Kenaikan permin-taan juga mendorong harga kayu lapis ikut naik hingga mencapai USS 950 per meter kubik.
Gunawan Salim, Marketing Manager PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI), mengatakan volume penjualan perusahaan tahun ini diperkirakan naik sekitar 50% dari 2010 akibat penambahan permintaan dari jepang. Gunawan enggan merinci volume penjualan kayu lapis perusahaannya ke Jepang pada 2010.
Hasnawiyah Kono, Sekretaris Perusahaan Sumalindo, menyatakan tahun 2010 volume produksi kayu lapis perusahaan mencapai 64 ribu meter kubik. Dari situs perusahaan tercatat kapasitas produksi kayu lapis Sumalindo mencapai 260 ribu meter kubik per tahun.
Menurut Gunawan, kebutuhan kayu lapis Jepang naik karena negara itu memasuki masa rekonstruksi pascabencana tsunami yang merusak sekitar 80 ribu rumah. Produksi kayu lapis Sumalindo tahun ini juga akan ditingkatkan hingga 30% untuk mengantisipasi tingginya permintaan itu.
Beda Produk
Gunawan menambahkan Indonesia tidak bisa memenuhi kenaikan permintaan dari Jepang secara maksimal, karena produk kayu lapis nasional kurang sesuai dengan kebutuhan Jepang yang meminta produk kategori low grade, seperti structural panel dan underlayment floor. Pr*oduk kayu lapis Indonesia tergolong premium grade karena memiliki ketebalan 2,4 milimeter. China dan Malaysia adalah dua negara produsen yang sejauh ini dapat memenuhi kebutuhan Jepang.
AA Malik, Sekretaris Jenderal Asosiasi Panel Kayu Indonesia, mengatakan industri kayu lapis saat ini juga sulit mendapatkan bahan baku berupa kayu bulat. Akan tetapi, pelaku industri kayu lapis masih optimistis mampu menaikkan kapasitas produksi tahun ini.
Asosiasi menargetkan produksi kayu lapis naik 17% menjadi 3,8 juta meter kubik. Industri kayu lapis harus mendapatkan pasokan bahan baku kayu bulat sekitar 6,9 juta meter kubik untuk memenuhi target itu.
Bahan baku saat ini sulit dikarenakan keterbatasan suplai kayu hutan alam terutama kayu meranti. Produsen kayu hutan diperkirakan tidak dapat mc-manen karena faktor cuaca dan masalah skala ekonomi usaha yang tidak menguntungkan karena jatah produksi tahunan yang terlalu kecil. "Harga kayu bulat dari hutan alam naik dan berdampak negatif hagi industri kayu lapis yang sulit menaikkan harga produknya," ujar dia.
Nanang Rofandi Ahmad, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, mengakui kenaikan harga bahan baku kayu bulat 10%-20% seiring tingginya permintaan bahan baku dari industri kayu lapis. Harga kayu bulat saat ini sekitar Rp 1,5 juta per meter kubik.
Pengusaha kesulitan memasok bahan baku karena produksi terhambat masalah perpanjangan izin hutan yang sulit didapatkan dari pemerintah. Tahun ini, produksi kayu hutan diperkirakan sama seperti tahun lalu yaitu sekitar 5 juta meter kubik. Data Kementerian Kehutanan mencatat produksi kayu lapis dan laminated veneer lumber hingga akhir April mencapai 759.341 ton. ()
Sumber: Indonesia Finance Today
Qayuum Amri
JAKARTA (IFT) - Perusahaan kayu lapis Indonesia mendapatkan tambahan permintaan dari lepang sebanyak 2,2 juta lembar atau setara 44 ribu meter persegi mulai Mei hingga September. Hadi Daryanto, Sekretaris lenderal Kementerian Kehutanan, mengatakan tambahan kayu lapis ini untuk memenuhi kebutuhan pembangunan rumah dan bangunan yang rusak pascaben-cana tsunami di negara itu.
Kenaikan kebutuhan kayu lapis dari lepang diperkirakan akan meningkatkan volume ekspor ke negara itu sekitar 10% menjadi 1,02 juta meter kubik dari tahun lalu sebesar 931.961 meter kubik. Nilai ekspor kayu lapis Indonesia ke lepang pada 2010 tercatat USS 555,98 juta, naik dari tahun 2009 yung sebesar USS 453,63 juta. .
Pada I-mui.in 2011, volume ekspor kayu lapis Indonesia ke lepang sudah mencapai 92.994 meter kubik. Kenaikan permin-taan juga mendorong harga kayu lapis ikut naik hingga mencapai USS 950 per meter kubik.
Gunawan Salim, Marketing Manager PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI), mengatakan volume penjualan perusahaan tahun ini diperkirakan naik sekitar 50% dari 2010 akibat penambahan permintaan dari jepang. Gunawan enggan merinci volume penjualan kayu lapis perusahaannya ke Jepang pada 2010.
Hasnawiyah Kono, Sekretaris Perusahaan Sumalindo, menyatakan tahun 2010 volume produksi kayu lapis perusahaan mencapai 64 ribu meter kubik. Dari situs perusahaan tercatat kapasitas produksi kayu lapis Sumalindo mencapai 260 ribu meter kubik per tahun.
Menurut Gunawan, kebutuhan kayu lapis Jepang naik karena negara itu memasuki masa rekonstruksi pascabencana tsunami yang merusak sekitar 80 ribu rumah. Produksi kayu lapis Sumalindo tahun ini juga akan ditingkatkan hingga 30% untuk mengantisipasi tingginya permintaan itu.
Beda Produk
Gunawan menambahkan Indonesia tidak bisa memenuhi kenaikan permintaan dari Jepang secara maksimal, karena produk kayu lapis nasional kurang sesuai dengan kebutuhan Jepang yang meminta produk kategori low grade, seperti structural panel dan underlayment floor. Pr*oduk kayu lapis Indonesia tergolong premium grade karena memiliki ketebalan 2,4 milimeter. China dan Malaysia adalah dua negara produsen yang sejauh ini dapat memenuhi kebutuhan Jepang.
AA Malik, Sekretaris Jenderal Asosiasi Panel Kayu Indonesia, mengatakan industri kayu lapis saat ini juga sulit mendapatkan bahan baku berupa kayu bulat. Akan tetapi, pelaku industri kayu lapis masih optimistis mampu menaikkan kapasitas produksi tahun ini.
Asosiasi menargetkan produksi kayu lapis naik 17% menjadi 3,8 juta meter kubik. Industri kayu lapis harus mendapatkan pasokan bahan baku kayu bulat sekitar 6,9 juta meter kubik untuk memenuhi target itu.
Bahan baku saat ini sulit dikarenakan keterbatasan suplai kayu hutan alam terutama kayu meranti. Produsen kayu hutan diperkirakan tidak dapat mc-manen karena faktor cuaca dan masalah skala ekonomi usaha yang tidak menguntungkan karena jatah produksi tahunan yang terlalu kecil. "Harga kayu bulat dari hutan alam naik dan berdampak negatif hagi industri kayu lapis yang sulit menaikkan harga produknya," ujar dia.
Nanang Rofandi Ahmad, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, mengakui kenaikan harga bahan baku kayu bulat 10%-20% seiring tingginya permintaan bahan baku dari industri kayu lapis. Harga kayu bulat saat ini sekitar Rp 1,5 juta per meter kubik.
Pengusaha kesulitan memasok bahan baku karena produksi terhambat masalah perpanjangan izin hutan yang sulit didapatkan dari pemerintah. Tahun ini, produksi kayu hutan diperkirakan sama seperti tahun lalu yaitu sekitar 5 juta meter kubik. Data Kementerian Kehutanan mencatat produksi kayu lapis dan laminated veneer lumber hingga akhir April mencapai 759.341 ton. ()
Sumber: Indonesia Finance Today
Qayuum Amri