" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bisnis Miracle Anne Avantie, Perancang Busana

Bisnis Miracle Anne Avantie, Perancang Busana

Perancang busana kebaya Anne Avantie pekan lalu memperingati 20 tahun berkarya dan kiprahnya mempengaruhi industri fashion di Indonesia. Perayaan itu dilakukan dengan meluncurkan label barunya, Batiken Lawasan. Istilah itu ia perkenalkan untuk menghargai batik lama yang ditemukannya terbuang di daerah Kauman saat berkunjung ke Solo, Jawa Ifengah. "Itu kan warisan leluhur, kok enggak diperlakukan seperti batik-batik lain," kata Anne.

Selama ini Anne dikenal dengan rancangan baju berbasis kebaya-sebuah ceruk yang tak banyak digeluti desainer lain. Rancangannya menjadi salah satu barometer perkembangan kebaya, bukan hanya di level nasional, tapi juga internasional.

Anne sempat mengungkapkan kekesalannya ketika sebuah media nasional, 11 tahun yang lalu, mengatakan ia telah melanggar pakem membuat kebaya. Media itu, menyebutnya telah membuat Kartini menangis. "Kalau melihat rancangan kebaya sudah begitu maju, dan banyak orang mengolah kebaya, saya yakin Ibu Kartini tersenyum," ujarnya.

Kini, menandai dua dasawarsa berkarya, ibu tiga anak ini merancang baju-baju siap pakai dari perca kain batik "sampah" itu. "Itu impian saya dan tiga tahun yang lalu," ujarnya ketika menerima Istiqomatui Hayati dan fotografer Arif Fadi-lah dari Tempo, Senin lalu, di butik-nya di Mal Kelapa Gading. Menurut dia, selama ini banyak orang mendambakan baju berlabel namanya, tapi tak mampu membeli lantaran amat mahal. Bagaimana Anda memaknai 20 i .ilmu berkarya di bidang ini?

Kalau dihitung, sebenarnya 21 tahun. Yang saya maknai sebenarnya bukan pencapaiannya sekarang, tapi perjalanannya dari nothing menjadi something. Itulah sebenarnya. Orang daerah punya hak untuk maju asalkan ada kesempatan. Tetapi kesempatan itu harus dicari. Saya tidak pernah mengatakan kesempatan emas, perak, atau perunggu. Bagi saya, semua kesempatan itu emas. Mungkin di situ, 20 tahun perjalanan itu tidak panjang buat seseorang yang berkiprah di bidang fashion.

Maksud Anda?

Saya lihat dalam 20 tahun itu saya belum banyak memberikan kontribusi bagi industri fashion di Indonesia. Bukan secara bisnisnya, tapi bagaimana keberadaan Anne Avantie itu bisa memberikan subsidi silang. Orang sekarang membuat kebaya "Anne Avantie-wannabe". Karya saya dikloning dari Sabang sampai Merauke dari kelas penjahit sampai kelas desainer. Amarah saya itu bukan lagi amarah yang mematahkan semua orang, tapi saya bersyukur dikasih Tuhan menjadi saluran berkat bagi semua orang.

Dalam ivebsite Anda justru menyatakan kemarahan terhadap penjiplakan itu....

Mungkin bukan kemarahan. Saya menyatakan bahwa saya bersyukur dipilih luhan menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Awalnya, siapa pun orangnya akan marah. Tapi, dengan berjalannya waktu setelah melihat orang membuat kebaya model Anna Avantie dan kemudian sumber daya manusia juga meningkat karena kondisi industri membaik, saya bersyukur. Saya ingin memberikan contoh kepada yang lain bahwa, kalau kamu diplagiat, jangan takut. Karena, ekor itu tidak pernah ada di depan, ekor selalu ada di belakang. Bersahabatlah dengan plagiator. Karena, untuk menyelesaikan masalah dengan plagiator, tidak akan pernah bisa. Menghabiskan waktu saja.

Apa yang Anda lakukan untuk memperingati 20 tahun berkarya?

Saya akan meluncurkan buku yang kedua. Buku pertama, Aku, Anugerah, dan Kebaya, sekarang sudah cetakan ketiga, yang katanya menjadi buku wajib para penjahit. Jadi, saya membuat buku Bedah Kreativitas. Buku itu Albertine Endah yang menulisnya, tapi di dalamnya ada wirausaha, ada (uraian) bagaimana menjadi pribadi tangkas untuk menyelesaikan segala perkara di industri fashion. Juga bercerita tentang teknik-teknik saya. Bagaimana saya sebagai perempuan biasa yang tak pernah sekolah fashion, enggak bisa menjahit, tak bisa membuat pola, enggak bisa cutting, kok bisa punya peran dalam industri fashion saat ini.

Kapan Anda menyadari karya-karya Anda banyak dijiplak?
Langsung. 1996 muncul, 1997 jadi booming sampai sekarang. Dan itu bukan rahasia umum. Oleh teman sendiri pun dijiplak, tapi saya masih bergandengan tangan. Mengapa tidak dipatenkan saja?

Tidak. Mematenkan hanya membuat jurang pemisah. Membuat makin jauh saja sama mereka. Justru saya ingin semakin dikloning, agar semakin jelas perbedaannya.

Bagaimana cara Anda menjaga produk agar tetap diminati meskipun banyak yang mengkloningnya?

Ya, puji syukur pelanggan selalu antre. Tentunya ini karena kualitas terjaga dengan baik. Bikin sendiri, gambar sendiri, berdiskusi sendiri, datang sendiri. Bisnis saya itu bisnis miracle. Tuhan punya tujuan tertentu untuk saya. Ada strategi alam yang harus saya pelihara, ada imajinasi, ada cara, cara Jo-wo, cara unggah-ungguh seorang ibu.

Yang paling menonjol dari rancangan Anda?

Kebaya kan mono-colour. Kebaya itu dibiarkan begitu berkarisma dan tidak tersentuh pembaruan. Saya pernah dikecam merusak pakem karena membuat karisma kebaya berubah. Ketika saya memberikan perubahan besar terhadap kebaya Indonesia dan saya dianggap irferusak pakem, kaget sekali saya. Sebuah media nasional pada 1999 menulis "Ibu Kartini Menangis Melihat Anne

Avantie". Tapi, kalau melihat rancangan kebaya sudah begitu maju, dan banyak orang mengolah kebaya, saya yakin Ibu Kartini tersenyum.

Mcnurut Anda, perubahan itu tidak merusak pakem?

Saya* tidak merusak pakem. Tapi saya memberikan warna baru bagi kebaya In-donesia.Yang dimaksud kebaya itu, (dulu) identik dengan kebaya yang dipakai Kartini. Kebaya Kartini itu menggunakan kerah kiri-kanan. Pakem kebaya itu dulu enggak ada yang ngutak-ngutik. Setelah saya muncul di industri fashion, pakem itu jadi berubah.

Model yang bagaimana sehingga Anda dibilang melanggar pakem?

Asimetris. Bagian yang kiri dan kanan beda. Lengannya ada yang saya bikin menjuntai. Kan ada pakem-pakemnya (membuat kebaya). Tapi sekarang ada sentuhan Eropa. Sampai sekarang saya masih dibilang seperti itu.

Ada aturan sakral membuat kebaya?

Ada aturan sakralnya. Saya pernah bilang, marilah kita bersama-sama. Yang klasik yuk kita lestarikan, yang tradisional yuk kita memberi kontribusi, yang kontemporer seperti saya bisa bersama-sama menjaga. Jadi, tidak ada yang dibunuh satu pun.

Masih suka membuat kebaya klasik?

Iya. Seperti ketika anaknya Mangkune-gara DC, Memir, menikah, saya juga bikin kebaya. Anaknya Hangabehi (Sunan Pakubuwono XIII), raja Solo, saya juga yang B bikin. Mereka pun percaya pada saya. Cucunya Pak Harto (Keluarga Cendana) pun , saya yang mendesain. Berarti kan, kalausaya sudah lari dari pakem itu, mereka tidak akan pernah percaya saya, dong. Saya masih melakukan penghormatan terhadap budaya. Menghormati ini sama saja memberikan fokus pada perkembangannya. Misalnya kain-kain, kita harus melihat seberapa besar kain-kain itu punya pengaruh untuk kebaya kita.

Artinya, bagi Anda, penghormatan itu bersifat dinamis?

Penghormatan buat saya adalah bagaimana meletakkan hingsi-fungsinya pada satu posisi seorang Anne Avantie dalam mendesain kebaN-a itu pada 2000 sampai 2010. Itu sepuluh tahun. Kalau orang-orang fashion mengatakan, itu sebuah pengaruh yang panjang. Memang di fashion harus dibaca bagaimana pengaruhnya.

Bagaimana sih jatuh-bangun Anda memulai mendesain kehaya?

Ini perjalanan yang diawali pertama kalinya saya membuat kostum panggung. Kemudian saya membuat gaun malam, lalu saya membuat baju pengantin Barat. Pada 1996-1997, saya berpikir apa sih yang ava cari. Saya ingin memaksimalkan satu kesempatan ketika itu ada dan memberikan kontribusi seberapa jauh pengaruh saya. Ketika ingin memberikan kontribusi, itu pasti memikirkan sumber daya manusia. Makanya, di workshop saya di Semarang, banyak pelajar melakukan magang di tempat saya. Saya melakukan hal-hal kecil dengan ketulusan besar, itu lebih baik daripada saya melakukan hal besar tapi tidak tulus.

Kenapa Anda terpikir untuk berfokus di kebaya saja?

Saya orang yang terfokus pada pilihan. Saya berpikir manusia tak pernah puas pada satu saja, kepingannya banyak. Tapi kalau satu kue digigit berlima, itu kan tidak kenyang. Saya berpikir kenapa tidak mengkristalkan dan tidak melakukan hal lain. Termasuk impian saya untuk membuat orang-orang keturunan Cina atau di luar orang Jawa membuat kebaya. Dan itu baru berhasil kira-kira dua tahun yang lalu. Yang saya pikirkan, sekali lagi, adalah

"apa yang bisa saya kontribusikan?".

Pekan lalu, dalam memperingati 20 tahun berkarya, Anda meluncurkan Batik-en Lawasan, yang harganya terjangkiti!. Padahal Anda dikenal perancang kcbayn mahal....

(Membuat batik lawasan) itu impian saya sejak tiga tahun yang lalu. Banyak orang rindu mengenakan produk dengan label Anna Avantie. Maka, cita-citaku adalah kapan, ya,Tuhan itu membuka jalan untuk saya? Lalu ada yang menyentuh hati saya. Pada saat saya ke Solo dan diajak seorang teman ke tempat pengumpul di daerah Kauman, saya masuk ke kawasan persampahan. Saya enggak bisa tidur lihat kain-kain (batik) itu dibuang. Itu kan warisan leluhur, kok diperlakukan kayak begini. Kok tak diperlakukan seperti batik-batik lain. Ini batik lama, yang sudah jadi perca. Lusuh, bau pula. Di situ saya melibatkan banyak orang untuk mengerjakan batik lawasan. dan ter-nyata produknya diminati masyarakat. Buat saya, ini sebuah kontribusi.

Apakah batik lawasan ini akan lebih Anda tonjolkan?

Kebaya adalah hidup saya. Kebaya itu bukan (sekadar) baju, tapi sebuah perubahan hidup. Dari kebaya itu saya mendapatkan kehidupan yang baru, baik se-"bagai manusia beriman, seniman, maupun sebagai seorang ibu dan seorang anak. Kalau saya merancang lainnya, berarti saya sedang melakukan inovasi.

Berapa orang yang terlibat dalam usaha Anda?

Di rumah ada 250 karyawan. Tiga tahun terakhir ini kami punya binaan untuk beasiswa anak-anak karyawan, ada Bina Kasih Bunda, dan Wisma Kasih Bunda. Kalau Anda ke rumah saya di Semarang, di sana ditulis menerima tukang payet atau tukang jahit tanpa ijazah, akan diberi pelatihan. Saya justru sedang berpikir, kenapa Tuhan itu menjadikan seorang desainer. Saya pertama kali menjadi desainer itu karena dipanggil MC (pembawa acara) inilah dia desainer kita Anne Avantie. Sejak saat itu saya menja-di desainer.

Sebelumnya. Anda menyebutnya apa?

Enggak tahulah Wong ibu vna bikin baju, saya suka disuruh ibu untuk ngikutin. Saya suka ngamuk-ngamuk kalau pulang sekolah tapi ibu memint.t -o\.i menwlrsaikan baju. Tiba-tiba ekonomi keluarga saya berantakan Bapak saya meninggal, ibu saya hanya punya anak perempuan. Mau tidak mau harus bekerja. Buat saya, masalah-masalah itu bukan musibah, melainkan berkat trrselubung Malah saya menjadi kreatif karcna saya membantu ibu saya, sehingga sampai pada suatu titik saya berhasil.

Sebenarnya apa inspirasi Anda sehingga berfokus menjadi desainer kebaya?

Saya lelah dengan pekerjaan itu. Bikin ini enggak jadi, bikin itu enggak jadi Itu terjadi pada 1985 sampai 1995 Saya sampai bingung mau apa. (Saya) terkenal tapi enggak punya apa-apa. Sakit banget, lho. Saya pingin tahu apa sih chrnmtry-vtya. Pada saat ibu saya kena kanker serviks stadium 3-B, di situlah sava merasa ini adalah awal kehidupan saya. Mulai saya berpikir untuk melakukan perubahan hidup. Waktu itu saya berpikir, kayaknya waktunya enggak panjang nih. Ditambah masalah lagi, tempat kerja saya di Matahari Solo dibakar massa waktu kerusuhan 1998.

I.i I iu 11 itu Anda beralih ke kebaya?

Sudah mulai, tapi belum jadi. Ketika saya lelah, suami saya bilang, mbok ini (membuat kebaya) ditekuni saja. Padahal saat itu saya sudah putus asa, sudah tak ingin lagi kerja di bidang fashion. Lelah.apa yang terjadi? Saya tetap merancang, tapi enggak jadi. Anda tahu kan Anda jualan baju, enggak laku, tapi terkenal. Dunia fashion itu dunia glamor yang packaging-nya indah, tapi dengan kepalsuan. Saya pun demikian, menjadi Anne Avantie yang terkenal, tapi tidak punya karya yang bisa dijagokan. Dan aku enggak punya pengaruh, tidak bisa ngomong. Akhirnya sava bikin kebaya terus. Suami saya mendorong. Dia bilang kamu di sini ada rohnya. Ya. Saya pasang bagus, tapi orang tak bisa beli karena mahal.

Dulu Anda menjunl bempa untuk satu potong kebaya?

Dulu, Rp 500 ribu, orang sudah merasa mahal banget untuk satu potong. Orang lain beli kebaya cukup Rp 50 ribu. Sekarang kebaya adibusana Anda? Mulai dari Rp 25 juta.

Vang puling mahal? Oh, itu macem-macem, tergantung bahannya.
Pernikahan siapa yang memesan kebaya paling mahal?

Putri kerajaan Malaysia. Saya itu mengerjakan kebaya orag kaya walaupun enggak top. Misalnya dari Pekanbaru, Pangkalanbun.
Saat mendesain, apa inspirasinya?

Enggak pernah ada. Saya orangnya sangat mengalir. Enggak ada waktu khusus untuk merancang. Karena saya senang, klien saya tinggal tak tuntun. Saya punya golden time mulai jam 04.00 sampai 06.00.*

Entri Populer