Lupakan sejenak Starbucks. Mari kita pergi ke desa Bolorejo, Kalangbret, Tulungagung, Jawa Timur. Sepanjang waktu warga seakan memenuhi warung-warung kopi yang tersebar di desa yang berada dilereng gunung Wilis itu. Tak hanya ngopi atau minum kopi, mereka juga nyethe yaitu merokok yang diolesi depgan ampas kopi.
Menurut pemerhati kopi Toni Wahid, nyethe adalah ritual eksotis khas Tulungagung. "Warung kopi Waris mampu menjual sekitar 5000 cangkir sehari. Sebuah angka fantatis yang belum pernah saya jumpa di kafe manapun yang pernah saya kunjungi mampu mendekati angka penjualan itu," ujar Toni Wahid.
Nyethe sambil ngopi atau sebaliknya nyaris menjadi kebiasaan masyarakat setempat. Toni melihat tak hanya orang tua, anak-anak mudah juga banyak yang mendatangi warung-warung kopi di daerah tersebut sepanjang hari dari pagi sampai malam. Tentu, untuk menunjang sajian kopi selain bansta atau penyaji kopi juga didukung oleh produk kopi.
Ritual nyethe di Tulungagung hanyalah salah satu contoh bagaimana kopi telah merasuk dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Ditempat lain juga memiliki kebiasaan minum kopi yang juga telah mengakar. Baik di Aceh, Medan, Padang. Yogyakarta Makassar maupun daerah lain. Kopi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Warung Kopi (Warkop) barangkali menjadi salah satu bukti keterikatan masyarakat dengan kopi. Sebab meski juga menyediakan menu minuman lain semisal teh dan makanan, tidak memilih nama Warung Teh atau lainnya. Apalagi, jika mengingat hampir setiap rumah tangga menyuguhkan minuman kopi jika kedatangan tamu.
Bahwa seiring dengan perkembangan gaya hidupkini telah beroperasi gerai Starbucks di sejumlah kota, namun tampaknya belum sepenuhnya bisa menggeser kebiasaan masyarakat Indonesia menyeruput kopi tubruk yang disajikan dalam keadaan panas. Bahkan latte, espresso maupun cappucino masih menjadi simbol gaya hidup katimbang kebutuhan menikmati kopi.
Kopi memiliki sejarah panjang di Indonesia. Kopi pertama kali ditanam di Indonesia sejak 1696 dari jenis Arabika. Perkembangan tanaman kopi Arabika mulai surut dengan terserangnya penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) semenjak tahun 1876 yang bertahan hanya di daerah dataran tinggi (1000 m dpl) dimana serangan penyakit ini tidak begitu kuat.
Sebagai alternatif, didatangkan kopi jenis Robusta pada tahun 1875. Jenis kopi yang tahan penyakit karat daun dan bisa hidup diketinggian dibawah 1000 dpl menyebar cepat ke berbagai daerah. Semenjak Hindia Belanda hengkang dari Indonesia, perkebunan rakyat terus tumbuh dan berkembang melengkapi perkebunan swasta dan negara.
Hingga tahun 2007 luas perkebunan swasta dan perkebunan negara tidak menunjukkan perkembangan yang berarti yaitu hanya 52.482 hektar (4%), sedangkan perkebunan rakyat telah mencapai 1.243.429 hektar (96%). Produksi kopi Indonesia saat ini telah mencapai lebih kurang 650.000 ton per tahun, 96,2 % dihasilkan perkebunan rakyat, sisanya swasta dan PTPN.
Dari total produksi kopi Indonesia, 550.000 ton (81,2%) berupa kopi Robusta dan 125.000 ton (18,8%) berupa kopi Arabika. Lampung. Sumatera Selatan dan Bengkulu merupakan daerah utama penghasil kopi robusta Indonesia yang dalam pasar dunia lebih dikenal sebagai Kopi Robusta Sumatera. Kopi-kopi
Arabika Indonesia di pasar dunia dikenal sebagai kopi spesialti karena mempunyai citarasa yang spesifik. Kopi-kopi Arabika tersebut diantaranya adalah Gayo Coffee, Mandheling Coffee, Java Coffee dan Toraja Coffee.
Saat ini Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan hasil survei LPEM Ul tahun 1989 adalah sebesar 500 gram/kapita/ tahun.
Dewasa ini kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai 800 gram/kapita/tahun. Dengan demikian dalam kurun waktu 20 tahun peningkatan konsumsi kopi telah mencapai 300 gram/kapita/tahun. Ini memperlihatkan bahwa konsumsi kopi di Indonesia tergolong menarik bagi pebisnis.
Volume ekspor kopi Indonesia rata-rata berkisar 350 ribu ton per tahun meliputi kopi Robusta (85%) dan Arabika (15%). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan USA, Jepang, Jerman, Italia, dan Inggris menjadi tujuan utama. "Pertumbuhan permintaan kopi spesial mencapai 4-5 % per tahun, pertumbuhan produksi hanya 1% per tahun," ujar Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Pertanian.
Tak hanya pasar ekspor, pasar kopi di dalam negeri juga masih tumbuh cukup besar. Jika Waris di sebuah desa di Tulungagung memilik; omset sekitar Rp 5 juta sehari. Starbucks mengaku operasi gerainya di Indonesia tumbuh sekitar 20 persen setahun. Tak berlebihan jika Toni Wahid mengaku optimis bisnis kopi di Indonesia masih sangat menjanjikan.
INFO PASAR SENI LUKIS INDONESIA:http://artkreatif.net/