" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Mainan Edukatif Dari Limbah Kayu

Mainan Edukatif Dari Limbah Kayu


>>>>>>Mainan Edukatif Dari Limbah Kayu

NERACA. Anak-anak mana yang tak lekat dengan mainan? Rasanya semua anak-anak sangat familiar dengan yang namannya mainan. Baik, itu mainan yang berasal dari plastik, besi, kayu dan lain sebagainya. Namun, siapa sangka di balik kegemaran mereka akan mainan ada bahaya yang mengancam. Pasalnya, baru-baru ini banyak ditemukan mainan anak-anak yang bahan materialnya mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Nah, untuk mengantisipasi hal ini Yuli S membuat mainan edukatif yangberasal dari limbah kayu yang aman bagi kesehatan anak-anak.

"Saya merasa khawatir melihat anak-anak saya bermain dengan mainan terbuat dari bahan material mengandung zat beracun yang membahayakan keselamatan. Lalu saya mencari mainan yang baik dan memberikan nilai edukatif buat anak. Ternyata anak saya sangat senang dengan mainan tersebut, tetapi itu saya dapat dari bahan impor. Kemudian saya berfikir bagaimana kalo dibuat sendiri mainan anak-anak. Awalnya buat anak saya sendiri yanglebih terjamin kesehatannya dan bisa mendidik anak dari limbah kayu.", tutur Yuli Setiawaty pengusaha mainan "Melati Toys".

Untuk mewujudkan harapannya itu, Yuli Setiawaty istri dari Irfan Hasuki membuka usaha mainan kayu edukatif yang aman bagi anak-anak, dengan nama Melati Toys. Usahanya ini bertempat di wilayah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ia telah telah merintis usaha tersebut hampir tujuh tahun silam dan terus berkembang.

Pada pertengahan tahun 2005 Yuli Setiawaty mulaimembuka usaha home industry berupa mainan edukatif untuk anak-anak. Bahan material yang digunakan untuk pembuatan produk tersebut dari kayu. "Melihat kondisi pasar, harga kayu utuh itu cukup mahal. Sedang modal yang saya miliki sangat terbatas saat itu. Lalu terfikirlah dibenak saya bagaimana kalo memanfaatkan limbah kayu bekas, yang harganya jauh lebih murah dari harga kayu utuh," jelas Yuli.

Seperti kita ketahui, kayu itu dapat menjadi bahan untuk dibuatkan mainan. Nah, uniknya

Melati Toys menggunakan limbah kayu untuk produksinya. Untuk memenuhi pasokan bahan baku limbah kayu tersebut diambil dari pabrik kusen di bilangan Klender. Biasanya untuk satu bulannya Melati Toys membutuhkan satu kubik kayu untuk produksinya. "Namun hal itu tidak menjadi patokan mutlak, bisa saja bila ada pesanan yang cukup besar dan kami kekurangan bahan baku limbah kayu, maka kami terkadang membeli bahan baku limbah kayu tersebut sesuai ukuran yang kami butuhkan," jelas Yuli.

Modal awal yang Yuli keluarkan saat itu sekitar Rp.500 ribu. Untuk pembelian bahan baku limbah kayu dan alat perlengkapan yang dibutuhkan. Setelah produk berhasil mereka buat, lalu dipasarkan dengan menawarkan ke toko-toko mainan anak. Awalnya mainan belum banyak dikenal orang makanya pemilik melakukan strategi promosi melaluli internet, media massa, dan mengikuti pameran-pameran yang berkaitan dengan mainan anak untuk memperkenalkan dan menawarkan produk yang mereka buat dari Melati Toys.

Pangsa pasar yang dituju Melati Toys adalah menengah ke atas. Dan ternyata pangsa pasar yang dituju ini memberi respon yang cukup baik. Perlahan-lahan usaha pembuatan mainan edukatif ini mulai berjalan dan mendapat perhatian khusus, terutama bagi yang telah mengenal produk Melati Toys dengan baik, dimana akhirnya mereka menjadi pelanggan tetap. Kini tak hanya orang lokal yang membeli mainannya, karena para turis mancanegara mulai melirik produk Melati Toys, dan kebanyakan berasal dari Malaysia.

"Pemasaran produk kami sudah merambah keberbagai daerah seperti Sumatera, Kalimantan dan sebagainya. Pernah dari orang Korea yang memesan untuk dikirim ke negara mereka dengan standarisasi internasional. Beberapa contoh telah dibuat dengan sebaik mungkin, tetapi ternyata hasilnya produk kami masih kurang menurut standar mereka. Hal tersebut membuat kami terus meningkatkan kualitas produk yang saat ini telah banyak pelanggannya," jelas Yuli.

Harga mainan yang ditawarkan Melati Toys mulai dari Rp.20 ribu-Rp. 500 ribu sesuai dengan ukuran dan jenis produknya. Dengan demikian, secara rata-rata omset perbulannya sekitar Rp. 20 juta. (Shiddiq)


Sumber: Neraca


Entri Populer