Tidak mudah jatuh cinta dengan makanan. Apalagi, kalau harus berhadapan dengan tantangan ukuran tubuh. Belum lagi, bumbu dengan embel-embel penyakit yang mengancam jika terlalu mencintai makanan.
Tapi, Adhi Siswaja Lukman sudah telanjur mencintai makanan. Dia bahkan menggeluti kecintaannya dengan memilih menjadi pengusaha makanan. Wisata kuliner pun menjadi agenda tetap wajib berkunjung ke suatu tempat. Kecintaannya tersebut menempatkan Adhi sebagai ketua umum Asosiasi Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi). Sebagai ketua umum Gapmmi dan aktif menjadi ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri bidang Pengembangan Industri Primer Pertanian membawanya sibuk berkelana menjelajah Nusantara dan negara lain. Tentu saja, sekaligus menyalurkan hobi, traveling, atau menjelajah.
Bagi Adhi, hobi trave/ing-nya tidak lengkaptanpa mencicipi aneka makanan di setiap daerah yang disinggahinya. Karena cintanya, dia tidak mengotakkan mana makanan favoritnya. Bagi Adhi, Indonesia dengan semua keunikan identitasnya, menyimpan sejuta cita rasa yang tak kunjung habis digali.
"Saya sangat suka traveling, termasuk menjelajahi kota-kota asal pejuang. Di setiap daerah yang saya kunjungi, saya pasti menikmati cita rasa makanan lokal. Wisata kuliner lah. Saya suka mencicipi makanan yang unik-unik," kata pria kelahiran 2 Juli 1961 itu. Dia bertutur, karena cita rasa makanan Indonesia yang unik dan beraneka ragam, tidak mudah menemukan makanan Indonesia yang mendunia. Padahal, kata dia orang-orang mengenal makanan Jepang, Italia, atau Taiwan.
"Demikian beraneka ragamnya, dunia mengenal makanan Sunda atau makanan Padang, bukan makanan Indonesia. Sama seperti Amerika Serikat yang juga mempunyai beraneka ragam jenis makanan. Itu yang membuat saya jatuh cinta dan menekuni bidang makanan. Belum lagi, kekayaan alam seperti pertanian dan peternakan Indonesia yang menyimpan banyak potensi yang harus digali untuk mengembangkan industri makanan nasional," papar ayah dua anak itu.
Menekuni dan mencintai makanan, menghasilkan pemaknaan tersendiri bagi Adhi. Menurutnya, makanan tidak hanya sebagai pemuas kebutuhan atau sekadar mengenyangkan perut Dia memaknai, makanan sebagai kebutuhan paling dasar, menunjukkan budaya penikmatnya.
"Makanan tidak hanya mengenyangkan, tapi menunjukkan budaya seseorang. Tabiat makan juga merupakan identitas sosial seseorang," kata dia. Bagi sebagian orang, lanjut dia, lokasi menikmati makanan menjadi persoalan penting. "Bahkan, ada orang yang tidak lagi berpikir mau makan apa, kapan makan, bagaimana biar bisa makan, mau makan di mana? Tapi, ada yang sudah pada tahap, mau makan siapa," katanya sembari bercanda.
Berpikir Positif
Ternyata, pria penggemar acara Opera Van Java di Trans7 ini tak mengizinkan rasa takut mengganggunya. Dia selalu menekan rasa takut yang siap menghampirinya. Bagi dia, rasa takut harus dikesampingkan dan diatasi dengan berpikir positif.
"Berusaha maksimal demi menghasilkan kebaikan, itu jadi panduan hidup saya. Berdoa sambil bekerja, Ora Et Labora. Itu moto saya. Sebab, saya bisa saja bekerja keras berusaha, tapi tetap membutuhkan dan harus berdoa," kata Adhi.
Bagi Adhi, hidupnya selalu menyenangkan. Bahkan, dia seolah tak bisa mengurai masa-masa menakutkan atau tidak mengenakkan dalam hidupnya. Dia hanya bisa bercerita tentang kebahagiaan. Dia mengaku berbahagia ketika kerja kerasnya berbuah hasil dan dihargai.
Adhi mengaku masih menyimpan sejumlah impian untuk mengembangkan potensi keanekaragaman makanan di Indonesia. "Saya berharap, iklim berusaha di Indonesia selalu stabil. Jangan lagi ada perubahan-perubahan kebijakan yang tidak pasti hanya karena pemerintahnya berganti. Saya berharap, semakin banyak orang yang terjun ke sektor makanan di Indonesia dan mengembangkannya sebagai industri yang besar. Sebab, manusia tidak bisa tanpa makanan,"