" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Buka Wawasan dan Jangan Takut Kecebur

Buka Wawasan dan Jangan Takut Kecebur


>>>>>>Buka Wawasan dan Jangan Takut Kecebur
Saat ingin membangun usaha, singkirkan jauh-jauh perasaan takut. Pasalnya, rasa takut hanya akan merugikan diri sendiri, karena jadi tidak berani menerima tantangan. Dalam membangun usaha dibutuhkan keberanian melangkah dan membuka wawasan. Jangan takut tercebur dalam berbisnis.

PALING enak ketika badan letih dan pegal dipijat di seluruh badan. Badan yang semula lesu, setelah dipijat akan kembali segar dan penuh semangat. Tapi, pijat badan bukan hanya melulu menggunakan kekuatan dan kelenturan tangan dalam mcmijat badan. Akan tetapi, memijat juga bisa menggunakan alat.

Alat-alat mcmijat badan itu diproduksi oleh Eno Suparno. Ia melalui usaha Melati Health, yang memproduksi dan memasarkan aneka alat pijat badan dan refleksi tradisional di berbagai pameran. Kami orang pameran,* ujar Eno Suparno kepada Berita Kota, beberapa waktu lalu. Sekitar 80 persen produksinya itu dipasarkan melalui pameran. Ia juga bekerjasama sengan herbal pengobatan Alwahidah di seluruh Indonesia. Dia yang memasok kebutuhan alat-alat pijat kesehatannya.

Saat ditemui Berita Kota di rumahnya sekaligus workshop di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Eno sedang sibuk menyiapkan produk-produk yang akan dipamerkan di pameran bergengsi, Inacraft, di Jakarta Convention Centre, beberapa waktu lalu. Sebelumnya, ia juga baru mengikuti Jambi Expo, pada awal April lalu.

Pria kelahiran Ciamis 21 Mei 1955 itu, mengaku, banyak mengikuti pameran di berbagai daerah atas biaya sendiri. Ia pun menyebut dirinya sebagai UKM mandiri.

Pada tahun 2009/2010, ia pernah berkeliling mengikuti pameran di berbagai kota di Kalimantan Tengahdan Kalimantan Timur satu bulan lebih, persisnya dari 28 November hingga 5 Januari. Dia ikut pameran di kota-kota besar di Kalimantan, yakni Palangkaraya, Balikpapan, Tarakan, dan Bontang.

Eno mengatakan, semua perjalanan tersebut dibiayai sendiri. Berkat pengalaman, jaringan bisnis, dan kemampuan negosiasi yang baik, Eno hanya mengeluarkan biaya Rp 16 juta. Padahal, saat berkeliling pameran di Kalimantan itu, Eno pergi bersama istri dan seorang karyawannya. "Pulang saya masih bawa uang Rp 20 juta, ujar Eno sambil mengumbar senyum.

Menurut Eno, untuk bisa maju harus berani melangkah dan membuka wawasan. "Jangan takut kecebur. Ternyata setelah dijalani, ombak besar hanya di pinggir, tapi makin ke tengah air makin tenang," katanya.

Eno mengaku memiliki beberapa produk unggulan yang dibuatnya. Antara lain, alat yang berfungsi untuk mencegah dan mengobati nyeri dan salat pinggang. Sedangkan duri pada papan berfungsi sebagai terapi refleksi. "Produk tersebut sangat diminati pasar," kata suami Tati Rohayah ini.

Eno mengatakan, saat ini, dia memproduksi 3.OOO-4.OOO unit papan terapi tulang belakang per bulan. "Saat ini, saya memproduksi sekitar 20 jenisalat pijat kesehatan. Itu produk-produk yang paling laku di pasaran,* kata kakek tiga cucu ini

Manfaatkan Sisa Kayu

Eno mengatakan, usahanya memanfaatkan sisa-sisa kayu bekas mebel dan bekas pabrik untuk menjadi aneka abt pijat badan dan refleksi untuk kesehatan. Di sini. Eno menerapkan prinsip ekonomi, yakni mengeluarkan biaya sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Kayu-kayu bekas itu dia beli secara borongan dengan harga yang sangat murah. Lalu limbah itu dia olah dengan kreatif untuk menjadi produk bernilai tinggi. Skala keuntungan yang diperolehnya sangat menggiurkan. Katanya, jika modalnya satu, Eno bisa menghasilkan produkyang mendatangkan keuntungan 100, bahkan lebih. Alhamdulillah kami sudah 21 tahun menggeluti usaha ini. Kami pelopor di bidang usaha ini, ujar Eno.

Eno memulai usahanya tahun 1990. Pertama-tama, Eno bikin alat pijat bernama stik. Dia membuatnya dari kayu bekas kain pel. Saya iseng bikin pakai cutter. Saya jual Rp 3.000. Laku," ujarnya. Eno mengaku, sebelum menjadi perajin. Eno adalah karyawan di toko alat-alat olahraga dan kesehatan di kawasan Pancoran, Jakarta Barat. Idc usahanya muncul karena ada pelanggan menanyakan alat refleksi. Dari situlah saya inisiatif bikin alat refleksi, ujar Eno. Sejak tahun 1994, ia disuruh meneruskan pengelolaan toko tersebut hingga tahun 2008. "Saya berhenti dagang di situ karena pusat perbelanjaan Gloria terbakar," katanya.

Menurutnya, usaha yang dikembangkannya itu dibesarkan oleh PKK DKI Jakarta. Eno sering mengikuti pelatihan dan pameran mewakili kelurahan, kecamatan, wali kota Jakarta Timur hingga DKI Jakarta. Kami dua kali juara PKK tingkat DKI Jakarta karena dinilai berhasil memanfaatkan sisa kayu," ujar Eno yang memiliki tujuh orang tenaga kerja.

Lalu, karena permintaan pasar meningkat. Eno juga memperbaiki cara produksinya. Dari semula hanya menggunakan cutter, lalu dia mencoba membuat mesin bubut kayu yang digerakkan oleh dinamo dari bekas mesin jahit. Setelah berhasil dengan percobaan itu, Eno makin hobi mengutak-atik mesin. Kini, hampir semua mesin produksinya hasil modifikasinya. Selain mengembangkan alat pijat dari kayu, ia juga berinvestasi di bidang properti. Ia menyadari, hasil usahanya tidak boleh dimakan semuanya, tapi sebagian besar harus diinvestasikan lagi agar bisa menghasilkan pendapatan pasif.

Saat ini, ia telah memiliki aset-aset properti di berbagai daerah, seperti Jonggol, Ciamis, Bandung, dan Batam. Semua aset itu dalam bentuk rumah yang dibelinya dari hasil keringat dan usahnya. Rumahnya di Halim Perdanakusuma, selain sebagai tempat tinggal, juga sebagai ruang kerja, dan tempat tinggal karyawannya.

Pengalaman Eno Suparno itu sekali lagi membuktikan kreativitas dan kerja keras penting untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk, sekaligus sebagai kunci sukses, he


Sumber: Berita Kota


Entri Populer