Bukan hanya menciptakan lapangan kerja, bisnis ini juga mencetak pewirausaha. Mau ngapain setelah kuliah? Jawabannya tentu bekerja. Begitu pula dengan Djun In. Lepas sekolah, ia memilih bekerja kantoran. Sampai akhirnya tawaran bergabung dalam bisnis dengan sistem penjualan langsung datang.
Dia tertarik, kemudian terus menggeluti bisnis itu hingga kini. Sekarang setelah 13 tahan berlalu, di usia 35 tahun, kerja kerasnya membuahkan hasil. Saat ini wajah Djun terus berseri lantaran berhasil meraup pendapatan hingga puluhan juta rupiah per bulan berkat bisnis penjualan langsung dari produk perawatan Oriflame. Bahkan, Djun menduduki posisi kelima di bidang penjualan langsung Oriflame se-Indonesia.
Ketika angka pengangguran kian tinggi, bisnis penjualan langsung (MLM) tampaknya menjadi alternatif menarik untuk dilirik. Terlebih, ketika perbandingan antara lapangan kerja dan tenaga kerja yang tersedia tak berimbang.
Dari data yang dilansir Kementeri-an Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada 2011 dan 2012, jumlah angkatan kerja meningkat pada kisaran 2,2 juta. Kenaikan itu menghasilkan jumlah angkatan kerja 2011 menjadi 118,67 juta. Angkanya malah melonjak menjadi 120.86 juta pada 2012. Bayangkan, ada ratusan juta jiwa yang bersaing mencari pekerjaan di Tanah Air.
Nah, saat angka sudah bicara, tampaknya yang kemudian perlu dilakukan adalah mencari solusi. Untuk Djun. bisnis penjualan langsung agaknya dapat menjadi solusi pas. Apalagi, "Siapa saja bisa menjadi konsultan atau agen penjualan langsung," kata Djun.
Perempuan ini menambahkan, bisnis penjualan langsung bisa dikerjakan oleh siapa pun, sebab tidak ada ikatan jam kerja yang pasti. Siswi SMA. katanya, bisa mengerjakannya sepulang sekolah. Ketika ia sedang ujian, ia bisa meninggalkan jualannya tanpa beban. Pekerja kantoran pun bisa menjadikan bisnis penjualan langsungnya sebagai pendapatan tambahan.
Komisaris Oriflame Indonesia, A Fawzy Siddik, mengatakan, bisnis penjualan langsung bukan cuma menciptakan lapangan kerja. "Tapi mencetak pewirausaha," katanya.
Potensi Indonesia di sektor penjualan langsung juga dilihat sangat besar. Mereka yang berusia di bawah 40 tahun rata-rata sudah bisa menjadi penjual yang berprestasi. Alasannya, kata Fawzy, rata-rata mereka memulainya dari usia muda, yaitu dari kisaran usia 25 tahun. Bahkan, ada yang sedari bangku kuliah.
Bisnis MLM alias multilevel marketing berbeda dengan jenis bisnis lainnya. Ini lantaran produk-produk MLM tak akan ditemukan di toko,mal, atau pasar. Pembeli hanya bisa mendapatkannya lewat pribadi yang menjadi agen dari perusahaan.
Selain Oriflame, produk dengan merek Tupperware. CNI, hingga Amway adalah contoh produk yang bisa dibeli lewat sistem penjualan langsung. Sayang, ketika mendengar kata MLM, tak sedikit orang yang langsung alergi. "Katanya, Aduh, saya enggak bisa jualan. Atau, ini apa, MLM ya," ucap Djun menirukan komentar miring yang sempat didengarnya. Padahal, dalam bisnis penjualan langsung, orang-orang seperti Djun adalah ujung tombak perusahaan. Di tangan mereka, produk bisa sampai ke tangan konsumen.
Selain itu, menjadi seorang penjual langsung memiliki keuntungan yang tidak sama seperti bekerja di kantor. Semakin kuat usaha, semakin besar pula pendapatan yang bisa dibawa pulang.
Beda dengan pekerja kantoran yang tidak selalu bisa mendapatkan kenaikan pendapatan setiap saat meski bekerja lembur setiap hari. "Kerja kuat, gaji makin besar," kata dia.
Perluas jaringan
Seorang penjual langsung bisa memulai usahanya dari menawarkannya ke teman dan keluarga. Dari lingkup yang sudah dikenalnya, ia kemudian harus memperluas jaringannya ke lingkup orang-orang yang tidak dikenalnya. Biasanya, kegagalan seorang penjual langsung terletak pada ketidakmampuannya meyakinkan orang yang tidak dikenalnya.
Dalam bisnis ini, untuk berkembang diperlukan jaringan. "Dengan orang yang tidak dikenal tidak bisa langsung straight to the point," kata Djun. Harus ada pendekatan terlebih dahulu. Ibaratnya, ada jalinan hubungan yang dibina dulu. "Jangan menelepon dia terus-menerus untuk diajak bertemu," pesannya.
Dekati perlahan dan ajak. Misalnya, ke demo produk itu dulu. Setelah rasa tertarik muncul, baru ajak sang teman untuk mengenal bisnis ini lebih lanjut. Namun, tak berarti berbisnis MLM bebas kendala. Inggried DW, penjual langsung produk Tupperware, mengatakan, kendala terbesar untuk seorang pemula adalah menghadapi penjual langsung lain yang sudah memiliki jaringan lebih luas. Belum lagi banyak pribadi MLM yang berani memberikan diskon serta menjual barangnya bukan secara langsung, tapi lewat online.
"Diskonnya tidak tanggung-tanggung," kata Inggried. Setara dengan harga yang didapatnya dengan harga mengambil barang langsung di distributornya. "Temyata tidak semudah yang aku bayangkan," kata karyawan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta Selatan ini.
Namun, Inggried mengakui, usaha yang diniatkannya sebagai pendapatan tambahan itu kurang serius digarap karena ia masih fokus pada pekerjaan utamanya di kantor. Inggried memang baru tiga bulan berkutat dengan bisnis ini.
Upaya menawarkan produk dagangannya baru sebatas pada keluarga dan teman. "Agaknya, saya belum menemukan cara yang tepat untuk masuk ke bisnis ini dan menyiasatinya hingga berhasil," ujarnya. Ihggried pun menyadari, satu cara untuk sukses berbisnis MLM, seperti yang dikatakan Djun tadi, yakni kegigihan. ed endah hapsan
INFO PASAR SENI LUKIS INDONESIA:http://artkreatif.net/