Halaman

Harus punya platform bisnis

Perjalanan bisnis seorang pengusaha tidak selalu mulus. Tahir yang kini* dikenal sebagai pemilik dari kelompok usaha Mayapada, adalah contoh pengusaha yang pernah terperosok dalam membangun bisnisnya. Rada 1986, pria ramah yang kini memiliki segudang kesibukan itu, pada awal mula usahanya dia menggeluti bisnis sebagai agen Suzuki. "Itu adalah nightmare dalam hidup ini," ucap dia.

Tahir bercerita waktu itu perusahaannya adalah diler utama Suzuki di Jakarta. Mendadak ada satu diler bangkrut, yang merugikan Indomobil. Nah... Indomobil takut, dan mereka menilai Tahir sebagai pemain tunggal agen Suzuki juga bisa mengalami hal serupa. Oleh karena itu, hak agen itu dipecah.Padahal, dirinya telah menanam modal yang besar seperti untuk servis, bengkel, dan lain sebagainya. Akibatnya perusahaan milik Tahir tidak mampu bersaing dengan pengusaha lain yang hanya bermodalkan satu toko kecil, tetapi memiliki hak yang sama sebagai diler Suzuki. "Sehingga saya memutuskan untuk setop. Dengan demikian, orang yang kredit mobil ke saya tidak bayar. Tetapi saya ke bank harus bayar."

Selama setengah tahun Tahir merenung, menutup diri, dan memikirkan semuanya. Namun, Tuhan memberkatinya. Lalu dirinya aktif di bisnis tekstil dan garmen, tetapi juga tidak memberikan hasil yang memuaskan. Namun kini, kerajaan bisnis milik keluarga Tahir telah merambah ke banyak sektor usaha dan dikenal melalui Bank Mayapada yang didirikannya pada 1990.

Kelompok usaha yang didirikan oleh Ketua Perhimpunan Masyarakatdan Pengusaha Indonesia-Tionghoa (Permit) ini, memiliki empat pilar utama yaitu bidang keuangan, ritel, kesehatan, dan properti. Di sektor keuangan, Tahir memiliki motor penggerak utama yaitu PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Lembaga keuangan yang go public pada 1997 ini, mayoritas sahamnya dikuasai oleh keluarga Tahir dengan menggandeng beberapa mitra bisnis dari mancanegara seperti Dubai Investmen Group, Avenue Capital dari AS, Harmony Capital mitra dari Singapura.

Bank Mayapada memiliki segmen pasar di sektor usaha kecil dan menengah, aktif menggerakkan pengusaha di daerah melalui gerai Mayapada Mitra Usaha. Karena keseriusannya dalam pengembangan usaha kecil, Tahir dianugrahi gelar goktor kehormatan oleh Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, pada 2008.

Untuk bisnis pembiayaan, Tahir memiliki PT Topas Multifinance, sedangkan di asuransi jiwa dia menggandeng Zurich Financial Services mengembangkan PT Mayapada Life. Aktivitas Tahir di dunia pendidikan, dituangkan dalam bentuk perannya sebagai Wakil Ketua Wali Amanat Universitas Pancasila, Jakarta. Bahkan dia pun tercatat sebagai orang Asia pertama sebagai anggota wali amanat UC Berkeley, AS.

Pilar bisnis utama Pilar kedua kelompok usaha keluarga Tahir adalah sektor ritel yang dijalankan oleh toko bebas bea berlokasi di Cengkareng, Jakarta, dan Bali Caleria di Denpasar. Toko bebas bea ini merupakan hasil kerja sama PT Sona Topas Tourism Industry Tbk dengan duty free shoppers milik Louis Vuitton (LVMH). Tahir menuturkan dari kedua pilar bisnis utama tersebut [keuangan dan ritel), kelompok usahanya terusberkembang. Mayapada Group mengembangkan pilar bisnis lainnya [ketiga] yaitu properti dengan membangun hotel mewah, Regent Hotel, di Sanur, Bali. Melalui kerja sama dengan kelompok Carlson, pendirian hotel tersebut untuk menyasar pasar wisatawan asing kelas menengah ke atas yang notabene adalah pelanggan dari toko bebas bea.

Selain itu, ayah dari tiga orang putri dan satu orang putra ini juga menggarap sektor properti dengan membeli gedung-gedung perkantoran untuk dikelola dan disewakan seperti Mayapada Tower, Sona Topas Tower, Menara Topas, yang berlokasi di kawasan bisnis Sudirman-Thamrin, Jakarta. Sektor properti lainnya yang dirambah keluarga Tahir adalah Kelapa Gading Trade Centre (Mal KTC) yang digarap melalui PT Persada Gading Elok.

Melalui PT Duta Regency Karunia, menantu pertama pendiri kelompok usaha Lippo Mochtar Riady ini mengoperasikan apartemen The Am-bassade Residences di kawasan Kuningan, Jakarta. Apartemen ini menyasar kalangan pebisnis dan keluarga muda yang ingin bertempat tinggal di pusat kota.

Pilar bisnis keempat yang dikembangkan Tahir adalah menggarap bisnis kesehatan. Rumah Sakit Honoris di Modern Land, Tangerang, Banten, diakuisisi dan dikembangkan dengan diganti nama menjadi Mayapada Hospital. Selain itu, Tahir juga membangun Mayapada Hospital berkelas bintang 5 di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Dalam mengelola bisnis kesehatan, Mayapada Group menggandeng National Healthcare Group (NHG), Singapura, untuk menjalankan manajemen RS Mayapada. National Healthcare Group Singapore memiliki rumah sakit seperti John Hopkins, Singapore International, Medical Center, National Universty Hospital.

Menurut Tahir, kerja sama ini didasari kenyataan banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke Singapura. Rumah sakit ini juga akan merawat pasien, tidak mampu dan miskin.

Selain empat pilar tersebut, Tahir juga membangun pilar bisnis kelima yaitu di bidang energi, seperti menggarap bisnis-batu bara di Kalimantan Timur, bisnis pertambangan yang berlokasi di Papua dan Sulawesi, serta membangun pembangkit listrik di Pekanbaru.

Setiap pengusaha rasanya kurang afdol bila tidak menggarap bisnis media. Oleh sebab itu staf khusus Menko Kesra bidang pe- vnanggulangan bencana alam yang juga aktif di organisasi olahraga tenis meja ini, juga memiliki koran berbahasa mandarin, koran National News, serta belakangan menggarap majalah gaya hidup Forbes Indonesia yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini.

Platform bisnis

Tahir berbagi bahwa sebagai pengusaha seseorang harus memiliki platform bisnis yang jelas, dan janganhanya mencari untung dengan hit and run. Platform itu tidak hanya berguna untuk kita, tapi berguna untuk negeri. Banyak aspek sosial di dalamnya seperti bisa membuka lapangan kerja bagi banyak orang, bisa membayar pajak untuk negara. Itu platform.

"Kita tidak hanya kejar materi, tapi manfaatkan materi untuk satu yang lain, sehingga kita bisa diterima. Kita bisa lihat dari dulu banyak pengusaha yang tidak simpatik se-hingga banyak orang yang begitu antipengusaha. Kalau pengusaha bisa mengubah perilakunya, saya kira orang bisa terima." Perputaran uang di dunia, jelas dia, ada di tiga sektor bisnis utama yaitu keuangan, kesehatan, dan telekomunikasi. "Mayapada ada di dua sektor yaitu bank dan rumah sakit." Selain berhasil dalam berbisnis, Tahir pun memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Setidaknya hal itu dapat terlihat dari banyaknya kalangan yang bersedia menyempatkan dalam berbagai acara yang dilakukannya. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila Tahir juga memperoleh gelar Dato Sri dari Kesultanan Pahang, Malaysia.

"Saya berhubungan baik dengan semua orang. Bukan sekadar bisnis-man, tapi punya pandangan bagi Indonesia dan masa depan, ujarnya.Oleh sebab itu, tidaklah menge-herankan apabila perkembangan bisnis Mayapada Group banyak didukung oleh mitra bisnis yang berasal dari berbagai kalangan dan berbagai bangsa.

GALERY LUKISAN,PATUNG,FOSIL KAYU,UKIR-UKIRAN JAKARTA http://artkreatif.net/