Halaman

Omzet nyaring berkat kue kering

na Wiyandini, kiprahnya berinvestasi di bidang usaha kue kering merupakan pilihan yang tepat. Perempuan kelahiran Jakarta, 24 Juli 1963 ini, memang sejak remaja suka membuat kue. Akhirnya hingga sekarang dia berjaya dengan label usaha Ina Coockies.

Ina memulai usaha ini sejak 1992, bermula dari membuat kue kering untuk Lebaran yang dijual kepada teman dan tetangga. Investasi awalnya bisa dihitung sekitar puluhan ribu rupiah saja waktu itu. Namun karena keuletan dengan usahanya, lama-kelamaan banyak order yang datang. Ina pun kewalahan membuatnya sendiri. Akhirnya bersama suaminya Rahmat, Ina pun serius melakoni bisnis kue kering ini. Dia pun mencari modal untuk investasi membeli mesin dan cetakan kue. Dia pun menata rumah tinggalnya di daerah Cikutra Bandung untuk bisa juga menjadi pabrik kue.

Kerja keras Ina bersama keluarganya membuahkan hasil. Rumah yang semula menjadi tempat tinggal dan seklaigus tempat buat kue dan juga tempat jualan kuenya, kini menjadi sebuah show room kue. Bisa dikatakan jadi objek wisatakuliner bagi yang ingin belajar bikin kue. Rumah tinggalnya sendiri akhirnya dia pindahkan ke kompleks perumahan yang tak jauh dari sana. Ina juga membeli sebidang tanah di depan show room-nya, dan menjadikan semacam kafe kue berlabel lnara Pastry and Bak-ery, dengan jenis kue yang berbeda denganproduk Ina Cookies.

Setelah 18 tahun malang melintang di bisnis kue, kini Ina meraup hasil yang cukup lumayan. Produksi kuenya terus meningkat dari tahun ke tahun, begitu juga gerai tempat memajang kue poduksinya, bertebaran di seluruh Indonesia, dan sudah masuk ke mal-mal terkemuka di Ibu Kota. Produksi Ina Cookies yang berkantor pusat di Bandung, terutama selama Ramadan dan Lebaran melonjak tinggi. Untuk menyambut Lebaran 1431 II lalu, Ina menyiapkan sebanyak 20.000 lusin toples, atau naik sekitar 20% dibandingkan dengan musim Lebaran tahun lalu.

Permintaan ekspor Ina menuturkan pihaknya sengaja memproduksi lebih banyak dari tahun lalu, karena sekarang ada permintaan pasar dari luar negeri. "Dari 20.000 lusin stoples yang kami produksi itu, sebanyak 70% untuk pasar di DKI Jakarta, 20% untuk daerah, dan 10% untuk pasar luar negeri," ujarnya.

Dia menuturkan Ina Cookies hingga kini pasarnya tetap stabil. Setiap tahun dia memproduksi kue berkisar 15.000-16.000 lusin stoples. "Biasanya selalu habis terjual. Sebab, kami membuat kue sesuai dengan pesanan. Kalau pada bulan-bulan biasa, kami memproduksi beberapa ribu lusin stoples, untuk sejumlah outlet yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia," ungkapnya. Keuletan dengan usahanya, lamakelamaan banyak order yangdatang. Ina pun kewalahanakhirnya membuat kue sendiri.

Ina menjelaskan kue kering buatannya kini sudah memiliki puluhan varian rasa. Mulai dari kue yang sudah dikenal untuk Lebaran seperti karstengels, putri salju, sagu keju, dan kue nas-i.n, dia juga membuat varian rasa lainnya seperti kue rasa green tea, kue cokelat keju, dan sebagainya. Bahkan ada juga tuhan bakunya dari tahu, tempe, dan jamur.

Berhasil dengan bisnis kue keningnya, Ina pun melakukan pengembangan usaha dengan memproduksi kue basah dan cake berlabel lnara Pastry and Bakery. Isinya a.I. kue untuk ulang tahun, wedding cake, cake kacang hijau, dan lainnya. Selain memproduksi kue. Ina juga menyiapkan wadah kuenya. Ada yang berbentuk masjid, kotak berbentuk piano, lemari, bentuk rumah, atau wadah bulat, dan kotak persegi panjang, . serta bentuk beduk. Rata-rata satu wadan tersebut bisa mengisi 2-18 stoples kue.

info pasar lukisan dan industri kreatif.http://artkreatif.net/