>>>>Permintaan Anjlok, Usaha Sandal Logo Klub Bola Lesu
Tanpa sebab yang jelas, sejumlah klub sepakbola tanah air menyetop pemesan sandal jepit dengan logo tim mereka. Omzet dua produsen alas kaki ini di Yogyakarta dan Sidoarjo pun menurun. Paling banter saat ini mereka hanya mendulang pendapatan Rp 10 juta per bulan.
SEPAK BOLA adalah olahraga yang paling punya banyak penggemar. Semua kalangan, kaya, miskin, tua muda, dan cowok-cewek menyukai sepakbola Itu sebabnya, berbagai aksesori dan pernak-pernik sepakbola termasuk sandal jepit laku keras. Terutama milik klub-klub bola yang memiliki banyak fans loyal.
Tapi, sejak Februari 2011 lalu, penjualan sandal jepit dengan logo klub bola lokal menurun. Bachtiar Ivan, produsen alas kaki ini di Yogyakarta, mengungkapkan, dirinya sudah tidak lagi mendapat pesanan dari PSS Sleman dan Persipura Jayapura yang menjadi pelanggan tetapnya selama ini.
Biasanya, Ivan mendapat pesanan sekitar 50 kodi atau sekitar 1.000 pasang sandal i jepit dari kedua klub tersebut "Sandalnya ada yangdijual ke fan, tapi sebagian digunakan untuk kebutuhan sendiri," ujar pria yang sudah sembilan tahun menggeluti bisnis sandal jepit.
Pesanan yang datang ke Nurkolis, produsen sandal asal Sidoarjo, Jawa Timur juga menurun. "Jika liga nasional tengah berlangsung, biasanya meningkat Tapi tahun ini justru penjualannya menurun," katanya.
Pesanan sandal dari Arema Malang, Persibo Bojonegoro, dan Persebaya Surabaya sudah tidak lagi mengalir sejak dua bulan lalu. Biasanya, setiap bulan, Nurkolis menerima order sampai 50 kodi dari masing-masing
Dok.Nurkholisklub. "Tentu saja omzet jadi menurun," ujar dia Sebelumnya, Nurkolis mampu mengantongi pendapatan hingga Rp 19 juta. Sekarang, paling banyak omzet yang masuk kantong hanya Rp 10 juta saja
Baik Ivan maupun Nurkolis tidak tahu pasti, apa yang menyebabkan klub-klub lokal itu tak lagi memesan sandal dari mereka Tapi, keduanya sama-sama menduga, penyetopan pesanan ini ada kaitannya dengan prestasi klub yang jeblok dan kisruh di tubuh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Agar omzet kembali naik, Ivan membuat aneka sandal hotel dan karakter kartun. "Saya memecah-mecah produksi. Misalnya, untuk pembuatan 1.000 sandal jepit, setengahnya untuk sandal hotel, sebagian untuk gambar kartun dan klub bola," paparnya
Oleh karena itu, Ivan masih sanggup menjual hingga 1.000 pasang dengan banderol harga Rp 10.500 untuk sepasang sandal. Ivan dan Nurkolis berharap, prestasi klub bola yang menjadi langganan mereka kembali bersinar. "Kalau prestasi bagus, antusiasme fans untuk mengoleksi marchandi-se seperti sandal jepit semakin besar," kata Ivan.
Apalagi, dari berbagai produk sandal yang mereka buat, selama ini permintaan alas kaki berlogo klub bola yang paling tinggi. Tak hanya lokal, klub-klub bola luar negeri juga banyak peminatnya, dengan perbandingan permintaan 50 50. Setengah klub lokal, setengah lagi klub luar negeri.
Tanpa sebab yang jelas, sejumlah klub sepakbola tanah air menyetop pemesan sandal jepit dengan logo tim mereka. Omzet dua produsen alas kaki ini di Yogyakarta dan Sidoarjo pun menurun. Paling banter saat ini mereka hanya mendulang pendapatan Rp 10 juta per bulan.
SEPAK BOLA adalah olahraga yang paling punya banyak penggemar. Semua kalangan, kaya, miskin, tua muda, dan cowok-cewek menyukai sepakbola Itu sebabnya, berbagai aksesori dan pernak-pernik sepakbola termasuk sandal jepit laku keras. Terutama milik klub-klub bola yang memiliki banyak fans loyal.
Tapi, sejak Februari 2011 lalu, penjualan sandal jepit dengan logo klub bola lokal menurun. Bachtiar Ivan, produsen alas kaki ini di Yogyakarta, mengungkapkan, dirinya sudah tidak lagi mendapat pesanan dari PSS Sleman dan Persipura Jayapura yang menjadi pelanggan tetapnya selama ini.
Biasanya, Ivan mendapat pesanan sekitar 50 kodi atau sekitar 1.000 pasang sandal i jepit dari kedua klub tersebut "Sandalnya ada yangdijual ke fan, tapi sebagian digunakan untuk kebutuhan sendiri," ujar pria yang sudah sembilan tahun menggeluti bisnis sandal jepit.
Pesanan yang datang ke Nurkolis, produsen sandal asal Sidoarjo, Jawa Timur juga menurun. "Jika liga nasional tengah berlangsung, biasanya meningkat Tapi tahun ini justru penjualannya menurun," katanya.
Pesanan sandal dari Arema Malang, Persibo Bojonegoro, dan Persebaya Surabaya sudah tidak lagi mengalir sejak dua bulan lalu. Biasanya, setiap bulan, Nurkolis menerima order sampai 50 kodi dari masing-masing
Dok.Nurkholisklub. "Tentu saja omzet jadi menurun," ujar dia Sebelumnya, Nurkolis mampu mengantongi pendapatan hingga Rp 19 juta. Sekarang, paling banyak omzet yang masuk kantong hanya Rp 10 juta saja
Baik Ivan maupun Nurkolis tidak tahu pasti, apa yang menyebabkan klub-klub lokal itu tak lagi memesan sandal dari mereka Tapi, keduanya sama-sama menduga, penyetopan pesanan ini ada kaitannya dengan prestasi klub yang jeblok dan kisruh di tubuh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Agar omzet kembali naik, Ivan membuat aneka sandal hotel dan karakter kartun. "Saya memecah-mecah produksi. Misalnya, untuk pembuatan 1.000 sandal jepit, setengahnya untuk sandal hotel, sebagian untuk gambar kartun dan klub bola," paparnya
Oleh karena itu, Ivan masih sanggup menjual hingga 1.000 pasang dengan banderol harga Rp 10.500 untuk sepasang sandal. Ivan dan Nurkolis berharap, prestasi klub bola yang menjadi langganan mereka kembali bersinar. "Kalau prestasi bagus, antusiasme fans untuk mengoleksi marchandi-se seperti sandal jepit semakin besar," kata Ivan.
Apalagi, dari berbagai produk sandal yang mereka buat, selama ini permintaan alas kaki berlogo klub bola yang paling tinggi. Tak hanya lokal, klub-klub bola luar negeri juga banyak peminatnya, dengan perbandingan permintaan 50 50. Setengah klub lokal, setengah lagi klub luar negeri.
Sumber : Harian Kontan
Mona Tobing