PAKAR ekonomi David McClelland menyatakan bahwa untuk kemajuan suatu bangsa, dibutuhkan wirausaha sebanyak dua persen dari jumlah penduduk. Analisis ini diresapi betul oleh Leh Yunifar, dosen pendidikan sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang mengetahui bahwa jumlah wirausaha di Indonesia baru berkisar 1,08%.
Angka tersebut pun didominasi oleh pengusaha dengan latar belakang pendidikan rendah, sehingga perluasan usaha tidak berlangsung pc sw.
Angka tersebut pun didominasi oleh pengusaha dengan latar belakang pendidikan rendah, sehingga perluasan usaha tidak berlangsung pc sw.
Berbekal semangat perubahan, Leli yang pengusaha pakaian muslimah itu "ujug-ujug" meminta presentasi di hadapan petinggi Lembaga Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat UPI, Februari lalu. Tidak disangka, presentasi yang intinya meminta kehadiran pusat inkubator bisnis di kampus para calon pendidik ini dikabulkan.
Tidak lama setelah itu, Leli diizinkan mendirikan Inkubator Bisnis LPPM UPI (IBUPI) dan menempati salah ruangan di gedung LPPM. Selama 5 bulan, sudah 25 kelompok mnh-jiswa yang "Jirawatnya" tanpa bantuan modal sama sekali. "Semuanya berbekal semangat dan niat baik," ujarnya, Selasa (6/7). Cara perekrutan kelompok usahamahasiswa binaan pun unik, yakni melalui metode "getok ular".
Hal ini untuk menghindari mahasiswa yang punya semangat sesaat saja. Karena, mcnurut dia, memulai wirausaha berani memulai komitmen. Leliyang dibantu Muhammad Ridwan, Koordinator Klinik Konsultasi Bisnis Dinas Koperasi UMKM Pemprov Jabar sebagai penasihat IBUPI, menginginkan kelompok yang dibim-bingnya mempunyai jiwa wirausaha yang komprehensif, termasuk etika bisnis. Leli gerah melihat banyaknya pe-ngusaha yang kini menjalankan usahanya tanpa etika, seperti menawarkan tubuh wanita-wanita seksi dalam menawarkan produknya. "Kampus sebagai pencetak tenaga terdidik formal berkompeten membentuk wirausaha beretika," katanya
Idealisme Leli ternyata berpadu dengan proses pembinaanberbentuk mentoring bisnis sepekan sekali. "Tanpa mentor, sia-sia. Karena mahasiswa yang turun bisnis itu bagai anak ayam mencari induk, mereka buruh bimbingan,dukungan, dan semangat,"kata Leli yang sudah dianggap ibu oleh mahasiswa-mahasiswa asuhannya. Idealisme sama terjadi di Kampus Unikom,saat lima doscnnya diundang salah satu pengusaha nasional mengikuti lokakarya wirausaha, akhir 2009 lalu.
Sepulangnya dari sana, lima dosen tersebut mendirikan Pusat Inkubator Bisnis Mahasiswa yang mendapat dukungan langsung dari Rektor Unikom, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto."Bahkan rektor sering memberi kuliah langsung wirausaha ramai-ramai di aula besar," kata Darmazakti At-najaya, dosen sekaligus Ketua PIB Mahasiswa Unikom.
Di divisi otonom ini, Darma saling bertukar pikiran dengan puluhan mahasiswa yang sudah mempunyai usaha, dari usaha helm modifikasi hingga boneka dan sandal Jepang. "Dosen-dosen yang membina sama semangatnya. Karena kita juga berwirausaha," kata Darma saat memamerkan produk mahasiswanya pada pameran industri kreatif di Sabuga Bandung, Sabtu (10/7).
Latar belakang wirausaha bagi dosen pembina mahasiswa wirausaha memang penting, setidaknya menurut Leli, pengalaman mereka akan membantu mahasiswa memecahkan masalah. "Minimal walaupun bukan pengusaha, mereka mempunyai perspektif pengusaha," kata Leli yang kini telah ditawari beberapa BUMN untuk membina UKM di Jawa Barat.
INFO PASAR SENI LUKIS INDONESIA:http://artkreatif.net/