peremikahan adalah momen istimewa dalam hidup seseorang. Oleh karena itu, upacara pernikahan patut diabadikan sebaik mungkin. Salah satunya dengan mempersiapkan suvenir sebagai kenang-kenangan untuk para tamu. Suvenir pernikahan yang unik dan menarik tentu memberi kepuasan tersendiri bagi pengantin.
Ketika berkunjung ke pusat pertokoan, dengan mudah ditemui para penjual suvenir pernikahan grosiran. Mereka menjual berbagai jenis suvenir, seperti magnet kulkas, sisir kecil, wadah perhiasan, cermin, dan sebagainya. Sebagain besar suvenir tersebut diimpor dari China.
Namun, Souvenia memilih untuk memproduksi sendiri suvenir pernikahan dari pada mengimpor dari China. Souvenia adalah produsen suvenir pernikahan yang mengkhususkan diri menggarap suvenir bertema etnik.Sugeng Riyadi, pemilik Souvenia mengatakan ketika pertama kali merintis usaha suvenir pernikahan pada 2006, dia dan istrinya, Nia membeli suvenir pernikahan impor melalui grosir. Mereka menggunakan nama Dream Souvenir saat itu. Mereka berperan sebagai reseller dan menawarkan suvenir pernikahan melalui Internet untuk segmen menengah ke bawah.
"Prospek bisnis suvenir pernikahan ini sangat cemerlang. Soalnya, pernikahan itu pasti terjadi setiap saat, pasarnya juga luas dan menjangkau seluruh kalangan," tutur Sugeng.Modal awal untuk membeli suvenir impor sebesar Rp250.000. Sistem penjualan melalui online shop dan yang berminat bisa mendatangi rumah Sugeng dan Nia. Dream Souvenir hanya bertahan 2 tahun karena mereka berdua memu.-tuskan untuk mengembangkan usaha suvenir pernikahan dengan memperluas segmentasi pasar, yakni kalangan menengah ke atas.
"Souvenia mempunyai ciri khas, yaitu etnik. Karni menggunakan unsur kayu, batik, anyaman, batok kelapa, dan kulit agar ciri etniknya terasa. Selain itu, setiap suvenir yang kami ciptakan mempunyai unsur fungsional. Miniatur mobil-mobilan kayu ini tidak hanya sebagai pajangan tetapi juga berfungsi untuk menaruh pulpen," jelas Sugeng.Inspirasi desain suvenir didapatkan Sugeng dan Nia melalui browsing di Internet. Dengan prinsip ATM, yakni amati, tiru, dan modifikasi, suvenir pernikahan produksi Souvenia tampil berbeda daripada suvenir di pasaran.
Sugeng masih mengandalkan Internet seba-gai media promosi. Lulusan STT Telkom ini sengaja membeli domain untuk website Souvenia. Upaya ini mampu menekan biaya promosi karena pengeluaran untuk promosi kurang dari Rpl juta setiap bulannya. Souvenia cepat berkembang karena dikenal dari mulut ke mulut. Tidak lupa juga di setiap suvenir pernikahan yang dipesan tercantum alamat Souvenia.
"Pencantuman identitas itu penting pada suvenir. Sering kali konsumen datang karena mengetahui Souvenia dari suvenir pernikahan yang mereka terima," kata Sugeng. Setiap bulannya, Souvenia bisa memeroleh pendapatan berkisar Rpl30 juta - Rpl50 juta. Pemesanan suvenir minimal berjumlah 200 buah. Setiap jenis suvenir memiliki harga jual yang berbeda-beda.
Souvenia berdiri pada 2008 dengan modal sekitar Rp50 juta. Modal awal ini meliputi pembelian tuh.in baku dan alat untuk produksi di Kudus, penyewaan tempat di Tanjung Barat, Jakarta Selatan, perabotan, dan gaji pegawai. Sugeng menyatakan usahanya ini sudah balik modal dalam waktu setahun. Dengan omzet mencapai Rpl30 juta - Rpl50 juta setiap bulan, laba bersih yang diperoleh Sugeng sebesar 25% -30%.
Souvenia juga menerima reseller dan business opportunity yang merupakan upaya Souvenia memperluas wilayah distribusi. Konsepnya seperti franchise di mana rekan business opportunity memesan produk ke Souvenia dan menjual kembali di daerahnya dengan harga yang telah disepakati. Saat ini rekan business opportunity Souvenia berada di Palembang dan akan menyusul di Lampung dan Ambon.
Keterampilan merangkai Sementara itu, berbekal kegemarannya merangkai bunga, Nana Ariana pemilik Toko Sovenirku yang ada di kawasan Bendungan -Hilir Jakarta Pusat, kini mampu meraup omzet RplO juta. Ariana begitu dia disapanya, mampu membuat 600 replika cake atau towel cake sesuai pesanan pelanggannya, mulai dari bentuk cake hingga lolypop.
Keuntungan memulai bisnis ini menurutnya modal awal bisa ditekan. Buktinya saja dfa hanya mengeluarkan RpSOO.OOO untuk modal awal usaha handuk lipatnya. Hal tersebutkarena produksi awal hanya untuk contoh yang diberikan atau ditunjukkan kepada calon klien, selanjutnya produksi dilakukan hanya jika ada pesanan.
Pemasarannya pun tergolong mudah, handuk cake atau yang biasa disebut towel cake ini bisa dilakukan dengan strategi marketing dari mulut-ke-mulut. "Awalnya saya menawarkan dari mulut ke mulut, kemudian saya pasang di iklan online yang murah hal ini dapat menekan biaya marketing kan, lagi pula towel cake sudah booming jadi pasti banyak yang mengincarnya untuk dijadikan suvenir" tuturnya.
Ariana yang telah menggeluti bisnisnya di pertengahan Juni 2009 ini nyatanya telah memiliki banyak pelanggan. Dia mengaku pernah mendapat pesanan dari pelanggannya yang berasal dari Balikpapan, Banjarmasin, bahkan Australia.emasuki November-Desember, dia mengaku selalu kebanjiran order pesanan. Karena pada bulan-bulan tersebut masyarakat banyak yang mengadakan acara, baik pernikahan, merayakan hari raya dan tahun baru. Pada saat itu, Ariana mampu meraup omset bersih sampai RplO juta. "Bulan itu, berkah bagi saya, saya sampai kewalahan menerima pesanan dari berbagai pelanggan," ujarnya.
Hal serupa juga di lakukan oleh Calang pemilik toko yang berada di lantai 2 ITC Mangga Dua yang melirik adanya potensi bisnis suvenir. Calang adalah salah satu distributor suvenir dari Geneko Souvenir yang berpusat di Solo. Menurut ibu Eka Dewi yang merupakan pemilik Geneko Souvenir bisnisnya dimulai pada 2007 ini sudah memiliki 11 cabang yang tersebar di Indonesia. Produk yang diunggulkan salah satunya adalah turtle candle yang dibanderol dengan harga mulai dari Rp8.500 hingga Rpl2.000.
info pasar lukisan dan industri kreatif.http://artkreatif.net/